Anda di halaman 1dari 4

DANDY EDHYA SAPUTRA

ED191110009
D3-PERPAJAKAN
JAWABAN KUIS PPh OP

1) Jelaskan apa itu pengertian pajak penghasilan pasal 4 ayat 2, dan apa saja
subjeknya ?
Jawab :
PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-
penghasilan tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak
Penghasilan terutang.
Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa
pajak dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang
tepat waktu dan pertimbangan lainnya.

Subjek pajak yang karena ketentuan dari Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh menjadi
WPDN adalah semua subjek pajak yang memperoleh penghasilan berupa bunga
deposito, dan tabungan tabungan lainnya penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan
dan penghasilan tertentu lainnya.
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final adalah
pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa
jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.
Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 ini berbeda-beda untuk setiap jenis penghasilannya.
Misalnya untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), wiraswasta atau bisnis online
dengan omzet usaha kurang dari Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, maka tarif pajaknya
adalah 0,5% dari total omzet (peredaran bruto) penjualan dalam 1 bulan.
Cara mudah membayar pajak UKM ini tanpa harus antre di bank adalah dengan
menggunakan aplikasi PPh Final 0,5 Persen OnlinePajak.

2) Sebutkan Objek PPh Pasal 4 ayat 2 beserta tarif PPh terutangnya ?


Jawab :
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2)
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2) dikenakan pada jenis
tertentu dari penghasilan/pendapatan, dan berupa:
• Peredaran bruto (omzet penjualan) sebuah usaha di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun
masa pajak; tarifnya (0,5%)
• Bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari obligasi dan obligasi negara,
dan bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota masing-masing;
tarifnya ( 20%)
• Hadiah berupa lotere/undian; tarifnya (25%)
• Transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi derivatif perdagangan di bursa,
dan transaksi penjualan saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan yang diterima
oleh perusahaan modal usaha; tarifnya (10%)
• Transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan sewa atas tanah dan/atau bangunan; tarifnya (2%)
• Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan Peraturan
Pemerintah. Tarifnya (0,5%)

3) Apa yang dimaksud dengan pph final jasa kontruksi serta PPh final 0,5% untuk
wajib pajak dengan peredaran bruto tentu dan berilah contohnya ?
Jawab :
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi
perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Jasa konstruksi dimulai dari
tahap awal, yakni konsultasi sampai dengan tahap akhir sebuah bangunan selesai
dikerjakan.

Contoh :
PKP menyerahkan BKP ke bendahara pemerintah pada November 2020 sebesar
Rp100.000.000. Atas penyerahan BKP ke bendahara pemerintah tersebut dikenakan PPN
dan PPh Final 0,5% peredaran bruto tertentu.
Transaksi tersebut dipotong PPh Final 0,5% peredaran bruto tertentu oleh pemerintah,
menjadi: 0,5% x Rp100.000.000 = Rp500.000
Sedangkan PPN yang harus ditanggung sebesar: 10% x Rp100.000.000 = Rp10.000.000
Jadi, total yang harus dibayarkan adalah sebesar: Rp100.000.000 + Rp10.000.000 –
Rp500.000 = Rp109.500.000 (DPP + PPN – PPh Final 0,5% peredaran bruto tertentu
(UMKM)).

4) Bagaimanakan tarif PPh Pasal 15, dan dan bagaimana sifat pajaknya final atau
tidak final ?
Jawab :
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 15 (PPh Pasal 15)
Ada berbagai jenis tarif tergantung pada industri bisnis seperti yang disebutkan di atas,
dan mereka adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan pelayaran o Laba bersih = 6% x Omzet Bruto
o Pajak penghasilan = 1,8% x Omzet Bruto
2. Perusahaan pelayaran dalam negeri o Laba bersih = 4% x Omzet Bruto
o Pajak penghasilan = 1,2% x Omzet Bruto
3. Pelayaran asing dan/atau perusahaan maskapai penerbangan o Laba bersih = 6% x
Omzet Bruto
o Pajak penghasilan = 2.64% x Omzet Bruto
4. Wajib pajak internasional (WPLN) yang memiliki kantor perdagangan perwakilan di
Indonesia namun tidak memiliki perjanjian bilateral di bawah perjanjian pajak Indonesia
(P3BoLaba bersih = 1% x Nilai Ekspor Bruto
o Penyelesaian pajak penghasilan = 0.44% x Nilai Ekspor Bruto
5. Pihak yang melakukan kemitraan dalam bentuk perjanjian bangun-guna-serah/’build-
operate-transfer‘ (BOT) o Pajak penghasilan = 5% x bruto nilai tertinggi nilai pasar
dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

PPh Pasal 15 ini bersifat Final karena tidak dapat dikreditkan.


