Anda di halaman 1dari 8

RMK Akuntansi Perpajakan

AKUNTANSI ATAS PAJAK PIUTANG

Ditulis oleh:

Nasrullah

Stb. 002804332022

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS PIUTANG

Sebelum membahas terkait akuntansi perpajakan tentang Utang Piutang Pajak, mari
mengingat tentang dasar konsep dasar akuntansi perpajakan yang secara umum di atur dalam
Standar Akuntansi Keuangan di indonesia berdasarkan PSAK 46 tentang Pajak Penghasilan.

Akuntansi pajak jika melihat dari aturan mnyimpulkan bahwa pengakuan dan pengukuran
yang di terapkan oleh perusahaan di dalam menyiapkan SPT, seperti guna menentukan
penghasilan kena pajak (Taxable Profit) dan Rugi Fiskall( Tax Loss) di dalam satu periode
pembukuan.

Ketersinggungan antara akuntansi dan pajak berawal dari bukti transaksi atau sering di
sebut dengan siklus akuntansi pajak. Siklus akuntansi pajak sendiri merupakan proses pencatatan
yang dimulai dari analisis bukti transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan dan
laporan pajak setiap periode. Maka perusahaan cenderung menerapkan akuntansi yang sudah
sesuai dengan peraturan pajak atau sering di sebut Akuntansi Perpajakan. Dengan demikian
akuntansi pajak menekankan pada penyusunan SPT dan pertimbangan konsekuensi dalam
perpajakan pada transaksi guna untuk kewajiban perpajakan (Tax Compliance).

Dengan demikian telah di jelaskan terkait ketersingungan antara akuntansi dan pajak
berawal dari transaksi yang bisa di lihat dari siklus akuntansi pajak. Jika menurut akuntansi
semua bukti transaksi langsung di catat jurnal, sedangkan menurut pajak bukti transaksi terlebih
dahulu di pilah mana yang termasuk transaksi yang kena pajak dan mana transaksi yang tidak
kena pajak. Oleh karena itu, kita harus melihat dulu aturan pajak berupa Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 sekarang telah
di sempurnakan di Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021.

Secara umum pajak dibagi menjadi 2. Pertama, pajak di kenakan atas objek nya dan
kedua pajak dikenakan atas subjeknya. Dengan demikian pajak yang dikenakan atas objek nya
berupa barang dan transaksi misalnya objeknya tanah atau sering di kenal pajak tanah, objek
bangunan juga di kenal pajak bumi dan bangunan. Oleh karena itu pajak atas objeknya biasa di
sebut dengan pajak tidak langsung. Sedangkan pajak yang dikenakan atas subjeknya, subjeknya
itu bisa Orang Pribadi atau Badan Hukum. Sebagai contohnya adalah pajak penghasilan. Jika
seseorang sebagai karyawan di PT. ABC dan mendapatkan gaji sebesar 10 jut, kemudian gaji
tersebut di transfer ke rekening sebesar Rp 9.800.000 karena di potong pajak PPh 21 sebesar Rp
200.000. Karyawan tersebut di paksa bayar pajak karena undang-undang, sehingga pajak ini
tidak bisa dialihkan ke subjek pajak lainnya. Oleh karena itu pajak atas subjeknya biasa di sebut
dengan pajak langsung.

Dimana negara indonesia memberlakuan cara pemungutan pajak dengan sistem


wiholding Tax dan Self Assessment. Oleh karena itu, pemotong berarti mengurangi pembayaran
yang berkaitan dengan jumlah yang di terima kepada pemberi penghasilan. Contohnya ialah PPh
21, PPh 23 dan PPh 26 dan PPh 4 Ayat 2. Sedangkan pemungut berarti memungut atau
menambah berkaitan dengan jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya di terima. Dalam hal
ini pemungutan di lakukan oleh penerima penghasilan, namun ada kondisi pihak pemberi
penghasilan misalnya; pemungutan pajak PPh 22 yang di lakukan oleh bendaharawan
pemerintah. Dengan demikian pemungutan dan pemotongan pajak harus memperhatikan Objek
pajak di setiap bukti transaksi.

PPh Pasal 21 : Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, yang di
terima oleh wajib pajak Orang Pribadi dalam negeri.

PPh Pasal 23 : Pajak atas penghasilan yang sehubungan dengan penggunaan jasa/harta.

PPh Pasal 15 : Pajak atas penghasilan yang di terima perusahaan pelayaran dan
penerbangan internasional yang bersifat final.

PPh Pasal 4 Ayat 2 : pajak atas penghasilan terima yang bersifat final, seperti Bunga
deposito, pengalihan harta, penghasilan sewa bangunan.

PPh Pasal 22 : Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang dan kegiatan impor atau kegiatan usaha lainnya.

PPh Pasal 25 : Pajak yang dibayarkan secara angsuran oleh wajib pajak yang nantinya
akan diperhitungkan sebagai kredit pajak saat perhitungan pajak
penghasilan Badan.
PPh Pasal 26 : Pajak atas penghasilan yang di terima oleh Subjek Pajak wajib Pajak
Luar Negeri.

1. Karakteristik Pajak PPh Penghasilan.

PPh sebagai Pajak Subjektif, maksudnya ialah pajak penghasilan yang di kenakan pada
orang atau badan /subjeknya tanpa bisa di alihkan ke pihak lain. PPh Sebagai pajak Langsung,
maksudnya pajak penghasilan yang sifatnya langsng di bebankan kepada subjek tanpa bisa di
alihkan ke pihak lain. Penetapan Objek secara luas, maksudnya sistem pemajakannya yang
berbasis pada penghasilan yaitu sistem perpajakan secara global yang berarti apapun pokok nya
semua jenis penghasilan kena pajak baik sumbernya dari indonesia maupun luar negeri , maka
disini nantinya akan menjadi definsi pengertian penghasilan di pasal 4 ayat 1 Undang-Undang
PPh.

2. Karakteristik Pajak PPn

Merupakan pajak atas konsumsi,maksudnya pajak ini di kenakan pada pihak konsumen
atau pembeli,sehingga beban ppn di tanggung oleh konsumen akhir.Merupakan pajak tidak
langsung, maksdunya pajak ini di kenakan kepada pihak konsumen ahir yang membeli barang
sedangkan pihak yang bertanggung jawab melakukan pembayaran kenegara bukanlah pembeli
melainkan pengusaha kena pajak yang menjual. Oleh karena itu merupakan pajak tidak langsung
karena berbeda antara penyetor dan yang membayarkannya.

Merupakan pajak objektif, maksudnya ppn tidak akan melihat sebagai subjek pajak akan
tetapi dari objek pajaknya. Sehingga setiap konsumen melakukan transaksi pembelian BKP/JKP
akan di kenakan PPN.

Pengunaan tarif tunggal 11 % per April 2022. Berbeda dengan tarif PPh 21 yang
mempuyai tarif progresif, dan PPn tetap menggunakan tarif tuggal 11%. Konsumen akhir disini
akan bertanggung jawab atas pembayaran PPn 11% dari setiap pembelian tersebut. Pajak
konsumsi BKP/JKP di dalam negeri, maksudnya pajak tersebut di kenakan atas konsumsi barang
atau jasa kena pajak dalam negeri seperti transaksi impor. Selain itu juga di terapkan atas
pemanfaatan Barang/jasa tidak berwujud diluar daerah kepabean yang dimanfaatkan di dalam
negeri. Indirect Subtraction Method, maksudnya mekanisme perhiungan pada PPn mengunakan
metode pegurangan secara tidak langsung. Oleh karena itu pihak pengusaha kena pajak bisa
mengkreditkan pajak masukan atas barang atau jasa kena pajak yang berbeda.

3. Tax Treaty

a. Merupakan perjanjian pajak bilateral yang mengatur terkait pembagian hak dan
pemajakan yang diperoleh penduduk dari salah satu atau kedua negara yang
menyepakatinya.
b. Tujuannya dari Tax Treaty ialah menghapus atau mencegah penggenaan pajak berganda
dan mencegah penyelewengan pajak (Pertukaran Informasi).
c. Apabila ada pertentangan antara UU PPh dengan P3B, maka yang di dahulukan adalah
aturan aturan yang ada di P3B atau aturan P3B di nomor satukan.
d. Syarat pemanfaatan tax Treaty:
e. Subjek yang menerima penghasilan bukan wajib pajak dalam negeri
f. Subjek pajak luar negeri mengajukan SKD WPLN sesai dengan persyaratan administrasi
tertentu sesuai PER-25/PJ/2018.

Tidak ada unsur indikasi penyalahgunaan P3B Subjek Pajak yang menerima ialah
Beneficial Owner. Tarif di P3B dan tarif di UU PPh berbeda dan secara umum tarif P3B lebih
kecil.

