DIMUKA
Kelompok 5
Impor barang dimana importir non API dikenakan tarif 7,5% dari nilai
impor
Nilai impor = nilai CIF (Cost + Insurance + Freight) + bea masuk
(pungutan berdasarkan UU kepabean)
Nilai impor di kurskan menggunakan kurs KMK, apabila nilai impor dalam
mata uang asing
Hasil lelang atas barang yang tidak dikuasai dan dilakukan pelelangan
oleh Dirjen Kekayaan dan lelang DJBC, maka dikenakan tarif 7,5% dari
harga jual lelang.
Pungutan PPh 22 merupakan pembayaran pendahuluan yang
dapat diperhitungkan dengan pajak terutang untuk tahun
pajak yang bersangkutan (tidak final)
PPh 22, PPN dan PPnBM harus dilunasi bersamaan dengan
saaat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal apabila Bea
Masuk ditunda atau dibebaskan, maka pajak-pajak di atas
harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
PPh 22 PPN dan PPnBM ini disetor ke kas negara melalui
kantor pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Mentri
Keuangan oleh DJBC selambat-lambatnya 1 hari kerja setelah
dilakukan pemungutan pajak tersebut, atau oleh importir
yang bersangkutan dengan menggunakan formulir surat
setoran pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka Impor (SSPCP)
yang berlaku sebagai bukti pemungutan pajak.
PPh 22 PPN dan PPnBM wajib dilaporkan hasil
pemungatannya dengan memggunay SPT masa ke KPP
dengan batas pelaporan paling lama pada hari kerja terakhir
Minggu berikutnya.
2. Berdasarkan PMK-154/ PMK.03/ 2010 jo, PER-15/ PI/ 2011 untuk
transaksi pembelian yang berhubungan dengan bendahara
pemerintah dan KPA berkenaan dengan pembayaran yang jumlahnya
paling banyak Rp. 2.000.000 dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah pecah dikenakan PPh 22 sebesar 1,5% dari harga
pembelian (belum termasuk PPN). Pungutan PPh 22 merupakan
pembayaran pendahuluan yan dapat diperhitungkan dengan pajak
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan (tidak final).
PPh 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak terutang
dan dipungut pada saat pembayaran PPh 22 tersbut wajib disetor
oleh pemugut kenias negara melalui kantor pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan dengan menggunakan SSP
yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oelh
pemungut pajak, pada hari yang sama saat memungut pajak
tersebut. Penyetoran PPh 22 dengan menggunkan formulir SSP yang
berlaku sebagai bukti pemungutan pajak PPh 22 wajib dilaporkan
hasil Pemungutannya dengan menggunakan SPI masa ke KPP dalam
batas waktu paling lambat 14 hari setelah masa pajak berakhir
Bukan Objek Pemungatan
Pajak Penghasilan 22
Dikecualikan dari pemungutan PPh 22 sesuai
dengan PMK-154/PMK.03/2010 jo.PER-
15/PJ/2011 adalah:
Impor barang dan atau penyerahan barang
yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang PPh ;
dengan syarat ada Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPh 22 yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak.
Impor barang yang dibebaskan dari pungutan
bea masuk/ PPN
Impor sementara jika pada waktu impornya nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali.
Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang
yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan dan pengujiannya, yang telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan oleh DJBC.
Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak
Bendahara Pemerintah dan KPA, berkenan dengan: (1)
pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp
2.000.000 dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah; dan (2) pembayaran untuk pembelian
bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air
minum/PDAM, dan benda-benda pos.
Pajak Penghasilan 23
PPh 23 adalah pajak penghasilan yang pemenuhan kewajiban
dilakukan dengan cara pemotongan atas pembayaran
penghasilan yang diterima oleh WP dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari penghasilan dari
harta/modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong PPh 21
Pemotong PPh 23 adalah
Badan pemerintah
Subjek pajak dalam negeri
Penyelenggara kegiatan
BUT atau perwakilan perusahaan luar negeri
Orang pribadi sebagai WP dalam negeri yang ditunjuk
Dirjen Pajak, yaitu akuntan, arsitek, dokter, notaris/PPAT
kecuali camat, penilai, aktuaris, pengacara, dan konsultan
yang melakukan pekerjaan bebas serta orang pribadi yang
menjalankan usaha dengan menyelenggarakan pembukuan
atau pembayaran berupa sewa.
