RESENSI BUKU
KELAS : A4
NOSTAMBUK : 04020190256
1. Identitas Buku:
Dalam buku “Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara” karya Prof.Dr. Jimly
Asshiddiq, S.H. Perkembangan ketatanegaraan Indonesia sendiri sesudah
terjadinya reformasi nasional sejak 1998 yang kemudian diikuti oleh terjadinya
Perubahan UUD 1945 secara sangat mendasar sebanyak empat kali, yaitu pada
1999, 2000, 2001, dan 2002, telah mengubah secara mendasar pula cetak biru
(blue-print) ketatanegaraan Indonesia dimasa yang akan datang. Oleh karena itu,
diperlukannya banyak sumber buku yang dapat menggambarkan perspektif –
perspektif baru itu, tidak saja di dunia teori, tetapi juga dibidang hukum positif
yang sekarang berlaku.
Hukum tata negara meluas dari sempitnya orientasi selama ini yang hanya
bersifat internal ke arah orientasi eksternal sehingga ilmu hukum tata negara di
samping harus dipelajari sebagai bidang ilmu hukum tata negara positif, juga
harus dipelajari sebagai bidang ilmu hukum tata negara hukum. Hukum tata
negarapositif hanya berkisar kepada norma-norma hukum dasar yang berlaku
disatu negara, sedangkan hukum tata negara umum mempelajari juga fenomena
hukum tata negara pada umumnya. Hukum tata negara psitif hanya mempelajari
hukum yang berlaku di indonesia saja dewasa ini. Namun, hukum tata negara
umum mempelajari gejala-gejala ilmiah hukum tata negara pada umumnya.
Oleh karena itu, buku ini diberi judul “Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara”. Dari judul ini dapat diketahui bahwa buku ini hanyalah merupakan
pengantar untuk pengkajian yang lebih mendalam mengenai ilmu hukum tata
negara. Dalam judul ini juga tergambar bahwa isi buku ini merupakan pengantar
terhadap kajian ilmu hukum tata negara yang bersifat umu, yang tidak hanya
terbatas kepada hukum tata negara positif, dalam arti hukum tata negara Indonesia
yang dewasa ini sedang berlaku. Oleh karena itu lingkup pembahasannya dalam
buku ini bersifat mengantar studi yang lebih luas dan mendalam mengenai
berbagai aspek hukum sebagai bidang ilmu pengetahuan hukum. Di dalamnya
dapat saja tercangkup pula aspek-aspek hukum tata negara positif yang berlaku di
indonesia, tetapi hal itu bukanlah menjadi muatan utama. Dalam pembahasan
buku ini juga tidak dilakukan semata-mata secara normatif ataupun menurut
peraturan hukum positif, melainkan melalui deskriptif-analitis. Pembahasan
dilakukan melalui pendeskripsian pendapat ahli mengenai persoalan yang dibahas
dengan contoh-contoh yang dipraktikkan diberbagai negara. Baru setelah itu,
pembahasan dikaitkan pula dengan pengalaman praktik ketatanegaraan di
Indonesia.
Ilmu Hukum Tata Negara merupakan salah satu cabang ilmu hukum yang secara
khusus mengkaji persoalan hukum dalam konteks kenegaraan. Dalam bahasa
perancis, hukum tata negara disebut Droit Constitutionnel atau dalam bahasa
inngris disebut Constitutional Law. Istilah hukum tata negara sebagai
ilmu (constitutional Law) adalah Verfassunglehre atau teori
konstitusi. Verfassunglehre inilah yang nantinya akan menjadi dasar untuk
mempelajari verfassungsrecht, terutama mengenai hukum tata negara dalam arti
positif, yaitu hukum tata negara Indonesia. Dalam bahasa inggris Constitutional
Law biasa diterjemahkan sebagai “Hukum Konstitusi”.
Dari catatan sejarah klasik terdapat dua perkataan yang berkaitan erat
dengan pengertian kita sekaraang tentang konstitusi, yaitu dalam perkataan
Yunani Kuno politeia dan perkataaan bahasa Latin constitutio yang juga
berkaitan dengan kata jus.dalam kedua perkataan Politeia dan constitutio itulah
awal mula gagasan konstitusionalismediekspresikan oleh umat manusia beserta
hubungan diantara kedua istilah dalam sejarah. Dari kedua istilah itu,
kata politeia dari kebudayaan Yunani dapat disebut yang paling tua usianya.
Dalam Nomoi, Plato mengemukakan bahwa penyelenggaraan negara yang baik
ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik. Gagasan Plato tentang
hukum ini semakin tegas ketika didukung oleh muridnya, Aristoteles yang
menuliskannya dalam buku Politica. Plato mengemukakan konsep Nomoi yang
dapat dianggap sebagai cikal bakal pemikiran tentang negara hukum. Aristoteles
mengemukakan ide negara hukum yang dikaitkannya dengan arti negara yang
dalam perumusannya masih terkait kepada “polis”. Bagi Aristoteles, yang
memerintah dalam negara bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil dan
kesusilaanlah yang menentukan baik buruknya suatu hukum. Dalam negara yang
seperti ini, keadilanlah yang memerintah dan harus terjelma didalam negara, dan
hukum berfungsi memberi kepada setiap apa yang sebenarnya berhak ia terima.
Negara memiliki instrumen hukum (law instrument) sebagai pengatur juga
sebagai perekayasa sosial.dan kewajiban inilah yang menyebabkan negara harus
memberi hukuman (punishment) kepada mereka yang melanggar instrumen
negara. Inilah yang menjadi salah satu ciri terpenting dari negara hukum.
Sementara itu, pada saat itu, peradaban bangsa eropa sendiri dihinggapi
oleh masa-masa kegelapan. Meskipun demikian, bangasa Eropa di kemudian hari
juga tercatat mengembangkan hal-hal baru dalam kehidupan kenegaraan.
Misalnya, di Eropa pada masa itu berkembang suatu aliran yang
disebut monarchomachen, yaitu aliran yang dibenci kekuasaan raja yang mutlak.
Sumber hukum tata negara, bagi kebanyakan sarjana hukum biasanya yang
lebih diutamakan adalah sumber hukum formal, baru setelah itu sumber hukum
materiil apabila hal itu memang dipandang perlu. Sumber hukum dalam arti
formal itu adalah sumber hukum yang dikenali dari bentuk formalnya. Dengan
mengutamakan bentuk formalnya itu, sumber norma hukum itu haruslah
mempunyai bentuk hukum tertentu yang bersifat mengikat secara hukum. Oleh
sebab itu, tujuh macam sumber hukum tata negara yang kita maksudkan itu
adalah:
Yurisprudensi peradilan
Hukum internasional yang telah diratifikasi atau yang telah berlaku sebagai
hukum kebiasaan internasional.
Dalam peraturan perundang-undangan bahwa peraturan tertulis yang berisi
norma-norma hukum yang mengikat untuk umum, baik yang diterapkan oleh
legislator maupun oleh regulator atau lembaga-lembaga pelaksana undang-undang
yang mendapat kewenangan delegasi dari undang-undang untuk menetapkan
peraturan-peraturan tertentu menurut peraturan yang berlaku. Selain peraturan
yang berbentuk undang-undang ada pula peraturan yang disusun dan ditetapkan
oleh lembaga eksekutif pelaksana undang-undang.setiap lembaga pelaksana
undang-undang dapat diberi kewenangan regulasi oleh undang-undang dalam
rangka menjalankan undang-undang yang bersangkutan. Di samping itu
pemerintah karena fungsinya yang diberii kewenangan pula untuk menetapkan
suatu peraturan tertentu, di samping undang-undang itu sendiridapat pula
menentukan adanya lembaga regulasi yang bersifat tertentu pula.
Dikarenakan pentingnya hal tersebut, maka dalam setiap buku teks ilmu
hukum lazim diuraikan adanya berbagai metode penafsiran. Terlepas dari segala
macam metode atau teori penafsiran di atas, suatu hal yang perlu menjadi
perhatian serius adalah bahwa hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis adalah konsep yang berasal dari kata-kata yang dahulunya diucapkan oleh
satu, dua, atau lebih banyak orang yang kemudian disusun dalam kalimat.
Konstruksi hukum menurut teori dan praktik dapat dilakukan dengan empat
metode, yaitu:
Cara kerjanya, metode ini diawali dengan pencarian esensi umum suatu peristiwa
hukum yang ada dalam undang-undang. Esensi yang diperoleh kemudian dicoba
terhadap peristiwa yang dihadapi. Apakah peristiwa itu memiliki kesamaan
prinsip yang terdapat dalam esensi umum tadi. Umpanyanya apakah seseorang
yang “memancing belut” dapat diberi sanksi, sementara larangan yang tertera di
sudut kolam berbunyi “ dilarang memancing ikan”
Metode argumentum a contrario
Ini digunakan jika ada ketentuan undang-undang yang mengatr hal tertentu untuk
peristiwa tertentu sehingga untuk hal yang lain yang sebaliknya dapat ditafsirkan
sebaliknya
Fiksi Hukum
v Kegiatan penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan dan penuntutan hukum
Ø Mekanisme keterbukaan partai dimana warga masyarakat di luar partai dapat ikut
serta berpartisipasi dalam menentukan kebijakan yang hendak diperjuangkan
melalui dan oleh partai politik
4. Kelemahan : Buku ini terlalu banyak menggunakan bahasa asing yang sebagian
besar tanpa arti dan penulis tidak memerhatikan tata cara penulisan karya ilmiah,
buktinya terdapat penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai serta adanya huruf
yang doubel.
5. Rekomendasi : Buku ini sangat cocok untuk Mahasiswa Baru yang baru
belajar Hukum Tata Negara di Fakultas hukum Unhas. Tidak hanya itu,
penjelasannya sangat komprehensif sehingga para pembaca mengetahui apa itu
Hukum Tata Negara.