Anda di halaman 1dari 104

Manajemen Pajak Penghasilan Dalam

Undang-Undang PPh bagi PTS

Materi Semiloka Perpajakan Dalam Rangka


Persiapan Pengisian SPT Tahunan PPh Badan
bagi PTS/BPTS di Lingkungan Kopertis
Wilayah IV
Jatinangor, 31 Januari 2005

1
Mengapa diperlukan
kesadaran membayar pajak
 77,8% APBN 2004 disumbang dari
sektor pajak
 APBN 2005 masih mengandalkan
penerimaan dari pajak
 Adanya upaya sistematis pemerintah
untuk meningkatkan penerimaan dari
sektor pajak melalui:
 Ekstensifikasi pajak
 Intensifikasi pajak

2
Kegiatan Ekstensifikasi Pajak
 Pemberian NPWP secara jabatan bagi
wajib pajak orang pribadi yang berstatus
sebagai karyawan (Ph di atas PTKP)
 Pemberian NPWP di lokasi usaha yang
berada di sentra perdagangan atau
perkantoran
 Pemberian NPWP atau PKP bagi
pengusaha yang belum terdaftar
 Penentuan jumlah angsuran PPh pasal 25
dan atau jumlah PPN yang harus disetor
 Penentuan jumlah PPN yang terutang atas
transaksi penjualan dalam tahun berjalan
kepada pedagang eceran yang mempunyai
usaha di sentra perdagangan
3
Data yang Digunakan
 Pelanggan listrik di atas 6.600 watt
 Pelanggan telkom dengan pembayaran
pulsa rata-rata Rp 300.000 atau lebih
 Pemilik mobil dengan nilai di atas Rp 200
juta atau sepeda motor di atas Rp 100 juta
 Pemegang paspor Indonesia, kecuali
paspor haji
 Tenaga kerja asing yang bertempat tinggal
di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangkwa waktu 12 bulan
 Karyawan lokal kedutaan besar atau
organisasi internasional

4
Data yang Digunakan
 Pemilik tanah dan atau bangunan dengan
NJOP Rp 1 milyar atau lebih
 Pemilik telepon seluler pasca bayar
 Pemegang kartu kredit
 Pemegang polis atau premi asuransi
 Pemegang kartu keanggotaan golf
 Artis
 Pemilik atau penyewa ruang apartemen
atau kondominium
 Pemilik kapal pesiar, speed boat, atau
pesawat terbang

5
Data yang Digunakan
 Pemilik saham yang diperdagangkan di
bursa
 Pemilik rumah sewa dan kost
 Pemegang saham, komisaris, direktur dan
penerima dividen
 Pemilik atau penyewa atau pengguna dan
pengelola ruangan pada sentra
perdagangan/perkantoran/mal/plaza/kawas
an industri/sentra ekonomi
 Subjek pajak berdasarkan lampiran SPT
telah memenuhi syarat tetapi belum
memiliki NPWP

6
Kegiatan Intensifikasi Pajak
 Optimalisasi penerimaan pajak dari wajib
pajak yang sudah terdaftar melalui:
 Pemeriksaan pajak dilanjutkan dengan
penerbitan STP (Surat Tagihan Pajak) PPh
atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) PPN
 Jika ditemukan kewajiban perpajakan tahun-
tahun sebelumnya (sepanjang belum
melewati batas daluarsa penetapan pajak)
dibuatkan usulan pemeriksaan khusus

7
Ketentuan Pidana
(Pasal 38 UU No 16 Tahun 2000)
 Karena kealpaan
 Tidak menyampaikan SPT; atau
 Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
 Dipidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan atau denda paling tinggi 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar
8
Ketentuan Pidana
(Pasal 38 UU No 16 Tahun 2000)
 Kesalahan Disengaja
 Tidak mendaftarkan diri, atau
menyalahgunakan NPWP; atau
 Tidak menyampaikan SPT; atau
 Menyampaikan SPT dan atau keterangan
yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
atau
 Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
 Menolak memperlihatkan pembukuan,
pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar; atau

9
Ketentuan Pidana
(Pasal 38 UU No 16 Tahun 2000)
 Tidak menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku, catatan atau dokumen
lainnya; atau
 Tidak menyetorkan pajak yang telah
dipotong atau dipungut, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara
 Dipindana paling lama 6 (enam) tahun
dan atau denda paling tinggi 4 (empat)
kali jumlah pajak yang terutang yang
tidak atau kurang dibayar

10
Manajemen PPh bagi PTS

 UU No 17 Tahun 2000 tentang


Pajak Penghasilan
 Pajak yang dikenakan terhadap Subjek
Pajak atas Penghasilan yang Diterima atau
Diperoleh dalam Tahun Pajak

11
Hukum Pajak

MATERIIL FORMIL
Mengatur materinya: Mengatur acaranya:
• Subjek • Cara mendata
• Objek • Cara menetapkan
• Tarif • Cara membayar
Contoh: • Cara melapor, dll
• UU No 17 Th 2000 (PPh)
• UU No 18 Th 2000 (PPN) Contoh:
• UU No 16 Th 2000 (KUP)
• UU No 12 Th 1994 (PBB)
• UU No 19 Th 1997
• UU No 20 Th 2000 (BPHTB)
• UU No 13 Th 1985 (Bea Meterai) (Penagihan pajak)

Megatur Kewajiban dan Hak


WAJIB PAJAK 12
Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
• Kewajiban • Hak
– Mendaftar – Mencabut pendaftaran
– Potong/pungut – Menunda penyampaian SPT
– Setor – Membetulkan SPT
– Lapor – Menunda penyetoran
– Pembukuan – Pengajuan keberatan dan
banding

13
Undang-undang PPh
Aspek materiil Aspek formil
 Umum  Mekanisme
 Subjek Pajak pemotongan
 Objek Pajak
 Mekanisme
penyetoran
 Tarif Pajak
 Mekanisme
 Khusus pelaporan
 Pengelompokan  Mekanisme
pajak pembukuan