Pemotongan PPh 23 dilakukan pada saat dibayarkan, disediakan untuk
dibayar, atau telah jatuh tempo. Setelah dilakukan pemotongan PPh 23 maka
pemotong pajak harus menerbitkan bukti pemotongan PPh 23, dimana
pemotong memiliki kewajiban untuk menyetorkan dan melaporkan ke KPP.
Penyetor paling lambat dilakukan pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah
bulan dilakukanya pemotongan. Sedangkan, pelaporan pajaknya
menggunakan SPT masa PPh pasal 23/26 dilakukan paling lambat tanggal
20 bulan berikutnya setelah bulan dilakukan pemotongan pajak tersebut.
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (1a) besarnya
pungutan dibedakan antara WP yang ber NPWP dengan WP yang tidak ber
NPWP. Tarif WP yang tidak memilki NPWP lebih tinggi 100% daripada
tariff yang diterapkan terhadap WP yang dapat menunjukkan NPWP
penghasilan yang kena PPh 23
Bunga sewa
. .
.
Deviden
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (2c)o. PP
19 Tahun 2009 Jo. SE-01/PJ.03/20098, dividen yang dikenakan pajak
adalah dividen yang diterima oleh WP orang pribadin dalam negeri.
Atas penghasilan berupa dividen tersebut dikenakan pajak yang
bersifat final dengan tarif 10% dari penghasilan bruto. PPh final atas
dividen ini dikenakan kepada pihak penerima dividen tidak dapat
mengkreditkan dividend an atas pajak tersebut pihak penerima
dividen tidak dapat mengkreditkan pajak yang telah dibayar pada
saat menghitung PPh kurang/ lebih bayar pada akhir tahun pajak.
Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3), dividen yang
dikecualikan dari objek PPh 23 adalah dividen yang diterima oleh PT
sebagai WP dalam negeri. Koperasi BUMN /D dari pernyetaan modal
pada pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat: dividen yang dibagikan berasal dari
cadangan saldo laba dan untuk PT. BUMN/D kepemilikan saham
paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
Deviden
Contoh
Transaksi tersebut dicatat oleh PT Diestri:
Contoh
Atas transaksi tersebut dicatat oleh PT Akido adalah sebagai berikut:
PT Akido menerima
penghasilan berupa royalti
Tanggal Keterangan Debit Kredit
dari PT Bambi sebesar Rp
100.000.000 dan atas 18 okt 11 Kas/Bank 95.000.00 -
royalty itu PT Akido 0
memungut PPN 10%
PPh 23 dibayar 15.000.00 -
sebesar Rp10.000.000 dari
dimuka 0
PT Bambi dengan membuat
faktur pajak. kemudian PT Pajak keluaran - 10.000.000
Bambi memotong PPh 23
Pendapatan - 100.000.000
sebesar Rp 15.000.000 dari
Royalti
PT Akido dengan membuat
bukti pemotongan PPh 23
Royalti atau Imbalan atas Penggunaan Hak
Contoh
Sedangkan untuk PT Bambi mencatat
Kas/Bank - 95.000.000
Hadiah, Penghargaan, bonus dan sejenisnya
Contoh
Jurnal untuk PT Matthew
Pemotongan PPh terutang dilakukan pada bulan dilakukanya pembayaran atas diserahkanya hadiah
tersebut. Penyelenggaraan wajib menyetorkan PPh yang telah diotong dengan menggunakan SSP ke
bank persepsi atau kantor pos paling lambat tanggal 10 Februari 2012. Dan penyelenggaraan wajib
melaporkan SPT masa PPh 23 ke Kpp tempat pemotong terdaftar paling lambat tanggal 20 Februari
2012.