Dari sistem pemungutan pajak Witholding Tax dan Self Assessment memungkinkan
timbulnya pengakuan Piutang Pajak dan Utang pajak. Dimana piutang pajak muncul akibat
jumlah yang dibayar lebih besar dari yang seharusnya terutang dan dari pemotongan pihak ketiga
yang menimbulkan kredit pajak lebih besar dari pajak terutan di perhitungan PPh Badan.
Sedangkan hutang pajak muncul dari pemotongan yang di lakukan atas penghasilan yang di
bayarkan ke pihak penerima penghasilan, sehingga masih ada pajak yang harus di bayarkan ke
nergara atas pemotongan penghasilan tersebut. Sehingga pelaporan di pembukuannya bisa di
gambarkan sebagai berikut :
Aktiva

 Piutang Pajak
 Pajak di bayar dimuka
 PPn Masukan
 PPh 21
 PPh 22
 PPh 23
 PPh 25

Kewajiban

 Hutang Pajak
 PPN Keluaran
 PPh 21
 PPh 23
 PPh 25
 PPh 26
 PPh 29

Pencatatan Piutang & Utang Pajak.

1. PPN

Jika transaksi penjualan di bulan 19 Mei 2022 sebesar Rp 20.000.000

Jurnal : (D) Piutang Usaha 22.200.000

(K) Penjualan 20.000.000

Jika WP melakuan pembelian barang dagang dengan Pajak Masukan Rp 1.650.000

Jurnal : (D) Pembelian Barang Dagang 15.000.000

(D) Pajak Masukan 1.650.000


Jurnal saat penyetoran ke negara di bulan berikutnya

Jurnal : (D) PPn Keluaran 2.200.000

(K) Pajak Masukan 1.650.000

(K) Bank 550.000

2. PPh 26

Jika transaksi pembayaran Konsultasi IT ke Wajib pajk Luar Negeri di bulan 19 Mei 2022
sebesar Rp 20.000.000 dengan asumsi WPLN tidak melampirkan DGT 1

Jurnal : (D) Biaya Jasa Konsultasi IT 20.000.000

(K) Utang PPh 26 4.000.000

(K) Bank 16.000.000

Jika transaksi pembayaran Konsultasi IT ke Wajib pajk Luar Negeri di bulan 19 Mei 2022
sebesar Rp 20.000.000 dengan asumsi WPLN melampirkan DGT 1

Jurnal : (D) Biaya Jasa Konsultasi IT 20.000.000

(K) Utang PPh 26 2.000.000

(K) Bank 18.000.000

3. PPh 25

Jika pph 25 angsuran Masa April 2022 yang telah di tentukan atas pelaporan SPT tahun 2021
yakni Rp 10.000.000

Jurnal : (D) Pajak Dibayar Dimuka PPh 25 10.000.000

(K) Bank 10.000.000

4. PPh 29
Jika pph 29 terutang di tahun 2021 sebesar 100.000.000 denga kredit pajak PPh 23 sebesar
60.000.000 dan kredit pajak pph 23 sebesar 25.000.000 maka di catat di periode desember 2021:

Jurnal : (D) Biaya Pajak Penghasilan 100.000.000

(K) Pajak Dibayar Dimuka 85.000.000

(K) Utang PPh 29 15.000.000

5. PPh 4 Ayat 2

Jika Pembayaran Sewa Gudang di bulan 19 Mei 2022 sebesar Rp 50.000.000

Jurnal : (D) Biaya Sewa Gudang 50.000.000

(D) Pajak Masukan 5.500.000

(K) Utang PPh 4 Ayat 2 5.500.000

(K) Bank 50.000.000

Kesimpulannya

Ialah jika pembukuan akuntansi pajak menjadi salah satu sumber tax dispute yang terjadi
di dalam praktik di saat-saat ini. Dari sisi perpajakan, akuntansi pajak tidak terlepas dari basis
pemajakan yang mengacu pada pajak perusahaan (Corporate). Sedangkan dari sisi akuntansi,
istilah akuntansi yang berarti mempertanggung jawabkan muncul ketika didalam bisnis ada
pemisahan antara pengelola (manajemen) dan pemilik modal (Investor). Maka untuk memigasi
nya di perlukan pencatatan laporan keuangan sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku guna
menguji kepatuhan tax compliance wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai