Anda di halaman 1dari 12

DEFINISI PPH FINAL

Pajak Penghasilan Final (PPh Final)

Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan
tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak
Penghasilan Final (PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang disetor
sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh terutang akan tetapi
merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga wajib pajak
dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.

Dengan demikian maka penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan


Final (PPh final) ini tidak akan dihitung lagi Pajak Penghasilannya pada SPT
Tahunan dengan penghasilan lain yang non final untuk dikenakan tarif progresssif
(pasal 17 UU PPh). Namun atas pelunasan pemotongan atau pembayaran PPh final
tersebut juga bukan merupakan kredit pajak pada SPT Tahunan.

Penghasilan yang dikenakan pajak final adalah penghasilan yang menurut


UU dikenakan pajak bersifat final. Ketentuan tentang hal ini diatur dalam UU PPh
pada pasal 4 ayat (2), pasal 15, pasal 19 ayat (1), pasal 21 ayat (1), dan pasal 22.

Berikut ini adalah perlakuan perpajakannya:

1. penghasilan yang dikenakan pajak final tidak digabungkan dengan


penghasilan yang dikenakan pajak dengan tarif progresif pada akhir tahun.
2. pajak penghasilan yang terutang/telah dipotong/dipungut oleh pihak lain
atau yang dibayar sendiri atas penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat
final, tidak dapat diperhitungkan/ dikreditkan dengan pajak penghasilan
yang terutang atas penghasilan kena pajak yang dikenakan pajak dengan
tarif progresif pada akhir tahun.
3. biaya/pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final tidak dapat dikurangkan
dalam rangka penghitungan penghasilan kena pajak.
4. tarif pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final adalah tarif sepadan, kecuali terhadap uang pesangon, uang
tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan atau tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun/ Jaminan
Sosial Tenaga Kerja;
5. Pemenuhan kewajiban pajaknya dapat dilakukan melalui pemotongan atau
pemungutan oleh pihak lain yang ditunjuk maupun dibayar sendiri.

Pertimbangan penerapan PPh Final:

 Penyederhanaan pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha


 memberikan kemudahan serta mengurangi beban administrasi bagi Wajib
Pajak.

Perbedaan Pajak Penghasilan yang bersifat Final dan Tidak Final

No. Pajak Penghasilan Tidak Final Pajak Penghasilan Final

1. Pajak Penghasilan dihitung dari Penghasilan netto yaitu penghasilan bruto ±


biaya-biaya untuk memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan Pajak
Penghasilan dihitung dari penghasilan bruto tanpa memperhitungkan biaya-
biaya untuk memperoleh, managih dan memelihara penghasilan
2. Dikenakan tarif umum progressif (Pasal 17 UU PPh) Dikenakan tarif dan
dasar pengenaan pajak tertentu yang diatur dengan Peraturan Pemerintah
atau KepMen.

3. Jumlah PPh yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan Jumlah PPh yang dipotong pihak lain atau dibayar
sendiri tidak dapat dikreditkan pada SPT Tahunan 4 biaya-biaya untuk
memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto biaya-biaya untuk memperoleh, menagih dan memelihara
penghasilan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto 5 Dalam
keadaan rugi Wajib Pajak tidak membayar Pajak Penghasilan bahkan
kerugian tersebut dapat dikompensasikan hingga ke 5 (lima) tahun pajak
berikutnya.

Dalam keadaan rugi Wajib Pajak tetap membayar Pajak Penghasilan karena
pengenaan pajak dikenakan pada penghasilan bruto dan bukan penghasilan netto.
JENIS PPH FINAL

Beberapa kategori penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final


(PPh Final) adalah sebagai berikut:

Berikut ini adalah jenis penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final
berikut dasar pengenaan tarif pajak yang berlaku (per Januari 2010):

1. Bunga deposito/ tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI):

o 20% dari jumlah bruto bagi wajib pajak dalam negeri;


o 20% dari jumlah bruto bagi wajib pajak luar negeri atau tarif
berdasarkan perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang
berlaku.

2. Hadiah undian
o 25% dari jumlah bruto nilai hadiah yang dibayarkan atau nilai pasar
hadiah berupa natura atau kenikmatan.

3. Bunga simpanan anggota koperasi


o 0% untuk bunga simpanan s.d. Rp240.000 per bulan
o 10%  untuk bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan
4. Bunga obligasi
o 15% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan
obligasi bunga bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
o 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran
pajak berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.

5. Diskonto obligasi
o 15% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan, bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
o 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran
pajak berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.

6. Bunga atau diskonto obligasi yang diterima dan atau diperoleh wajib pajak
reksadana yang terdaftar pada pasar modal
o 0% untuk tahun 2009 sd tahun 2010
o 5% untuk tahun 2011 sd tahun 2013
o 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya
7. Penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek
o 0,1% dari jumlah bruti nilai transaksi penjualan saham
o 0,5% tambahan PPh bagi pemilik saham pendiri, dari nilai saham pada
saat penawaran umum perdana.
8. Penyaur/dealer/agen produk pertamina dan premix
o 0,3% dari penjualan premium/ solar/ premix dari SPBU swasta
o 0,25% penjualan premiun/ solar/ premix dari SPBU pertamina
o 0,3% dari penjualan minyak tanah
o 0,3% dari penjualan gas LPG/ pelumas

9. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan (baik wajib pajak orang
pribadi maupun badan)
o 5% dari jumlah bruto nilai penjualan/ pengalihan tanah dan atau
bangunan lainnya.
o 1% atas rumah susun dan rumah susun sederhana

10.Persewaan tanah dan atau bangunan


o 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan baik
yang diterima/ diperoleh wajib pajak orang pribadi maupun badan.

11.Usaha jasa konstruksi


o 2% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
o 4% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
o 3% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
selain kedua penyedia jasa di atas.
o 4% atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang memiliki
kualifikasi usaha.
o 6%  atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang tidak
memiliki kualifikasi usaha.

12.Uang pesangon uang dibayarkan sekaligus.


o 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta
o 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta s.d. Rp100 juta.
o 15% untuk nilai bruto di atas 100 juta s.d. Rp500 juta.
o 25% untuk nilai bruto di atas Rp500 juta.

13.Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus
o 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta.
o 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta.

14.Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran dalam


negeri
o 1,2% dari peredaran bruto (norma khusus)

15.Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran atau


penerbangan luar negeri
o 2,64% dari peredaran bruto (norma khusus)

16.Penghasilan wajib pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan


dagang di Indonesia
o 0,44% dari nilai ekspor bruto (normal khusus)

17.Honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun atas beban APBN/APBD
yang diterima pejabat negara, PNS, anggota TNI, Polri, dan pensiunan
o 0% untuk PNS gol. I dan II, TNI/ Polri Tamtama dan Bintara, dan
pensiunannya.
o 5% untuk PNS gol. III, TNI/ Polri Perwira Pertama, dan
pensiunannya.
o 15% untuk PNS gol. IV, TNI/ Polri Perwira Menengah dan Tinggi
dan pensiunannya.
18.Nilai bangunan yang diterima dalam rangka Bangun Guna Serah
sehubungan dengan berakhirnya masa perjanjian
o 5% dari nilai penyerahan bangunan
19.Penjualan saham milik perusahaan modal ventura
o 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal

20.Selisih penilaian kembali aktiva


o 10% dari selisih penilaian kembali setelah dikurangi dengan
kompensasi kerugian fiskal.

21.Diskonto surat utang negara (SPBN dan ORI)


o 20% dari jumlah diskonto SPN

22.Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang


diperdagangkan di bursa
o 2,5% dari margin awal

23.Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi


o 10% dari jumlah bruto dividen
24.Penghasilan istri semata-mata dari satu pemberi kerja
o Tarif pasal 17 dari penghasilan kena pajak

TATA CARA PELAPORAN

Berikut ini adalah penjelasan tentang saat terutang,  pelaporan, dan penyetoran PPh
Final :

PPh Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI

Pengertian
- Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dipotong Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final.
- Termasuk bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang
ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Objek dan Tarif
 Atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI dikenakan PPh final
sebesar:
a. 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
b. 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar
negeri.
Pemotong PPh
Pemotong PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto adalah :
- Bank Pembayar Bunga;
- Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan dan Bank yang menjual
kembali sertifikat Bl (SBI) kepada pihak lain yang bukan dana pensiun yang
pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan dan bukan bank wajib
memotong PPh atau diskonto SBI tersebut.

Dikecualikan dari Pemotongan PPh


1. Jumlah deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000
(tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan Jumlah yang dipecah
pecah.
2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang Bank luar negeri di Indonesia.
3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang
dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
Undang-undang 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, diberikan berdasarkan Surat
Keterangan Bebas (SKB), yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat
dana pensiun terdaftar.

4. Bunga tabungan pada Bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan
Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana; kavling siap bangun untuk
Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana atau Rumah Susun Sederhana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri. Ketentuan pada butir 3
dan 4 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri terkait.
Lain-lain :
Orang pribadi subyek pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya dalam satu
tahun pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak, atas pajak yang telah dipotong, dapat mengajukan permohonan
pengembalian (Restitusi).

Anda mungkin juga menyukai