Sewa
Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal
23 ayat (1) huruf c mulai 1 Januari 2009
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta dikenakan PPh 23 sebesar 2
% dari jumlah bruto. Berdasarkan UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (1a),
besarnya pungutan dibedakan antara WP yang
yang ber-NPWP dengan WP yang tidak ber-
NPWP. Tarif WP yang tidak memiliki NPWP lebih
tingi 100% dari pada tariff yang diterapkan
terhadap WP yang dapat menunjukkan NPWP.
Imbalan Jasa
Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 23 ayat (1) huruf c,
imbalan jasa yang menjadi objek PPh 23 adalah imbalan sehubungan
dengan jkasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,
dan jasa lain yang diterapkan oleh Dirjen pajak, selain yang telah
dipotong PPh 21.
Contoh
Pada tanggal 4 Januari 2012. PT Hihop adalah perusahaan yang memberikan jasa
penyelesaikan bahan baku menjadi barang jadi yang sesuai dengan spesifikasi pengguna
jasa (jasa maklon) menandatangani kontrak kerja sama maklon dengan PT Gigil di Bogor.
Barang jadi yang sesuai dengan spesifikasi tersebut harus diselesaiakan pada tanggal 28
Februari 2012.
Tanggal 6 Januari 2012, PT Gigil membeli dan memberikan bahan baku seharga Rp
50.000.000 untuk diselesaikan menjadi barang jadi sesuai dengan spesifikasinya kepada
PT Hiphop. selama pengerjaanya, PT Hiphop telah mengeluarkan biaya penggunaan
tenaga kerja sebesar Rp 5.000.000 dan overhead pabrik sebesar Rp 10.000.000
pada akhirnya tanggal 28 Februari 2012, PT Hiphop menerima pembayaran fee dari
PT Gigil sebesar Rp30.000.000 dan PT gigil menerima barang jadi yang sesuai dengan
spesifikasinya senilai Rp 100.000.000
Tanggal 3 Maret 2012, PT Gigil menjual barang jadi tersebut Rp 170.000.000 secara
tunai
Imbalan Jasa
Contoh1
Jurnal atas transaksi jasa maklon yang dibuat oleh PT Hiphop
adalah sebagai berikut:
Kas/Bank - 10.800.000
Jurnal untuk PT Ramli adalah
Imbalan Jasa
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Contoh 3
8 Juli Beban Jasa 20.000.00 -
2011 Akuntansi 0
Pajak Masukan 2.000.000 -
PT Ramli memutuskan
untuk menggunakan jasa Utang PPh 23 - 400.000
Akuntansi dari KAP Rina,
Rini dan Rekan. Atas Kas/Bank - 21.600.000
penggunaan jasa tersebut
PT Ramli membayar fee
sebesar Rp 20.000.000 Jurnal untuk KAP Rina, Rini dan Rekan adalah
(belum termasuk PPN)
pada tanggal 8 Juli 2011. Tanggal Keterangan Debit Kredit
PPN transaksi diatas
adalah 10% x Rp 8 Juli Kas/Bank 21.600.0 -
20.000.000 = 2011 00
Rp2.000.000 dan PPh 23
yang dipotong KAP Rina, PPh 23 yang Di bayar 400.000 -
Rini dan Rekan atas di Muka
penghasilan jasa
Pajak keluaran - 2.000.000
akuntansi adalah 2% x Rp
20.000.000 = Rp 400.000 Pendapatan Jasa - 20.000.00
0
Bukan Objek pajak penghasilan 23
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (4) pemotongan PPh tidak dilakukan atas:
Contoh 1
PPh dikenakan atas PhKP yang dihitung berdasarkan seluruh penghasilan yang
diterima dan diperoleh oleh WP (dalam maupun luar negeri)
Dalam tahun pajak 2009. PT Apollo di Jakarta menerima dan memperoleh penghasilan netto dari
sumber luar negeri sebagai berikut:
1. hasil Usaha di Singapura dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 800.000.000
2. dividen atas pemilihan dsaham pada ‘XaceLtd” di Australia sebesar Rp 200.000.000
3. dividen atas penyerahan saham sebanyak 70% pada “Yin Corporation” di Hongkong yang
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp 75.000.000
4. bunga kuartal IV tahun 2009 sebesar Rp100.000.000 dari “Zin Bud Bhd” di kuala lumpur yang
akan diterima bulan Juli 2010
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan dalam negeri dalam tahun pajak 2009
adalah penghasilan pada poin 1,2 dan 3. sedangkan penghasilan pada pin 4 digabungkan dengan penghasilan dalam
negeri dalam tahun pajak 2010
Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
Contoh 2
Dalam menghitung PhKP kerugian yang diderita WP diluar negeri tidak dapat
dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima dari Indonesia
Contoh;
a.) Penghasilan luar negeri sesuai dengan SPT Rp1.000.000.000.
b.) Penghasilan dalam negeri Rp2.000.000.000.
c.) Penghasilan luar negeri, setelah dikoreksi di luar negeri, sebesar
Rp2.000.000.000.
d.) Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri, misalnya, 40%.
e.) PPh 25 yang dibayar Rp300.000.000.
f.) PPh terutang sebelum dan sesudah koreksi fl skal di luar negeri
adalah sebagai berikut.
(TABEL) slide selanjutnya
Tabel
3. Dalam hal terjadi koreksi fiskal di luar negeri berupa koreksi yang
menyebabkan penghasilan dan pajak atas penghasilan terutang di luar
negeri lebih kecil dari yang dilaporkan dalam SPT Tahunan, sehingga
pajak di luar negeri lebih dibayar. Koreksi fiskal di luar negeri tersebut
akan mengakibatkan PPh terutang di Indonesia juga meniadi lebih kecil,
sehingga PPh menjadi lebih dibayar. Kelebihan bayar pajak tersebut
dapat dikembalikan ke WP setelah diperhitungkan dengan utang pajak
yang lain.
Contoh:
a.) Penghasilan luar negeri sesuai dengan SPT Rp1.000.000.000.
b.) Penghasilan dalam negeri Rp2.000.000.000.
c.) Penghasilan luar negeri, setelah dikorcksi di luar negeri, sebesar
Rp500.000.000.
d.) Pajak alas penghasilan yang terutang di luar negeri, misalnya, 40%.
e.) PPh 25 yang dibayar Rp300.000.000.
f.) PPh terutang sebelum dan sesudah koreksi fiskal di luar negeri
adalah:
(TABEL)
Tabel:
Pajak Penghasilan 25
Pasal 25 adalah pembayaran angsuran pajak
dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh WP yang bersangkutan untuk
setiap bulan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 25 UU PPh Nomor 36 tahun 2008.
Disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir,
sedangkan penyampaian SPT masa PPh 25
selambat-lambatnya 20 hari setelah masa
pajak berakhir.
Konsep Umum Pada Pasal 25
PPh 25 setiap bulan : Besarnya angsuran pajak
dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh WP untuk setiap bulan dan sebesar PPh
yang terutang menurut SPT tahunan PPh tahun
pajak yang lalu dikurangi dengan PPh yang dipotong
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21 dan
pasal 23 serta PPh yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22
PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang
boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud alam
pasal 24
1). SPT Tahunan PPh Badan Kurang Bayar-masa 12 bulan
Contoh : PPh yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2011
sebesar Rp50.000.000. Perhitungan angsursn PPh 25:
PPh terutang Rp50.000.000
Dikurangi kredit pajak:
PPh 21 yang dipotong pemberi kerja Rp15.000.000
PPh 22 yang dipungut oleh pihak lain Rp10.000.000
PPh 23 yang dipotong oleh pihak lain Rp 2.500.000
Kredit PPh luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000 (+)
Jumlah kredit pajak Rp35.000.000 (-)
PPh dibayar sendiri Rp15.000.000
Besarnya angsuran PPh 25 yang harus dibayar sendiri setiap bulan
untuk tahun 2012 adalah Rp15.000.000 x 1/12 = Rp1.250.000.
Jurnal perusahaan pada saat pembayaran PPh 25
setiap bulannya adalah sebagai berikut.