5) Apa itu pengertian bukti potong/pungut PPh Pasal 21, PPh 22, PPh 23 , PPh 26,
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dimana pajak tidak final dan final ? Jelaskan
Jawab :
Formulir 1721 A1 adalah bukti pemotongan pajak yang digunakan oleh wajib pajak
orang pribadi berstatus pegawai/pensiunan. Formulir tersebut wajib diberikan oleh
pemotong pajak/bendahara instansi terkait dan akan digunakan untuk pelaporan SPT
Tahunan orang pribadi yang menerima penghasilan.

Pada dasarnya, formulir bukti potong untuk karyawan terbagi menjadi dua, yakni
formulir 1721 A1 dan formulir 1721 A2. Bedanya, jika formulir 1721 A1 diserahkan
kepada karyawan/pegawai dengan kriteria di atas, formulir 1721 A2 diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), Anggota Polisi
Republik Indonesia (Polri), dan/atau pensiunannya.

6) Jelasakan kapan batas waktu Pembayaran PPh Pasal 21, PPh 22 dan sanksi
keterlambatan pembayaran berupa apa dan berilah contohnya ?
Jawab :
PPh Pasal 21
Untuk PPh Pasal 21/26 batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 10
bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya
adalah tanggal 20 bulan berikutnya.

PPh Pasal 22
 Bagi PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM oleh Bea Cukai, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah 1 (satu) hari setelah dipungut. Sedangkan
untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah pada hari
kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara mingguan).
 PPh Pasal 22 Bendahara Pemerintah memiliki batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak pada hari yang sama saat penyerahan barang dan
untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal 14
bulan berikutnya.
 Untuk PPh Pasal 22 Pertamina, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah sebelum delivery order dibayar.
 PPh Pasal 22 Pemungut Tertentu memiliki batas waktu pembayaran/penyetoran
pajak pada tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan untuk batas waktu pelaporan
Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.

Jika telat lapor akan dikenakan sanksi denda :


1. 100.000 untuk PPh masa
2. 100.000 untuk PPh Tahunan OP
3. 1.000.000 untuk PPh Tahunan Badan
4. 500.000 untuk SPT PPN

Jika telat bayar akan dikenakan sanksi bunga : 2%/ bulan atau 48%/24 bulan
Contoh kasus telat bayar :
PT EXO menyewa ruangan untuk rapat seharga 20 juta pada tanggal 15 April 2020
, namun PT EXO membayarnya pada tanggal 15 Mei. PT EXO akan dikenakan
Bunga sebesar 2% :
20.000.000 x 10% = 2.000.000
20.000.000 x 2% = 400.000
Jadi total yang harus dibayar PT EXO sebesar
2.000.000 + 400.000 = 2.400.000

7) Bagimana batas waktu pelaporan PPh pasal 23 , PPh pasal 4 ayat 2 dan sanksi
keterlambatan pelaporan berupa apa dan berilah contohnya ?
Jawab :
PPh Pasal 23 & PPh Pasal 4 ayat 2
Untuk PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 23/26, batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya

Contoh kasus telat lapor :


PT EXO menyewa ruangan untuk rapat seharga 50 juta pada tanggal 25 Juli 2020
, namun PT EXO lapor pada tanggal 28 Agustus. PT EXO akan dikenakan Denda
sebesar 100.000 :
50.000.000 x 20% = 10.000.000
Denda : 100.000
Jadi total yang harus dibayar PT EXO sebesar
10.000.000 + 100.000 = 10.100.000

8) Berilah salah satu contoh pengenaan pajak PPh Pasal 22, Pasal 23, PPh 26, PPh
Pasal 15 dan kapan batas waktu pembayaran dan pelaporannya dalam contoh
tersebut ?
Jawab :
PT. Dua Bersaudara bergerak di bidang jasa boga, dan memiliki kontrak pelayanan
catering di wilayah Bontang Kalimantan Timur. Untuk menunjang operasional di
lapangan, PT tersebut menyewa 5 unit mobil pada CV. Usaha Bersama. Dan dibayar
pada tanggal 24 Juni 2020.
Pembayarannya dilakukan setelah CV. Usaha Bersama menerbitkan invoice setiap bulan.

PT. Dua Bersaudara merupakan pihak pemungut PPh 23, Transaksi pembayaran sewa
yang dilakukan perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :
Hutang Sewa : Rp. 25.000.000,-
PPh 23 : 2% X 25.000.000 = Rp. 500,000,-
PT. Dua Bersaudara melakukan pembayaran sejumlah Rp. 24.500.000,- (25.000.000 -
500.000), serta menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 23 (Lembar ke 1) senilai Rp.
500.000,- kepada PT. Rekamaya pada tanggal 10 Juli 2020 & lapor pada 20 Juli 2020

Apabila PT. Rekamaya tidak memiliki NPWP maka besarnya tarif PPh Pasal 23 yang
dipotong adalah lebih tinggi 100%, atau senilai Rp. 1.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai