KELOMPOK 2:
IKHWANUL ICHAN
MUH. ASLAM ARFIANSYAH AMIN
RASYID BASRI HASANUDDIN
FARID FAJRI
DEFINISI PPH FINAL
Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak
yang dikenakan dengan tarif dan dasar
pengenaan pajak tertentu atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama tahun
berjalan. Pembayaran, pemotongan atau
pemungutan Pajak Penghasilan Final (PPh Final)
yang dipotong pihak lain maupun yang disetor
sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka
atas PPh terutang akan tetapi merupakan
pelunasan PPh terutang atas penghasilan
tersebut, sehingga wajib pajak dianggap telah
melakukan pelunasan kewajiban pajaknya
Pertimbangan penerapan PPh Final:
• Hadiah undian
– 25% dari jumlah bruto nilai hadiah yang dibayarkan atau nilai pasar
hadiah berupa natura atau kenikmatan.
• Bunga simpanan anggota koperasi
– 0% untuk bunga simpanan s.d. Rp240.000 per bulan
– 10% untuk bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan
• Bunga obligasi
– 15% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan
obligasi bunga bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap;
– 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran
pajak berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap..
LANJUTAN
• Diskonto obligasi
– 15% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan, bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
– 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran
pajak berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.
• Bunga atau diskonto obligasi yang diterima dan atau diperoleh
wajib pajak reksadana yang terdaftar pada pasar modal
– 0% untuk tahun 2009 sd tahun 2010
– 5% untuk tahun 2011 sd tahun 2013
– 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya
• Penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek
– 0,1% dari jumlah bruti nilai transaksi penjualan saham
– 0,5% tambahan PPh bagi pemilik saham pendiri, dari nilai saham pada
saat penawaran umum perdana.
LANJUTAN
• Penyaur/dealer/agen produk pertamina dan premix
– 0,3% dari penjualan premium/ solar/ premix dari SPBU swasta
– 0,25% penjualan premiun/ solar/ premix dari SPBU pertamina
– 0,3% dari penjualan minyak tanah
– 0,3% dari penjualan gas LPG/ pelumas
• Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan (baik wajib pajak
orang pribadi maupun badan)
– 5% dari jumlah bruto nilai penjualan/ pengalihan tanah dan
atau bangunan lainnya.
– 1% atas rumah susun dan rumah susun sederhana
• Persewaan tanah dan atau bangunan
– 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau
bangunan baik yang diterima/ diperoleh wajib pajak orang
pribadi maupun badan.
LANJUTAN
• Usaha jasa konstruksi
– 2% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
– 4% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
– 3% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
selain kedua penyedia jasa di atas.
– 4% atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang memiliki
kualifikasi usaha.
– 6% atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang tidak
memiliki kualifikasi usaha.
• Uang pesangon uang dibayarkan sekaligus.
– 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta
– 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta s.d. Rp100 juta.
– 15% untuk nilai bruto di atas 100 juta s.d. Rp500 juta.
– 25% untuk nilai bruto di atas Rp500 juta.
LANJUTAN
• Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus
– 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta.
– 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta.
• Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang
usaha pelayaran dalam negeri
– 1,2% dari peredaran bruto (norma khusus)
• Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang
usaha pelayaran atau penerbangan luar negeri
– 2,64% dari peredaran bruto (norma khusus)
• Penghasilan wajib pajak luar negeri yang mempunyai
kantor perwakilan dagang di Indonesia
– 0,44% dari nilai ekspor bruto (normal khusus)
LANJUTAN
• Honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun atas beban
APBN/APBD yang diterima pejabat negara, PNS, anggota TNI,
Polri, dan pensiunan
– 0% untuk PNS gol. I dan II, TNI/ Polri Tamtama dan Bintara, dan
pensiunannya.
– 5% untuk PNS gol. III, TNI/ Polri Perwira Pertama, dan pensiunannya.
– 15% untuk PNS gol. IV, TNI/ Polri Perwira Menengah dan Tinggi dan
pensiunannya.
• Nilai bangunan yang diterima dalam rangka Bangun Guna Serah
sehubungan dengan berakhirnya masa perjanjian
– 5% dari nilai penyerahan bangunan
• Penjualan saham milik perusahaan modal ventura
– 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal
• Selisih penilaian kembali aktiva
– 10% dari selisih penilaian kembali setelah dikurangi dengan kompensasi
kerugian fiskal.
LANJUTAN
• Diskonto surat utang negara (SPBN dan ORI)
– 20% dari jumlah diskonto SPN
• Penghasilan dari transaksi derivatif berupa
kontrak berjangka yang diperdagangkan di
bursa
– 2,5% dari margin awal
• Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi
– 10% dari jumlah bruto dividen
• Penghasilan istri semata-mata dari satu
pemberi kerja
– Tarif pasal 17 dari penghasilan kena pajak
TATA CARA PELAPORAN
• PPh Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI
- Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dipotong
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final.
Objek dan Tarif
• Atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
dikenakan PPh final sebesar:
a. 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
• b. 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto atau dengan
tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri
Pemotong PPh
• Pemotong PPh atas bunga deposito dan
tabungan serta diskonto adalah :
- Bank Pembayar Bunga;
• - Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri
Keuangan dan Bank yang menjual kembali
sertifikat Bl (SBI) kepada pihak lain yang bukan
dana pensiun yang pendiriannya belum disahkan
oleh Menteri Keuangan dan bukan bank wajib
memotong PPh atau diskonto SBI tersebut.
Pajak Penghasilan Atas Hadiah dan
Penghargaan
• Atas penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dikenakan PPh
final sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah
dan/atau bangunan. Yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan
adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan
nama dan dalam bentuk apapun jug yang berkaitan dengan tanah dan/atau
bangunan yang disewakan termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan,
biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan “service charge” baik yang
perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan.
Pemotong PPh atas penghasilan yang diterima dari persewaan tanah dan/atau
bangunan adalah :
1. Apabila penyewa adalah badan pemerintah, Subjek Pajak badan, dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi,
perwakilian perusahaan luar negeri lainnya dan orang pribadi yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak, maka Pajak Penghasilan yang terutang wajib
dipotong oleh penyewa dan penyewa wajib memberikan bukti potong
(formulir F.1.33.12) kepada yang menyewakan atau yang menerima
penghasilan ;
2. Apabila penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak Penghasilan
selain yang tersebut pada butir 1 di atas, maka Pajak Penghasilan yang
terutang wajib dibayar sendiri oleh pihak yang menyewakan
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan
• 1. Saat terutang
• PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa.
• 2. Penyetoran dan Pelaporan
• - Dalam hal PPh terutang harus dilunasi melalui pemotongan
oleh penyewa, penyetoran ke bank persepsi dan Kantor Pos
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan
pembayaran atau terutangnya sewa dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP) atau formulir F.2.0.32.01.
• Untuk pelaporan pemotongan dan penyetorannya dilakukan ke
Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
berikutny setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa
dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat(2) atau
formulir F.1.1.32.04;
LANJUTAN
•- Dalam hal PPh terutang harus disetor sendiri oleh yang menyewakan, maka
yang menyewakan wajib menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau
Kantor Pos selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan
pembayaran atau terutangnya sewa dengan menggunakan
SuratSetoranPajak(SSP)atauformulirF.2.0.32.01.
Untuk pelaporan penyetorannya dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya sewa dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat(2)
atau formulir F.1.1.32.04.
Apabila wajib pajak atas penghasilannya telah dipotong final maka :
• Atas penghasilan tersebut tidak perlu dihitung lagi dalam SPT Tahunan (Badan
atau Orang Pribadi), hanya dilaporkan saja. Sehingga apabila seluruh
penghasilannya merupakan penghasilan bersifat final maka tidak ada PPh
terutang atau SPT Nihil.
•Apabila PPh yang bersifat final dipotong pihak lain, maka berhak meminta
bukti pemotongannya.
Pajak Penghasilan Bersifat Final Pasal 15