Anda di halaman 1dari 34

PAJAK PENGHASILAN FINAL

KELOMPOK 2:
IKHWANUL ICHAN
MUH. ASLAM ARFIANSYAH AMIN
RASYID BASRI HASANUDDIN
FARID FAJRI
DEFINISI PPH FINAL
Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak
yang dikenakan dengan tarif dan dasar
pengenaan pajak tertentu atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama tahun
berjalan. Pembayaran, pemotongan atau
pemungutan Pajak Penghasilan Final (PPh Final)
yang dipotong pihak lain maupun yang disetor
sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka
atas PPh terutang akan tetapi merupakan
pelunasan PPh terutang atas penghasilan
tersebut, sehingga wajib pajak dianggap telah
melakukan pelunasan kewajiban pajaknya
Pertimbangan penerapan PPh Final:

• Penyederhanaan pengenaan Pajak


Penghasilan atas penghasilan dari usaha
• memberikan kemudahan serta mengurangi
beban administrasi bagi Wajib Pajak.
JENIS PPH FINAL

• Berikut ini adalah jenis penghasilan yang


pengenaan pajaknya bersifat final berikut dasar
pengenaan tarif pajak yang berlaku (per Januari
2010):
• Bunga deposito/ tabungan dan diskonto Sertifikat
Bank Indonesia (SBI):
– 20% dari jumlah bruto bagi wajib pajak dalam negeri;
– 20% dari jumlah bruto bagi wajib pajak luar negeri atau
tarif berdasarkan perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B) yang berlaku.
LANJUTAN

• Hadiah undian
– 25% dari jumlah bruto nilai hadiah yang dibayarkan atau nilai pasar
hadiah berupa natura atau kenikmatan.
• Bunga simpanan anggota koperasi
– 0% untuk bunga simpanan s.d. Rp240.000 per bulan
– 10%  untuk bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan
• Bunga obligasi
– 15% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan
obligasi bunga bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap;
– 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran
pajak berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap..
LANJUTAN
• Diskonto obligasi
– 15% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan, bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
– 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran
pajak berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.
• Bunga atau diskonto obligasi yang diterima dan atau diperoleh
wajib pajak reksadana yang terdaftar pada pasar modal
– 0% untuk tahun 2009 sd tahun 2010
– 5% untuk tahun 2011 sd tahun 2013
– 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya
• Penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek
– 0,1% dari jumlah bruti nilai transaksi penjualan saham
– 0,5% tambahan PPh bagi pemilik saham pendiri, dari nilai saham pada
saat penawaran umum perdana.
LANJUTAN
• Penyaur/dealer/agen produk pertamina dan premix
– 0,3% dari penjualan premium/ solar/ premix dari SPBU swasta
– 0,25% penjualan premiun/ solar/ premix dari SPBU pertamina
– 0,3% dari penjualan minyak tanah
– 0,3% dari penjualan gas LPG/ pelumas
• Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan (baik wajib pajak
orang pribadi maupun badan)
– 5% dari jumlah bruto nilai penjualan/ pengalihan tanah dan
atau bangunan lainnya.
– 1% atas rumah susun dan rumah susun sederhana
• Persewaan tanah dan atau bangunan
– 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau
bangunan baik yang diterima/ diperoleh wajib pajak orang
pribadi maupun badan.
LANJUTAN
• Usaha jasa konstruksi
– 2% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
– 4% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
– 3% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
selain kedua penyedia jasa di atas.
– 4% atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang memiliki
kualifikasi usaha.
– 6%  atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang tidak
memiliki kualifikasi usaha.
• Uang pesangon uang dibayarkan sekaligus.
– 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta
– 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta s.d. Rp100 juta.
– 15% untuk nilai bruto di atas 100 juta s.d. Rp500 juta.
– 25% untuk nilai bruto di atas Rp500 juta.
LANJUTAN
• Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus
– 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta.
– 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta.
• Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang
usaha pelayaran dalam negeri
– 1,2% dari peredaran bruto (norma khusus)
• Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang
usaha pelayaran atau penerbangan luar negeri
– 2,64% dari peredaran bruto (norma khusus)
• Penghasilan wajib pajak luar negeri yang mempunyai
kantor perwakilan dagang di Indonesia
– 0,44% dari nilai ekspor bruto (normal khusus)
LANJUTAN
• Honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun atas beban
APBN/APBD yang diterima pejabat negara, PNS, anggota TNI,
Polri, dan pensiunan
– 0% untuk PNS gol. I dan II, TNI/ Polri Tamtama dan Bintara, dan
pensiunannya.
– 5% untuk PNS gol. III, TNI/ Polri Perwira Pertama, dan pensiunannya.
– 15% untuk PNS gol. IV, TNI/ Polri Perwira Menengah dan Tinggi dan
pensiunannya.
• Nilai bangunan yang diterima dalam rangka Bangun Guna Serah
sehubungan dengan berakhirnya masa perjanjian
– 5% dari nilai penyerahan bangunan
• Penjualan saham milik perusahaan modal ventura
– 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal
• Selisih penilaian kembali aktiva
– 10% dari selisih penilaian kembali setelah dikurangi dengan kompensasi
kerugian fiskal.
LANJUTAN
• Diskonto surat utang negara (SPBN dan ORI)
– 20% dari jumlah diskonto SPN
• Penghasilan dari transaksi derivatif berupa
kontrak berjangka yang diperdagangkan di
bursa
– 2,5% dari margin awal
• Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi
– 10% dari jumlah bruto dividen
• Penghasilan istri semata-mata dari satu
pemberi kerja
– Tarif pasal 17 dari penghasilan kena pajak
TATA CARA PELAPORAN
• PPh Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI
- Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dipotong
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final.
Objek dan Tarif
•  Atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
dikenakan PPh final sebesar:
a. 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
• b. 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto atau dengan
tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri
Pemotong PPh
• Pemotong PPh atas bunga deposito dan
tabungan serta diskonto adalah :
- Bank Pembayar Bunga;
• - Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri
Keuangan dan Bank yang menjual kembali
sertifikat Bl (SBI) kepada pihak lain yang bukan
dana pensiun yang pendiriannya belum disahkan
oleh Menteri Keuangan dan bukan bank wajib
memotong PPh atau diskonto SBI tersebut.
Pajak Penghasilan Atas Hadiah dan
Penghargaan

• - Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam


bentuk apapun yang diberikan melalui undian.
• - Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah
atau penghargaan yang diberikan melalui suatu
perlombaan atau adu ketangkasan.
•  - Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
lainnya adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh penerima hadiah.
• - Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan
dengan prestasi dalam kegiatan tertentu
Pemotong PPh
Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) adalah:
• - penyelenggara undian;
• - pemberi hadiah
Tarif
Atas hadiah undian dikenakan PPh sebesar 25% (duapuluh lima
persen) dari jumlah bruto hadiah atau nilai pasar hadiah berupa
natura dan bersifat final.
Atas hadiah atau penghargaan, perlombaan, penghargaan dan
hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya,
dikenakan PPh dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dikenakan PPh pasal 21 sebesar tarif PPh pasal 17 Undang-undang
PPh, bila penerima Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
b. dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% (dua puluh persen) dan final
dari jumlah bruto dengan memperhatikan ketentuan dalam
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, bila
penerima Wajib Pajak Luar Negeri selain BUT.
c. dikenakan PPh pasal 23 sebesar 15% (lima belas persen) dari
jumlah penghasilan bruto, bila penerima Wajib Pajak badan
termasuk BUT.
Saat terutang
• - PPh atas hadiah dan penghargaan terutang pada akhir
bulan dilakukannya pembayaran atau diserahkannya
hadiah tergantung peristiwa yang terjadi lebih dahulu.
- PPh dipotong oleh penyelenggara (hadiah dan
penghargaan) sebelum hadiah atau penghargaan
diserahkan kepada yang berhak.
•  - Penyelenggara wajib membuat dan memberikan bukti
pemotongan PPh atas Hadiah atau Undian, rangkap 3:
• - lembar ke-1 untuk penerima hadiah (Wajib Pajak);
• - lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak;
• - lembar ke-3 untuk Penyelenggara/ Pemotong.
Penyetoran dan Pelaporan
Penyelenggara undian atau penghargaan wajib:
• - menyetor PPh yang telah dipotong dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos
paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah
bulan saat terutangnya Pajak (secara kolektif).
• - menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemotong terdaftar paling
lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah
dibayarkannya atau diserahkannya hadiah undian
tersebut.
Pajak Penghasilan Atas Sewa Tanah Bangunan

• Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh


orang pribadi atau badan dari Persewaan
tanah dan atau bangunan berupa tanah,
rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran, rumah
kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri,
terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Objek dan Tarif & Pemotong PPh

•  Atas penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dikenakan PPh
final sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah
dan/atau bangunan. Yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan
adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan
nama dan dalam bentuk apapun jug yang berkaitan dengan tanah dan/atau
bangunan yang disewakan termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan,
biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan “service charge” baik yang
perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan.
Pemotong PPh atas penghasilan yang diterima dari persewaan tanah dan/atau
bangunan adalah :
1. Apabila penyewa adalah badan pemerintah, Subjek Pajak badan, dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi,
perwakilian perusahaan luar negeri lainnya dan orang pribadi yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak, maka Pajak Penghasilan yang terutang wajib
dipotong oleh penyewa dan penyewa wajib memberikan bukti potong
(formulir F.1.33.12) kepada yang menyewakan atau yang menerima
penghasilan ;
2. Apabila penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak Penghasilan
selain yang tersebut pada butir 1 di atas, maka Pajak Penghasilan yang
terutang wajib dibayar sendiri oleh pihak yang menyewakan
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan
• 1. Saat terutang
• PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa.
• 2. Penyetoran dan Pelaporan
• - Dalam hal PPh terutang harus dilunasi melalui pemotongan
oleh penyewa, penyetoran ke bank persepsi dan Kantor Pos
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan
pembayaran atau terutangnya sewa dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP) atau formulir F.2.0.32.01.
• Untuk pelaporan pemotongan dan penyetorannya dilakukan ke
Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
berikutny setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa
dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat(2) atau
formulir F.1.1.32.04;
LANJUTAN
•- Dalam hal PPh terutang harus disetor sendiri oleh yang menyewakan, maka
yang menyewakan wajib menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau
Kantor Pos selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan
pembayaran atau terutangnya sewa dengan menggunakan
SuratSetoranPajak(SSP)atauformulirF.2.0.32.01.
Untuk pelaporan penyetorannya dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya sewa dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat(2)
atau formulir F.1.1.32.04.
Apabila wajib pajak atas penghasilannya telah dipotong final maka :
• Atas penghasilan tersebut tidak perlu dihitung lagi dalam SPT Tahunan (Badan
atau Orang Pribadi), hanya dilaporkan saja. Sehingga apabila seluruh
penghasilannya merupakan penghasilan bersifat final maka tidak ada PPh
terutang atau SPT Nihil.
•Apabila PPh yang bersifat final dipotong pihak lain, maka berhak meminta
bukti pemotongannya.
Pajak Penghasilan Bersifat Final Pasal 15

• PPh 15 merupakan jenis pajak penghasilan yang


dikenakan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh wajib pajak tertentu, yaitu perusahaan
pelayaran atau penerbangan internasional,
perusahaan pelayaran dalam negeri, perusahaan
penerbangan dalam negeri, perusahaan asuransi luar
negeri, perusahaan pengeboran migas dan panas
bumi, perusahaan dagang asing, perusahaan yang
melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-
serah atau ‘build-operate-transfer’ (BOT).
Jenis Perusahaan Pelayaran
• Perusahaan pelayaran dikenakan tarif PPh 15 dengan
perhitungan 1,8% x Omzet Bruto. Sementara laba bersih yang
didapatkan perusahaan tersebut dihitung dengan rumus 6% x
Omzet Bruto. Mengetahui laba bersih adalah penting agar bisa
menemukan norma penghitungan khusus. Namun, perhitungan
tarif ini tidak bisa disamakan untuk semua jenis perusahaan
pelayaran. Sebab tergantung dari bentuknya apakah pelayaran
domestik atau asing, tak terkecuali maskapai penerbangan.
• Untuk perusahaan pelayaran dalam negeri, perhitungan laba
bersihnya adalah 4% x Omzet Bruto. Sementara pajak
penghasilannya adalah 1,2% x Omzet Bruto. Untuk perusahaan
pelayaran asing atau maskapai asing, perhitungan pajak
penghasilannya adalah 2,64% x Omzet Bruto. Sementara
perhitungan laba bersihnya adalah 6% x Omzet Bruto
Jenis Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)

• Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) yang


dimaksudkan di sini adalah Wajib Pajak (WP)
Internasional yang pada saat tempo membayar
pajak punya kantor perwakilan dagang yang
ditempatkan di Indonesia. Namun, tidak di
bawah P3B atau perjanjian pajak Indonesia.
Untuk WPLN, akan dikenakan tarif penyelesaian
PPh 15 sebesar 0,44% x Nilai Ekspor Bruto.
Sementara laba bersih WPLN sama dengan 1%
x Nilai Ekspor Bruto.
Jenis Wajib Pajak Kemitraan dalam Bentuk
Perjanjian Build-Operate-Transfer (BOT) 

• Dalam kerangka wajib pajak kemitraan, PPh 15


dibayarkan dengan tarif sebesar 5% x bruto
nilai tertinggi pada nilai pasar. Jenis wajib
pajak kemitraan memang perlu penghitungan
tersendiri karena perbandingan tarifnya
adalah berbanding dengan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) yang tentu saja relatif besar.
Ketentuan Jadwal Pelaporan Pph 15 untuk Tiap-Tiap
Perusahaan 
Setelah memahami tentang tarif, ada baiknya pula untuk mengetahui jadwal
penyerahan laporan. Secara general, pelaporan diserahkan pada tanggal 20, di
bulan pembayaran pajak juga dilakukan. Namun, tanggal jatuh tempo pembayaran
pajak itu sendiri bervariasi tergantung dari bentuk perusahaannya.
Di bawah ini adalah tempo pelaporan dan pembayaran PPh 15 untuk tiap-tiap
perusahaan.
•Untuk perusahaan pelayaran wajib membayar paling lambat tanggal 10 pada bulan
yang sama setelah faktur dibuat.
•Untuk jenis perusahaan pelayaran dalam negeri ataupun asing serta penerbangan
asing, pembayaran dilakukan paling lambat tanggal 10 pada bulan yang sama
setelah faktur dibuat. Boleh dibayarkan pemungut cukai atau bisa juga dibayar
sendiri oleh wajib pajak pada tanggal 15 di bulan yang sama setelah faktur dibuat.
•Untuk wajib pajak luar negeri, pembayaran dilakukan paling lambat tanggal 15 pada
bulan yang sama setelah wajib pajak menerima pendapatan.
•Untuk jenis wajib pajak kemitraan dalam bentuk perjanjian BOT, pembayaran
dilakukan pada tanggal 15 paling lambat di bulan yang sama setelah masa kontrak
BOT berakhir.
Pajak Penghasilan Bersifat Final Pasal 4 Ayat
(2) UU PPh
• Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 adalah
salah satu jenis pajak atas penghasilan dengan
beberapa ketentuan spesifik mulai dari objek
pajak, pemotong pajak sampai subjek pajak
yang bisa dikenakan pajak tersebut.
Pemotongan pajak dalam PPh Pasal 4 Ayat 2
bersifat final. Artinya, pajak harus diselesaikan
atau dilunasi dalam masa pajak yang sama.
Penghasilan yang Menjadi Objek Pajak PPh Pasal
4 Ayat 2

• Penghasilan dalam bentuk bunga deposito serta tabungan lainnya,


bunga obligasi serta surat utang negara, dan juga bunga simpanan yang
telah dibayarkan oleh koperasi ke anggota koperasi orang pribadi.
• Penghasilan berupa hadiah undian.
• Penghasilan yang diperoleh dari transaksi saham serta sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan pada bursa, dan juga transaksi
penjualan saham ataupun pengalihan penyertaan modal di perusahaan
pasangannya yang telah diterima oleh perusahaan modal ventura.
• Penghasilan yang diperoleh dari transaksi pengalihan harta, yakni dalam
bentuk tanah dan/atau bangunan, usaha real estate, usaha jasa
konstruksi, dan juga penyewaan tanah dan/atau bangunan.
• Penghasilan tertentu lainnya, yang telah diatur dengan ataupun
berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah.
Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2
• Bunga deposito serta jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), dan diskon jasa giro dikenakan tarif sebesar 20% sebagaimana
telah diatur PP No. 131 Tahun 2000 serta turunannya Keputusan
Menteri Keuangan No. 51/KMK.04/2001.
• Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada para anggotanya
masing-masing dikenakan tarif 10% sebagaimana telah diatur pada Pasal
17 Ayat 7 serta turunannya PP No. 15 Tahun 2009.
• Bunga dari kewajiban dengan berbagai jenis tarif dari 0-20%. Penjelasan
lebih lanjutnya bisa dicari dalam PP No. 16 Tahun 2009.
• Dividen yang diterima Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenakan
tarif 10% sebagaimana telah diatur dalam Pasal 17 Ayat 2C.
• Hadiah lotre atau undian dikenakan tarif 25% sebagaimana telah diatur
PP No. 132 Tahun 2000.
• Transaksi derivatif berjangka panjang yang telah diperdagangkan di
bursa dikenakan tarif 2,5% sebagaimana telah diatur PP No. 17 Tahun
2009.
LANJUTAN
• Transaksi penjualan saham pendiri dan saham bukan pendiri (non-
founder), tarifnya masing-masing adalah 0,5% dan 0,1%, seperti yang
tercantum dalam PP No. 14 Tahun 1997 serta turunannya Keputusan
Menteri Keuangan No. 282/KMK.04/1997, yang SE-15/PJ.42/1997 dan
SE-06/PJ.4/1997.
• Jasa konstruksi dikenakan tarif 2-6%. Penjelasan lebih lanjutnya bisa
ditemukan pada PP No. 51 Tahun 2008 serta turunannya PP No. 40
Tahun 2009.
• Sewa atas tanah dan/atau bangunan, tarifnya adalah 10% seperti yang
telah diatur PP No. 29 Tahun 1996 dan juga turunannya PP No. 5 Tahun
2002.
• Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (dalam hal ini termasuk
usaha real estate), tarifnya adalah 5% seperti yang tercantum dalam PP
No. 71 Tahun 2008.
• Transaksi dari penjualan saham atau pengalihan ibu kota mitra
perusahaan yang telah diterima oleh modal usaha, tarifnya adalah 0,1%
sebagaimana telah diatur di dalam PP No. 4 Tahun 1995.
Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat 2
Berikut ini kami sajikan ilustrasi contoh perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2.
• Inspektorat Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan melakukan sebuah
pembangunan gedung Kantor Inspektorat Provinsi. Yang menjadi pemenang
tender adalah PT Sehat Sejahtera sebagai pelaksana konstruksi. Sementara
Tuan Imam sebagai pengusaha yang statusnya Pengusaha Kena Pajak (PKP)
bertindak sebagai perencana konstruksi.
• PT Sehat Sejahtera merupakan perusahaan konstruksi yang mempunyai
kualifikasi dalam usaha kelas menengah. Sementara Tuan Imam merupakan
konsultan sipil yang mempunyai sertifikasi dalam perencanaan konstruksi
dengan kualifikasi usaha kecil. Nilai dari proyek berdasarkan kontrak sebesar
Rp5.000.000.000 (tidak termasuk PPN).
• Pembayaran dilakukan berdasarkan progres pembangunan yang sudah
dilaporkan. Pada 2014, telah dilakukan pembayaran terhadap pelaksanaan
konstruksi kepada PT Sehat Sejahtera tertanggal 22 Juli 2014 dengan jumlah
Rp1.500.000.000 atas tagihan tanggal 15 Juli 2014 dengan kode nomor Faktur
Pajak 020.000-15.00000650. Pembayaran untuk kontrak perencanaan
konstruksi ke Tuan Imam dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2014 dengan jumlah
Rp50.000.000, atas tagihan tanggal 4 Juli 2014  kode nomor seri Faktur Pajak
020.000-15.00000950.
LANJUTAN
Berdasarkan keterangan di atas, kewajiban pajak yang
harus dipenuhi adalah:
Pemotongan/Pemungutan PPh
• Bendahara Inspektorat Provinsi memotong PPh Pasal 4
Ayat 2 atas jasa konstruksi, yaitu:
• Pelaksanaan Konstruksi PT Sehat Sejahtera dibayar
pada 22 Juli 2014: Rp1.500.000.000 x 3% =
Rp45.000.000
• Perencanaan Konstruksi oleh Tuan Imam yang dibayar
pada 5 Juli 2014: Rp50.000.000 x 4% = Rp2.000.000 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai