Anda di halaman 1dari 8

1

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : HERWINDO IMAN ADHIWIJAYA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042147838

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4407 / Hukum Pajak dan Acara Perpajakan

Kode/Nama UPBJJ : 24 / Bandung

Masa Ujian : 2023/24 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2023
2

Pertanyaan I
A memiliki sebuah perusahaan yang memberikan layanan di bidang
transportasi untuk wilayah Jawa dan Sumatera. Setiap tahun,
perusahaannya membayarkan pajak atas penghasilan yang diterima oleh
perusahaan tersebut dalam satu tahun.
Memperhatikan amandemen kedua UUD 1945 tahun 2000 tentang
otonomi daerah, apakah jenis pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
tersebut dan apakah pajak tersebut termasuk ke dalam Pajak Pusat atau
Pajak Daerah? Siapakah yang memiliki kewenangan untuk mengelola
pajak tersebut?

Jawaban
Pajak pusat adalah semua jenis pajak yang lembaga pemungutnya
adalah pemerintah pusat sehingga dan dana pajak yang ditarik akan
masuk ke kas negara. Pajak Daerah adalah jenis pajak yang lembaga
pemungutnya adalah pemerintah daerah yang dananya masuk kas daerah.
Menurut UU NOMOR 36 TAHUN 2008 tentang daftar pajak pusat :
1. Pajak Penghasilan (PPh), yaitu suatu jenis pajak yang dikenakan orang
pribadi dan badan hukum atas penghasilan yang diperolehnya.
2. PPh pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendahawa pemerintah
ketika membeli barang,
3. PPh pasal 23 dan lain-lain...
Namun Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 2000 tentang
Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah menetapkan
Pasal 1
(1) Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam
Negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 115
Tahun 2000, dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan imbangan sebagai berikut :
a. 80 % (delapan puluh persen) untuk Pemerintah Pusat;
b. 20 % (dua puluh persen) untuk Pemerintah Daerah
3

tempat Wajib Pajak terdaftar.


(2) Bagian penerimaan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dibagi antara Daerah
Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dengan imbangan
sebagai berikut :
a. 40 % (empat puluh persen) untuk Daerah Propinsi;
60 % (enam puluh persen), untuk Daerah
b.
Kabupaten/Kota;

Pertanyaan II
4

Setiap bulannya A selalu mengajak keluarganya untuk makan malam


di rumah makan. Dalam nota pembayaran tertulis mengenai besaran pajak
yang ia bayarkan bersama dengan harga makanan yang ia pesan.
Apakah jenis pajak yang dibayarkan oleh perusahaan tersebut dan
apakah pajak tersebut termasuk ke dalam Pajak Pusat atau Pajak Daerah?
Siapakah yang memiliki kewenangan untuk mengelola pajak tersebut?

Jawaban
Pajak pusat adalah semua jenis pajak yang lembaga pemungutnya
adalah pemerintah pusat sehingga dan dana pajak yang ditarik akan
masuk ke kas negara. Pajak Daerah adalah jenis pajak yang lembaga
pemungutnya adalah pemerintah daerah yang dananya masuk kas daerah.
Sesuai dengan UU no. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah maka jenis
pajak daerah adalah sebagai berikut
Pasal 2
(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan; dan lain-lain
Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) atau
Dinas Pelayanan Pajak (Disyanjak) atau Badan Pajak dan Retribusi Daerah
(BPRD) atau nama lain disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap daerah.
5

Pertanyaan III
Apabila perusahaan yang dimiliki A membayar pajak atas
penghasilan yang diterima oleh perusahaan tersebut, apakah manfaat
langsung yang akan diterima oleh perusahaan milik A?

Jawaban
Dikutip dari situs Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Kab. Agam
(https://bakeuda.agamkab.go.id/Home/view/22#:~:text=Manfaat%20memb
ayar%20pajak%20dengan%20tertib,kamu%20adalah%20pelakuk%20bisni
s%20profesional ), manfaat langsung

Manfaat langsung membayar pajak bagi pebisnis

1. Keuntungan Pengusaha Domestik Akan Berlipat


Barang-barang impor yang dikenakan pajak tinggi oleh pemerintah
bertujuan agar produksi dalam negeri mampu bersaing di pasaran.
Pajak yang dibayarkan oleh pengimpor akan meredam neraca
perdagangan dan jumlah barangnya akan berkurang. Dengan
demikian, pengusaha dapat memajukan bisnisnya dan bersaing
dengan barang-brang impor.

2. Mendapat Pinjaman Lebih Mudah


Manfaat membayar pajak dengan tertib dapat memudahkan
mendapatkan pinjaman dari bank. Tentunya hal ini sangat
memudahkan para pemilik usaha. Dengan kartu NPWP khusus bisnis,
maka pihak bank akan menganggap kamu adalah pelakuk bisnis
profesional.

3. Menunjukkan Kesehatan Keuangan Perusahaan


Manfaat membayar pajak lainnya adalah dapat menunjukkan sehatnya
keuangan suatu perusahaan. Tentunya hal ini perlu didukung dengan
pengelolaan keuangan yang baik. Ditjen Pajak akan memberikan denda
bagi setiap pengusaha yang telat bayar pajak. Adanya denda akibat
telat bayar pajak akan menyadarkan para pengusaha akan pentingnya
membayar pajak.
6

4. Usaha Menjadi Lebih Profesional


Membayar pajak usaha akan membuat usaha terlihat lebih profesional
di hadapan distributor dan konsumen. Hal ini dikarenakan ketika
berkecimpung di dalam bisnis di bidang manufaktur, maka Nomor
Poko Wajib Pajak (NPWP) merupakan salah satu bagian terpenting
dalam surat kerja sama kontrak. Apabila tidak memiliki NPWP,
perusahaan akan terlihat tidak profesional.
7

Pertanyaan IV
Apabila A memutuskan untuk tidak membayarkan pajak yang
seharusnya dibayarkan oleh perusahaannya, apa yang akan terjadi?

Jawaban
Pajak bersifat wajib dan memaksa. Apabila wajib pajak tidak
melakukan pembayaran pajak dan/atau dengan sengaja menolak
membayar pajak. maka negara menetapkan sanksi.1
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 telah dijelaskan wajib
pajak yang menolak untuk bayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dapat dikenakan sanksi administrasi
dan/atau sanksi pidana.
Sanksi administrasi perpajakan terdiri dari (1) sanksi denda, (2)
sanksi bunga dan (3) sanksi kenaikan. Sanksi denda ditujukan kepada
pelanggaran yang berhubungan dengan kewajiban pelaporan. Sanksi
bunga ditujukan bagi wajib pajak yang membayar pajaknya setelah jatuh
tempo dan akan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) per bulan
terhitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.
Sedangkan sanksi kenaikan ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan
pelanggaran tertentu, seperti tindak pemalsuan data dengan mengecilkan
jumlah pendapatan pada SPT setelah lewat dua tahun sebelum terbit SKP.
Sanksi pidana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf i Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
yang menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak
menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara di pidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
Sanksi terkait perpajakan ini bisa dalam bentuk tindakan tegas
berupa penyanderaan atau gijzeling. Tindakan gijzeling merupakan

1Rizka Noor Hashela, Tolak Bayar Pajak, Podana Bertindak, diunggah tanggal 19/10/23 jam 13:29 dari laman
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum
8

langkah terakhir dari tindakan hukum yang dapat dilakukan pemerintah


kepada wajib pajak nakal. Gijzeling dilaksanakan apabila wajib pajak
benar-benar sudah membandel. Tindakan gijzeling merupakan langkah
antisipasi terakhir yang merupakan upaya mencari efek jera (deterrence
effect) agar para penunggak pajak takut dan segera melunasi kewajiban
pajaknya.

Anda mungkin juga menyukai