14
Kewajiban PTS sebagai WP
 PTS sebagai Subjek Pajak
 Memenuhi kewajiban perpajakan subjektifnya
 Menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang atas penghasilan yang diterma
 Perlu memahami objek pajak penghasilan
 Perlu memahami biaya fiskal
 Perlu memahami tarif pajak penghasilan
 Melakukan pembukuan
 PTS sebagai Wajib Pajak
 Memiliki kewajiban dan hak:
 POTONG/PUNGUT, SETOR, dan LAPOR pajak atas
penghasilan yg diterimakan kepada pihak lain

15
Administrasi Kewajiban pajak
Subjektif PTS

16
Administrasi Kewajiban Pajak
Subjektif PTS
 Menyampaikan SPT Masa
 PPh Pasal 25
 Batas akhir penyetoran tanggal 15 bulan berikutnya
 Batas akhir penyampaian SPT Tgl 20 bulan berikutnya
 Menyampaikan SPT Tahunan
 PPh Pasal 28/29 (Pajak kurang bayar)
 Batas akhir penyetoran tanggal 25 bulan ketiga tahun
pajak berikutnya
 Batas akhir penyampaian SPT tgl 30 bulan ketiga tahun
pajak berikutnya

17
PPh Pasal 25
Konsep Umum
• Angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar
sendiri oleh WP setiap bulan dalam tahun pajak
berjalan
• Besarnya angsuran pajak dihitung dengan rumus:
– Pajak penghasilan terutang menurut SPT tahun lalu
dikurangi dengan pajak penghasilan yang telah
dipotong dan atau dipungut serta pajak penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
21, 22, 23, dan 24, kemudian dibagi dengan 12 atau
banyaknya bulan dalam tahun pajak
18
PPh Pasal 25
Contoh Penghitungan PPh Pasal 25 (Konsep umum)
• Ph Kena Pajak Rp 500 jt
• PPh Terutang
– 10% x Rp 50.000.000,- = Rp 5.000.000,-
– 15% x Rp 50.000.000,- = Rp 7.500.000,-
– 30% x Rp 400.000.000,- = Rp 120.000.000,-
Jumlah Rp 132.500.000,-
• PPh pasal 22, 23, dan 24 yang telah dikreditkan sebesar
Rp 42.500.000,- (PPh yang dikenakan dg tarif tidak final)
• Pajak Kurang Bayar Tahun ini adalah:
– Rp 132.500.000 - Rp 42.500.000 = Rp 90.000.000,-
• PPh Pasal 25 tahun depan adalah:
– 1/12 x Rp 90.000.000 = Rp 7.500.000,-

19
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
PENGHASILAN
KOMERSIL

OBJEK PPh 4 DIKECUALIKAN OBJEK FINAL BUKAN OBJEK


(1) 4 (1) Huruf K 4 (2) 4 (3)

K- K- K-
K-
K+ Over
Penghasilan Fiskal
Under (-)
Biaya Fiskal PAJAK TERUTANG
(Ph Kena Pajak x Tarif
L/R Fiskal Pajak Psl 17)
20
Tarif PPh WP Badan
(Pasal 17 UU PPh)

• Lapisan Tarif I : S.d. 50 juta : 10%


• Lapisan Tarif II : 50 juta berikutnya: 15%
• Lapisan Tarif III : sisanya : 30%

21
Konsep Biaya Pajak untuk Pengisian SPT
BIAYA KOMERSIL

Dapat Dibiayakan Tidak Dapat Dibiayakan


Psl 6 (1) Psl 9 (1)
K+
Biaya Fiskal

L/R Fiskal

22
Daftar Koreksi Fiskal Negatif
(Formulir SPT 1771-I)
• Selisih penyusutan komersil di bawah
penyusutan fiskal
• Selisih Selisih amortisasi komersil di bawah
amortisasi fiskal
• Penghasilan yang ditangguhkan
pengakuannya
• Penyesuaian fiskal negatif lainnya
– Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak
– Penghasilan yang dikenakan pajak final
– Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

23
Daftar Koreksi Fiskal Positif
(Formulir SPT 1771-I)
• Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan
pemilik perusahaan
• Pembentukan atau pemupukan dana
cadangan
• Penggantian atau imbalan pekerjaan atau
jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan
• Jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham/pihak
yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan
• Harta yang dihibahkan, bantuan, atau
sumbangan
24
Daftar Koreksi Fiskal Positif
(Formulir SPT 1771-I)
• Pajak penghasilan
• Gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma atau CV yang modalnya
tidak terbagi atas saham
• Sanksi administrasi
• Selisih penyusutan komersial di atas
penyusutan fiskal
• Selisih amortisasi komersil di atas amortisasi
fiskal
• Biaya yang ditangguhkan pengakuannya
• Penyesuaian fiskal positif lainta

25
Konsep Pelunasan Pajak Terutang dalam SPT

PENGHASILAN

OBJEK PPh 4 DIKECUALIKAN OBJEK FINAL BUKAN OBJEK


(1) 4 (1) Huruf K 4 (2) 4 (3)

Daftar
Dilampirkan

DIPOTONG
Kredit Pajak
pada saat diterima

TIDAK DIPOTONG
pada saat diterima SPT Tahunan
26
Format Laporan Keuangan Fiskal
Formulir SPT 1771 - I
1. Penghasilan neto fiskal dalam negeri
a. Peredaran usaha
b. Harga pokok penjualan
c. Biaya usaha lainnya
d. Ph neto dari usaha (a – b – c)
e. Penghasilan dari luar usaha
f. Biaya dari luar usaha
g. Ph neto dari luar usaha (e – f)
JUMLAH (d + g)
Penghasilan neto Komersil Luar Negeri
Jumlah Penghasilan neto Komersil

27
Format Laporan Keuangan Fiskal
Formulir SPT 1771 - I
2. Penghasilan yang dikenakan PPh Final
dan yang tidak termasuk objek pajak
3. Penyesuaian fiskal positif
4. Penyesuaian fiskal negatif
JUMLAH
5. Penghasilan neto fiskal (1 – 2 + 3 – 4 – 5)

28
Format SPT Tahunan WP Badan
Kode Nama Formulir Keterangan
1771 SPT Tahunan PPh WP Badan Induk SPT
1771-I Penghitungan Penghasilan neto Lamiran I
fiskal
1771-II Perincian HPP, biaya usaha lainnya, Lampiran II
dan biaya dari luar usaha
1771-III Kredit pajak dalam negeri Lampiran III
1771-IV PPh Final & Penghasilan yang tidak Lampiran IV
termasuk objek pajak
1771-V Daftar pemegang saham/deviden Lampiran V
yang dibagikan/Susunan Pengurus

29
PTS Sebagai Pemotong
Pajak

Terkait dengan SPT Masa

30
PTS sebagai Pemotong Pajak
 Pemotongan/pemungutan pajak
 Harus memahami objek pajak yang harus dipotong
 Harus memahami jumlah pajak yang harus dipotong
 Harus memberikan bukti potong/pungut kepada pihak yang
dipotong/dipungut (Formulir bukti potong/pungut)
 Penyetoran pajak yang dipotong
 Wajib melakukan penyetoran atas pajak yang
dipotong/dipungut (Surat Setoran Pajak)
 Pelaporan pajak yang disetor
 Wajib melaporkan pajak yang telah disetorkan (Formulir
SPT Masa (bulanan)

31
Administrasi Potong/Pungut
No Jenis Pajak Batas Waktu Penyetoran Batas Waktu SPT

1. PPh Pasal 21/26 Tgl 10 bulan berikutnya Tgl 20 bulan


berikutnya

2. PPh Pasal 22 Pada hari yang sama Tgl 14 bulan


Bendaharawan dengan pembayaran berikutnya

3. PPh Pasal 23/26 Tgl 10 bulan berikutnya Tgl 20 bulan


berikutnya

4. PPh Pasal 25 Tgl 15 bulan berikutnya Tgl 20 bulan


berikutnya

32
MEKANISME POTONG/PUNGUT
PTS YANG DIPOTONG
(Witholder) (Subjek Pajak)
MEMBAYAR
Pemberi Hasil Penerima Penghasilan

OBJEK PEMOTONGAN BUKAN OBJEK

Psl 4 (1) & (2) UU PPh Psl 4 (3) UU PPh

Kewajiban Perpajakan SSP


 POTONG/PUNGUT
 SETOR
Bukti
 LAPOR Potong SPT MASA
33
PTS wajib memotong PPh apa saja?
Kewajiban potong/pungut
 PPh Pasal 21
 Siapa Subjeknya
 Dosen, karyawan, peneliti, tenaga ahli, dll.

 Apa Objeknya :
 Gaji; bonus; upah harian, mingguan, satuan,

borongan; uang pensiun; tabungan hari tua;


pesangon; honorarium; uang saku; hadiah;
komisi; dan imbalan lain sehubungan dengan
pekerjaan

34
PTS wajib memotong PPh apa saja
 Bukan Objek PPh 21
 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya disyahkan oleh pemerintah
 Iuran THT yang dibayarkan kepada Taspen dan Jamsostek
 Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh PTS
 Bagaimana cara mengelola pemotongan PPh 21?
 Kepada subjek pajak yang dipotong diberikan bukti potong
(Formulir bukti potong PPh 21)
 Hasil pemotongan pajak disetor ke bank paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya (Formulir SSP)
 Bukti setor dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya (Formulir SPT Masa)

35
PTS wajib memotong PPh apa saja ?

 PPh Pasal 23
 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diperoleh sehubungan dengan penggunaan
modal, penyerahan jasa, penyelenggaraan
kegiatan
 Subjek PPh Pasal 23
 Badan (bukan orang pribadi) yang menerima
penghasilan
 Objek PPh Pasal 23
 Bunga, royalti, hadiah dan penghargaan
 Jasa teknik dan manajemen

36
PTS wajib memotong PPh apa saja ?

 PPh Pasal 23
 Bagaimana cara mengelola pemotongan PPh
Pasal 23?
 Kepada subjek pajak yang dipotong diberikan bukti
potong (Formulir bukti potong PPh 23)
 Hasil pemotongan pajak disetor ke bank paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya (Formulir SSP)
 Bukti setor dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya (Formulir SPT Masa)

37
Kewajiban perpajakan bagi PTS
 PPh Pasal 26
 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diterimakan kepada orang pribadi/badan asing
dari PTS
 Subjek PPh 26
 Orang / Badan asing yg menerima penghasilan
dari PTS
 Objek PPh 26
 Penghasilan dari pekerjaan
 Penghasilan dari jasa

38
PEMOTONG PPh Pasal 21 YANG DIPOTONG
(Witholder) (SUBJEK PAJAK)
WP Orang Pribadi DN:
• Pemberi kerja MEMBAYAR • Pegawai
• Bendaharawan • Bukan pegawai
• Dana pensiun • Tenaga Ahli
• Badan lain yg • Pensiunan
membayar • Penerima honor lainnya
honor
• Penyelenggara OBJEK BUKAN OBJEK
Kegiatan • Penghasilan teratur
• Pembayaran asuransi :
• Penghasilan tidak teratur
kesehatan, kecelakaan, jiwa,
• Upah harian, mingguan, beasiswa
satuan, borongan • Natura, kecuali dari WP yg
• Uang tebusan pensiun, dikenakan pajak final
BUKAN THT, pesangon, dll. • Iuran pensiun yg dibayarkan
PEMOTONG • Honorarium, uang saku, kepada dana pensiun resmi
• Natura yang diberikan oleh
• Perwakilan komisi, dll.
• Jasa tenaga ahli pemerintah
NA • Pajak yg ditanggung oleh
• Organisasi • Natura dari WP yg
pemberi kerja
Internasionl dikenakan pajak final • Zakat 39
Tarif Umum PPh Pasal 21
(Pasal 17 UU PPh)

 S.d. Rp 25 juta : 5%
 Rp 25 juta berikutnya : 10%
 Rp 50 juta berikutnya : 15%
 Rp 100 juta berikutnya : 25%
 Sisanya : 35%

40
Konsep umum penghitungan PPh – 21
Pegawai Tetap Pensiunan Peg.Tdk.Tetap
Ph Bruto Ph Bruto Honorarium
Dikurangi Dikurangi
Biaya Jabatan Biaya Pensiun
Iuran Pensiun

Ph Neto Ph Neto

Dikurangi Dikurangi Dikurangi


PTKP PTKP PTKP
PKP PKP PKP
PPh – 21 : Tarif Pasal 17 UU PPh 41
Konsep umum penghitungan PPh – 21
Tebusan Upah harian, Imbalan atas
Pensiun/THT/ mingguan, jasa dan
Pesangon satuan, borong kegiatan
Ph Bruto Ph Bruto Ph Bruto

PKP
£ Rp 8.640.000 Dikurangi
dibebaskan utk
uang Pensiunan PTKP
£ Rp 17.280.000
dibebaskan utk PKP
uang Pesangon PKP

PPh – 21 : Tarif pasal 17 UU PPh


42
Konsep umum penghitungan PPh – 21

Tenaga Ahli Petugas dinas Hadiah dan


menjalankan luar asuransi/ Penghargaan
pek. bebas penjaja barang Perlombaan
Ph Bruto Komisi Ph Bruto

NPPN
PPh – 21
50% x 15% = Tarif pasal 17
(7,5%) 10% UU PPh
FINAL FINAL
43
PEMOTONG PPh Pasal 23 YANG DIPOTONG
(Witholder) (SUBJEK PAJAK)
• WB Badan - DN • WP Dalam Negeri:
• WP OP tertentu yg
Membayar • Orang Pribadi
ditunjuk oleh Dirjen • Badan
• BUT • BUT
• Penyelenggara
kegiatan
• Perwakilan Prsh LN BUKAN OBJEK
OBJEK • Penghasilan yang
• Dividen, bunga, royalti, dibayar atau terutang
hadiah, penghargaan kepada bank
• Bunga simpanan koperasi • Sewa yang dibayar
• Sewa
BUKAN • Jasa teknik & Manajemen atau terutang
PEMOTONG • Jasa dan pelaksanaan sehubungan dengan
• Perwakilan konstruksi sewa guna usaha
NA • Jasa perancangan dengan hak opsi
• Organisasi • Jasa profesi
44
Internasionl • Jasa lain
BUKAN OBJEK PPh Pasal 23

• Dividen atau bagian laba yg diterima atau diperoleh PT sebagai


WP di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan
laba ditahan dan kepemilikan minimal 25% dari saham disetor
• Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya
• Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan
dengan Kep. Menkeu (Minimal Rp 240.000,- per bulan)

45
Objek dan Tarif PPh Pasal 23
No Objek Tarif Sifat
1. Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah 15% dari Bruto Tidak Final
dan penghargaan
2. Bunga simpanan koperasi 15% dari Bruto Final
3. a. Sewa Angkutan 15% x 20% = 3% Tidak Final
b. Sewa tanah dan bangunan 15% x 40% = 6% Final
c. Sewa lainnya 15% x 40% = 6% Tidak Final
4. Jasa Teknik dan manajemen 15% x 40% = 6% Tidak Final
5. Jasa perancang/desain 15% x 40% = 6% Tidak Final
6. Jasa perencanaan dan pengawasan 15% x 26,67% = 4% Tidak Final
konstruksi
7. Jasa pelaksanaan konstruksi 15% x 13,33% = 2% Tidak Final
8. - Jasa pembasmian hama 15% x 10% = 1,5% Tidak Final
- Jasa selain di atas yg
pembayarannya dibebankan pada
APBN atau APBD

46
Objek dan Tarif PPh Pasal 23
No Objek Tarif Sifat
10. Jasa lain selain yang telah dipotong
PPh pasal 21
a. Jasa profesi termasuk konsultan 15% x 50% = 7,5% Tidak Final
hukum dan pajak
b. Jasa perancangan/desain 15% x 40% = 6% Tidak Final
c. Jasa instalasi 15% x 40% = 6% Tidak Final
d. Jasa perawatan/pemeliharaan 15% x 40% = 6% Tidak Final
e. Jasa penitipan (tidak termasuk 15% x 40% = 6% Tidak Final
sewa)
f. Jasa perdagangan surat berharga 15% x 40% = 6% Tidak Final
g. Jasa pemanfaatan informasi 15% x 40% = 6% Tidak Final
termasuk internet
h. Jasa telekomunikasi yang bukan 15% x 40% = 6% Tidak Final
untuk umum
i. Jasa akuntansi dan pembukuan 15% x 40% = 6% Tidak Final

47
Objek dan Tarif PPh Pasal 23
No Objek Tarif Sifat
j. Jasa pengolahan/pembuangan limbah 15% x 40% = 6% Tidak Final
k. Jasa penebangan hutan, termasuk land 15% x 40% = 6% Tidak Final
clearing
l. Jasa pengeboran di bidang 15% x 40% = 6% Tidak Final
pertambangan migas
m. Jasa penunjang di bidang 15% x 40% = 6% Tidak Final
penambangan migas dan non migas
n. Jasa perantara 15% x 40% = 6% Tidak Final
o. Jasa penilai (appraisal) 15% x 40% = 6% Tidak Final
p. Jasa aktuaris 15% x 40% = 6% Tidak Final
q. Jasa suli suara 15% x 40% = 6% Tidak Final
r. Jasa rekruitmen 15% x 40% = 6% Tidak Final
s. Jasa sehubungan dengan software 15% x 40% = 6% Tidak Final
komputer

48
Materi UU No 17 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan
Subjek Pajak
Objek Pajak

Tarif Pajak

Pengelompokan PAjak

49
SUBJEK PAJAK

Berdasarkan UU No 17 Tahun 2000


Tentang
PAJAK PENGHASILAN

50
Subjek Pajak
Konsep umum
 Subjek Pajak Tidak Sama dengan Wajib Pajak
 Subjek Pajak:
 Pihak yang membayar pajak
 Wajib Pajak:
 Pihak yang melakukan kewajiban perpajakan
(potong/pungut, setor, lapor, pembukuan)

Klasifikasi Subjek Pajak


 Subjek Pajak Dalam Negeri
 Subjek Pajak Luar Negeri
 Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap
51
Bukan Subjek Pajak
• Badan perwakilan negara asing
• Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
dari negara asing dan orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :
– Bukan WNI
– Tidak menerima penghasilan lain di luar jabatannya
– Negara ybs memberikan perlakuan timbal balik
• Organisasi internasional yang ditetapkan oleh
Menkeu dengan syarat:
– Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
– Tidak melakukan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia
• Pejabat perwakilan organisasi internasional yang
ditetapkan oleh Menkeu dengan syarat:
– Bukan WNI
– Tidak melakukan usaha lain di Indonesia
52
OBJEK PAJAK

Menurut UU No 17 Tahun 2000


Tentang
PAJAK PENGHASILAN

53
Objek PPh - Pasal 4 (1)
Setiap tambahan kemampuan ekonomis … dst.
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan
penghargaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan/pengalihan harta
termasuk:
– Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan atau sumbangan, KECUALI :
• Diberikan kepada keluarga sedarah semenda dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan
• Badan keagamaan atau Badan Pendidikan atau badan
sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yuang
ditetapkan oleh menteri keuangan sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan

54
Objek PPh - Pasal 4 (1)
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi
(SHU di atas Rp 240.000,-)
h. Royalti
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

55
Objek PPh - Pasal 4 (1)
k. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali
sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan PP
 Di bawah 350 jt dibebaskan
 Hanya dapat dinikmati sekali setahun
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. Premi asuransi
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
 Asosiasi Akuntan, Dokter, dll menerima iuran dari para
anggotanya
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak

56
Objek Pajak yg Dikenakan Pajak Tersendiri –
Pasal 4 (2)
• Penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya
– Tarif Final 20%
– Minimum tabungan tidak kena pajak Rp 5 jt
• Penjualan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya di bursa efek
– Pajak utk setiap transaksi 0,03% (Final)
– Bunga obligasi 15% (Final)
• Penghasilan dari hadiah undian
– Tarif Final 25% final

57
Objek Pajak yg Dikenakan Pajak Tersendiri –
Pasal 4 (2)

• Penghasilan dari pengalihan harta berupa


tanah dan atau bangunan
– Orang Pribadi 5% dari nilai tertinggi berdasarkan
NJOP PBB (Final)
– Badan 5% (tidak final)
• Penghasilan dari persewaan tanah dan
bangunan
– Diterima oleh WP orang pribadi 10% Final
– Diterima oleh WP badan 6% Final

58
Bukan Objek PPh - Pasal 4 (3)
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
yang diterima oleh BAZ yang dibentuk atau
disyahkan oleh pemerintah
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan oleh badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menkeu sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan

59
Bukan Objek PPh – Pasal 4 (3)
3. Warisan
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari WP
atau pemerintah
6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada
orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa

60
Bukan Objek PPh - Pasal 4 (3)
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam
negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia, dengan syarat:
• Dividen berasal dari cadangan laba ditahan
• Bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan
harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham
tersebut
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menkeu,
baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai
61
Bukan Objek PPh - Pasal 4 (3)
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Kep.Menkeu
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
11. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan
reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak
pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha
12. Penghasilan yang diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan yang didirikan
dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat
pasangan:
• Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha
yang ditetapkan oleh Menkeu.
• Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia
62
Tarif PAJAK

Telah Dibahas Di muka

63
PENGELOMPOKAN PPh

UNDANG-UNDANG No. 17 Tahun 2000

64
Pengelompokan PPh dalam UU PPh
 PPh Pasal 21
 Semua penghasilan yang diterima orang pribadi yang
bersumber dari pekerjaan diatur dalam pasal 21
 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 21
 PPh Pasal 22
 Semua penghasilan yang bersumber dari belanja barang
melalui bendaharawan pemerintah dan dari kegiatan di
bidang usaha tertentu serta kegiatan impor diatur dalam
pasal 22
 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 22
 PPh Pasal 23
 Semua penghasilan yg bersumber dari penggunaan harta
atau modal dan dari kegiatan jasa diatur dalam pasal 23
 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 23

65
Pengelompokan PPh dalam UU PPh
 PPh Pasal 24
 Batas maksimum pajak yang dapat dikreditkan dari pajak
yang dibayarkan di luar negeri diatur dalam pasal 24
 Pajak yang dikreditkan selanjutnya disebut PPh Pasal 24
 PPh Pasal 25
 Jumlah angsuran pajak yang harus dibayar setiap masa
(bulan) pada tahun pajak berikutnya diatur dalam pasal 25
 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 25
 PPh Pasal 26
 Semua pajak yang dipungut dari penerima penghasilan
orang pribadi atau badan luar negeri diatur dalam pasal 26
 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 26

66
PPh Pasal 21

Telah dibahas di Muka

67
PEMOTONG
PPh Pasal 22 YANG DIPOTONG
(Witholder) (SUBJEK PAJAK)
• Bank Devisa, DJBC • WP Dalam Negeri:
• BUMN/BUMD • Orang Pribadi
MEMBAYAR • Badan
• Bendaharawan
• BULOG, BI, • BUT
BPPN,dll
• Pertamina
• Badan usaha bidang BUKAN OBJEK
industri tertentu • Pembayaran yang jumlahnya
OBJEK paling banyak Rp 1.000.000
• Kegiatan Impor • Pembayaran untuk pembelian
• Pembayaran yang bahan bakar minyak, listrik,
dibebankan kepada gas, air minum/PDAM, dan
BUKAN APBN/APBD benda-benda pos
• Emas batangan yang akan
PEMOTONG • Penjualan hasil produksi:
diproses untuk menghasilkan
• Perwakilan premium, tepung terigu, barang perhiasan dari emas
NA gula pasir, kertas, semen, untuk tujuan eskpor
• Organisasi baja, otomotif roda dua • Pembayaran JPS oleh KPKN
Internasionl • Rokok, kecuali kretek (Otomatis Dibebaskan) 68
BUKAN OBJEK PPh Pasal 22 (Perlu SKB)
• Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk:
• Barang perwakilan negara asing dan badan internasional dengan asas timbal balik
• Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau
kebudayaan
• Barang pindahan
• Barang pribadi penumpang, awak sarana pengakut, pelintas batas, dan barang
kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan peraturan perudang-undangan
pabean
• Barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum
• Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara
• Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara
• Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan PIN
• Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
• Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dana kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang,
dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia
yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau
perusahaan penangkapan ikan nasional 69
Tarif PPh pasal 22
No Objek Tarif Sifat
1. Impor API = 2,5% NI Tidak Final
Non = 7,5% NI
2. Pembayaran atas pembelian 1,5% x HP Tidak Final
barang daribelanja
negara/daerah
3. Penjualan hasil produksi: 0,25% x P Final
a. Premium/Premix/Pelumas,
dll
b. Tepung terigu Rp 38 – Rp 91 / zak Final
c. Gula pasir Rp 70 – Rp 85 / kwintal Final
d. Semen 0,25% x DPP PPN Tidak Final
e. Kertas 0,1% x DPP PPN Tidak Final
4. Baja 0,3% x DPP PPN Tidak Final
5. Otomotif (roda dua atau lebih) 0,45% x DPP PPN Tidak Final
6. Rokok (kecuali kretek) 0,12% x DPP PPN Tidak Final
70
PPh Pasal 23

Telah Dibahas di Muka

71
PPh Pasal 24
Konsep Umum
• Pajak yang telah dibayarkan di luar negeri dapat
dikreditkan
• Syarat untuk dapat mengkreditkan pajak yang
telah dibayar di luar negeri:
– Menyampaikan laporan keuangan dari penghasilan
yang berasal dari luar negeri
– Menyampaikan fotocopy Surat pemberitahuan Pajak
yang disampaikan di luar negeri
– Menyampaikan dokumen pembayaran pajak luar negeri
• Kerugian dari usaha yang berasal dari luar negeri
tidak diakui sebagai kerugian
72
PPh Pasal 24
• Mekanisme pengkreditan di Indonesia menggunakan
metode Ordinary Credit Method
– Jumlah yang dapat dikreditkan dibatasi secara proporsional
sesuai dengan beban total pajak terutang
Contoh:
• PT X memperoleh penghasilan kena pajak bersih dari
Singapura sebesar Rp 500 juta
• Pajak yang dibayar di Singapura sebesar Rp 300 juta
• Selain itu PT X mengalami kerugian dari Philipina
sebesar Rp 250 juta
• Penghasilan kena pajak bersih dalam negeri tahun ini
ditetapkan sebesar Rp 1 M

73
PPh Pasal 24
• PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah:
• Total penghasilan
– Dari Indonesia Rp 1.000.000.000,-
– Dari Singapura Rp 500.000.000,-
Jumlah Ph Kena Pajak Rp 1.500.000.000,-
• Pajak Terutang (UU PPh pasal 17):
– Lapisan Tarif I(50 jt x 10%) Rp 5.000.000,-
– Lapisan Tarif II (50 jt x 15%) Rp 7.500.000,-
– Lapisan Tarif III
Rp 1,4 M x 30% Rp 420.000.000,-
Jumlah Pajak Terutang Rp 432.500.000,-

74
PPh Pasal 24
• Maksimum PPh Pasal 24 yang dapat direditkan
Penghasilan dari Singapura = Rp 0,5 M
Total Ph Kena Pajak Rp 1,5 M
= 0,333
• Penghitungan Pajak yang dapat dikreditkan:
0,333 x Jumlah Pajak Terutang
= 0,333 x Rp 432.500.000,-
= Rp 144.166.667,-
• Pajak kurang bayar yang harus dilunasi:
Rp 432.500.000 - Rp 144.166.667 = Rp 288.333.333,-

75
PPh Pasal 25

Telah dibahas di muka

76
KONSEP
DITERIMA DAN DIPEROLEHNYA
PENGHASILAN DALAM UU PPh

SEBAGAI BASIS UNTUK


PENETAPAN
PENGHASILAN KENA PAJAK

77
Pengakuan Penghasilan
• Konsep Umum
– Hukum pajak mengakui adanya sistem
accrual basis dalam pengakuan
pendapatan dan beban sebagaimana yang
diatur dalam SAK
– Metode pengakuan pendapatan dan beban
yang digunakan adalah Matching Concept
• Contoh: Laba kena pajak tahun 2004 dihitung
dengan jalan menghitung jumlah seluruh
penghasilan yang diterima atau diperoleh
selama tahun 2004 DIKURANGI dengan biaya-
biaya yang dibebankan pada tahun 2004 pula

78
Contoh Accrual Basis pada Jasa Konstruksi
• Nilai Pekerjaan (Proyek) Rp 750.000.000,-
• Dimulai September 2003, lama penyelesaian (2003
s.d. 2005) lebih dari 2 tahun
• Penyelesaian kontrak sbb:
Th 2003
– Pembebanan biaya Rp 50.000.000,-
– Penerimaan Termyn Rp 60.000.000,-
– Penyelesaian Proyek 10%
Th 2004
– Pembebanan biaya Rp 400.000.000,-
– Penerimaan Termyn Rp 425.000.000,-
– Penyelesaian Proyek 70%
Th 2005
– Pembebanan biaya Rp 167.500.000,-
– Penerimaan Termyn Rp 265.000.000,-
– Penyelesaian Proyek 100%

79
Contoh Accrual Basis pada Jasa Konstruksi
• Pengakuan penghasilan setiap tahun adalah sbb:
Th 2003
– Penyelesaian fisik = 10% Rp 75.000.000,-
– Pembebanan biaya Th-2003 Rp 50.000.000,-
– Penghasilan Tahun 2003 Rp 25.000.000,-

Th 2004
– Penyelesaian fisik = 70% Rp 525.000.000,-
– Pembebanan biaya Th-2004 Rp 450.000.000,-
– Keuntungan s.d. Th 2004 Rp 75.000.000,-
– Sudah diperhitungkan Th 2003 Rp 25.000.000,-
– Penghasilan Tahun 2004 Rp 50.000.000,-
Th 2005
– Penyelesaian fisik = 100% Rp 750.000.000,-
– Pembebanan biaya Th-2005 Rp 617.500.000,-
– Keuntungan s.d. Th 2005 Rp 132.500.000,-
– Sudah diperhitungkan Th 2004 Rp 75.000.000,-
– Penghasilan Tahun 2005 Rp 57.500.000,- 80
Pengakuan Penghasilan
Terkait dengan Pajak Terutang
• Pajak Final
– Tidak ada lagi komponen pajak terutang
dalam penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam tahun pajak yang bersangkutan
• Pajak Tidak Final
– Masih ada komponen pajak terutang dalam
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
satu tahun pajak yang harus dihitung kembali
untuk menetapkan besarnya penghasilan kena
pajak dalam tahun yang bersangkutan
81
KONSEP TAHUN PAJAK
DALAM UU PPh

SEBAGAI BASIS UNTUK


PENGHITUNGAN JUMLAH BULAN
DALAM SATU TAHUN PAJAK

82
Tahun Pajak
• Konsep umum
– Tahun pajak merupakan tahun takwin
– Wajib pajak dapat menggunakan tahun buku
yang meliputi jangka waktu 12 bulan
– Penghasilan yang dikenakan pajak adalah
penghasilan yang diperoleh selama satu tahun
pajak

83
BIAYA / BEBAN
1. Dapat Dibiayakan - Pasal 6 (1)
• Semua biaya yang digunakan untuk mendapatkan
penghasilan dapat dikurangkan, kecuali:
– Biaya utk mendapat penghasilan yg bukan objek
pajak
– Biaya utk mendapat penghasilan yg dikenakan
pajak final
– Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit
• Dapat juga terjadi pembebanan biaya yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, maka perlu dilakukan
koreksi fiskal
– Dikoreksi fiskal positif jika dilaporkan terlalu besar
– Dikoreksi fiskla negatif jika dilaporkan terlalu kecil
2. Tidak Dapat Dibiayakan - Pasal 9 (1)
• Dikoreksi fiskal positif jika terlanjur dibebankan
84
Biaya yg Diperbolehkan – Psl 6 (1)
1. Biaya untuk mendapatkan, mengih, dan
memelihara penghasilan, termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,
sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya
administrasi, dan pajak kecuali pajak
penghasilan
2. Penyusutan dan amortisasi (metode
penyusutan harus sesuai dg pasal 11 & 11A)
85
BEBAN DAN BIAYA

Berdasarkan UU No 17 tahun 2000


Tentang
PAJAK PENGHASILAN

86
Biaya yg Diperbolehkan – Psl 6 (1)
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
yang dimiliki untuk operasional perusahaan
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
• Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tetap,
maka selisih kurs diakui pada saat terjadinya realisasi
pembayaran
• Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tengah
BI, maka selisih kurs diakui pada akhir tahun
• Selisih kurs karena kebijakan pemerintah di bidang moneter
dibukukan dalam akun sementara di neraca, dan
pembebanannya dilakukan secara bertahap berdasarkan
realisasi pembayaran valas tersebut
6. Biaya litbang perusahaan yang dilakukan di
Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
87
Biaya yg Diperbolehkan – Psl 6 (1)
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih,
dengan syarat:
• Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan
laba rugi komersil
• Telah diserahkan perkara penagihannya kepada
Pengadilan Negeri atau badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang antara kreditur
dan debitur
• Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus
• Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang tak
tertagih kepada Dirjen Pajak

88
Biaya yg Diperbolehkan – Psl 6 (2)
• Kerugian dapat dikompensasikan selama lima
tahun, teritung mulai tahun pajak berikutnya
• Kepada orang pribadi diberikan pengurangan
Penghasilan Tidak Kena Pajak
• SE 46/PJ.31/1995 Bunga pinjaman selama masa
konstruksi untuk pengusaha realestate
Contoh Kompensasi Kerugian
• PT X pada tahun 2000 mengalami kerugian
sebesar Rp 5 M (Harus didukung dengan Surat
Ketetapan Pajak dari Dirjen Pajak)
• Pada tahun 2001, 2002, dan 2004 mengalami
laba masing-masing sebesar Rp 1 M
• Pada tahun 2003 mengalami rugi Rp 500 juta
89
Kompensasi Kerugian
• Kerugian Awal yg dpt dikompensasikan Rp 5,0 M
• Kompensasi kerugian tahun 2001
– Laba tahun Rp 1 M
– Kompensasi kerugian Rp 1 M (Rp 1,0 M)
– Sisa kerugian dpt dikompensasikan s.d. 2005 Rp 4,0 M
• Kompensasi kerugian tahun 2002
– Laba tahun 2002 Rp 1 M
– Kompensasi kerugian Rp 1 M (Rp 1,0 M)
– Sisa kerugian dpt dikompensasikan s.d. 2005 Rp 3,0 M
• Kompensasi Kerrugian tahun 2003 tidak ada (Rp - )
– Sisa kerugian dpt dikompensasikan s.d. 2005 Rp 3,0 M
– Sisa kerugian dpt dikompensasikan s.d. 2008 Rp 0,5 M
• Kompensasi kerugian Tahun 2004
– Laba tahun 2004 Rp 1 M
– Kompensasi kerugian Rp 1 M (Rp 1,0 M)
– Sisa kerugian dpt dikompensasikan s.d. 2005 Rp 2,0 M
– Sisa kerugian dpt dikompensasikan s.d. 2008 Rp 0,5 M

90
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan –
Pasal 9 (1)
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam
bentuk apa pun
– Untuk mengantisipasi dividen menjadi expense
2. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana
cadangan, dengan pengecualian: untuk
bank, asuransi, dan leasing dengan hak
opsi, biaya reklamasi untuk pertambangan
boleh dibebankan

91
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Psl 9 (1)
4. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa
dwiguna, dan beasiswa yang dibayar oleh WP
orang pribadi, dengan pengecualian: jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang
bersangkutan
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, dengan pengecualian: Penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
92
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Psl 9 (1)
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan
kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,
dan warisan, kecuali zakat yang dibayar kepada
BAZ yang dibentuk oleh pemerintah
8. Pajak penghasilan
9. Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi WP / orang yang menjadi
tanggungannya
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau CV yang modalnya tidak terbagi atas
saham
11. Sanksi administrasi yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan
93
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
Pasal 10 (6)
• Selisih lebih penilaian harga pokok
penjualan yang menggunakan metode
LIFO (Last In First Out)
Berbasis Pasal 11
• Jumlahm melebihi biaya penyusutan yang
ditetakan oleh undang-undang PPh

94
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 3
• Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimasud pasal 9 ayat (8) huruf f
dan g UU PPN sepanjang tidak dapat
dibuktikan benar telah dibayar
– Faktur pajak cacat / tidak lengkap
– Bisa dibuktikan dengan pembelian yang dilengkapi
dengan narasi : Harga sudah termasuk pajak
• Pajak masukan berkenaan dengan
pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan
dalam menentukan besarnya penghasilan
kena pajak sebagaimana pasal 9 (1) UU PPh

95
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
• Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan:
– Yang bukan objek pajak
– Yang pengenaan pajaknya bersifat final
– Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit atau
norma penghitungan penghasilan neto dan norma khusus
• PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan,
kecuali: PPh pasal 26, tetapi tidak termasuk dividen,
sepanjang PPh tsb ditambahkan dalam penghitungan
dasar untuk pemotongan pajak
– Contoh: PPh pasal 26: 20% x 100/80 x Fee (boleh
dibiayakan)

96
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
• Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki
dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan
untuk mendapatkan, menagih, danmemelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak
– Contoh: Perusahan mempunyai vila di puncak
• Dijual = Rugi, tidak dapat dibiayakan
• Dijual = untung, menjadi objek pajak final
Pasal 5
• Tidak dicatat sebagai penghasilan perusahaan selisih
lebih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta
yang dialihkan kepada pegawainya
– Contoh: Pelelangan yang harganya di bawah harga pasar

97
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
SE Dirjen Pajak No 20/PJ.42/1994
• Bunga pinjaman selama masa konstruksi
yang tidak dikapitalisir menjadi komponen
harga pokok atau harga perolehan aset.
• Contoh : pembangunan gedung
Kep. Dirjen Pajak No 220/PJ/2002
• 50% dari biaya pemakaian telepon seluler
yang meliputi beban penyusutan, biaya
berlangganan/pengisian ulang pulsa
perbaikan
• 50% dari biaya pemakaian kendaraan sedan,
yang meliputi beban penyusutan dan biaya
pemeliharaan / perbaikan rutin

98
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
SE Dirjen Pajak No 27/PJ.42/1986
• Biaya entertainment/jamuan dan sejenisnya
sepanjang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan usaha WP dan tidak dibuatkan daftar
nominatif dan dilampirkan pada SPT tahunan
PPh
SE Dirjen Pajak No 46/PJ.4/1995
• Bunga pinjaman seluruhnya, apabila rata-rata
pinjaman sama besar atau lebih kecil
dibandingkan rata-rata deposito / tabungan
• Bunga pinjaman sebagian, apabila rata-rata
pinjaman lebih besar dibandingkan rata-rata
deposito
99
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
• Contoh penghitungan biaya bunga yang
dapat dibebankan sebagian apabila jumlah
pinjaman lebih besar dibandingkan dengan
pendapatan bunga simpanan/deposito
Rincian Bunga Pinjaman Bank
Pokok Tingkat Masa Bunga
Pinjaman Bunga Pinjaman Pinjaman
125 jt 24% Feb s.d Mei 10 jt
150 jt 24% Juni s.d. 6 jt
Juli
200 jt 24% Agt s.d. Des 20 jt
Jumlah Bunga Pinjaman 36 jt 100
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
Rincian Pendapatan Bunga Simpanan/Deposito
Bunga Tingkat Jumlah Masa
Deposito Bunga Deposito Deposito
25 jt 12% Feb s.d Apr 0,75 jt
25 jt 12% Mei s.d. Juli 0,75 jt
25 jt 12% Agt s.d. okt 0,75 jt
Julmah 2,25 jt

101
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
SOLUSI
Rata-rata pinjaman
Feb-Mei 4 x Rp 125 jt = Rp 500 jt
Juni – Juli 2 x Rp 150 jt = Rp 300 jt
Agt – Des 5 x Rp 200 jt = Rp 1.000 jt
JUMLAH Rp 1.800 jt

Rata² Pinjaman = 1/12 x Rp 1.800 jt = 150 jt

102
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
• Rata-rata Deposito
Feb – Apr 3 x Rp 25 jt = Rp 75 jt
Mei – Juli 3 x Rp 25 jt = Rp 75 jt
Agts – Okt 3 x Rp 25 jt = Rp 75 jt
JUMLAH Rp 225 jt
Rata² = 1/12 x Rp 225 jt = Rp 18,75 jt
Biaya bunga yang dapat dibebankan:
24% (150 jt – 18,75 jt) = Rp 31,5 jt
103
Terima Kasih

EDI JATMIKA
KPP Pandu No 1.
Jl. Raya Cibungbulang Km 15 Bogor 16630
Telp. (0251) 627528; Hp 0812-888-3-251

104

Anda mungkin juga menyukai