TUGAS 1
Pertanyaan I
A memiliki sebuah perusahaan yang memberikan layanan di bidang
transportasi untuk wilayah Jawa dan Sumatera. Setiap tahun,
perusahaannya membayarkan pajak atas penghasilan yang diterima oleh
perusahaan tersebut dalam satu tahun.
Memperhatikan amandemen kedua UUD 1945 tahun 2000 tentang
otonomi daerah, apakah jenis pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
tersebut dan apakah pajak tersebut termasuk ke dalam Pajak Pusat atau
Pajak Daerah? Siapakah yang memiliki kewenangan untuk mengelola
pajak tersebut?
Jawaban
Pajak pusat adalah semua jenis pajak yang lembaga pemungutnya
adalah pemerintah pusat sehingga dan dana pajak yang ditarik akan
masuk ke kas negara. Pajak Daerah adalah jenis pajak yang lembaga
pemungutnya adalah pemerintah daerah yang dananya masuk kas daerah.
Menurut UU NOMOR 36 TAHUN 2008 tentang daftar pajak pusat :
1. Pajak Penghasilan (PPh), yaitu suatu jenis pajak yang dikenakan orang
pribadi dan badan hukum atas penghasilan yang diperolehnya.
2. PPh pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendahawa pemerintah
ketika membeli barang,
3. PPh pasal 23 dan lain-lain...
Namun Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 2000 tentang
Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah menetapkan
Pasal 1
(1) Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam
Negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 115
Tahun 2000, dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan imbangan sebagai berikut :
a. 80 % (delapan puluh persen) untuk Pemerintah Pusat;
b. 20 % (dua puluh persen) untuk Pemerintah Daerah
3
Pertanyaan II
4
Jawaban
Pajak pusat adalah semua jenis pajak yang lembaga pemungutnya
adalah pemerintah pusat sehingga dan dana pajak yang ditarik akan
masuk ke kas negara. Pajak Daerah adalah jenis pajak yang lembaga
pemungutnya adalah pemerintah daerah yang dananya masuk kas daerah.
Sesuai dengan UU no. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah maka jenis
pajak daerah adalah sebagai berikut
Pasal 2
(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan; dan lain-lain
Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) atau
Dinas Pelayanan Pajak (Disyanjak) atau Badan Pajak dan Retribusi Daerah
(BPRD) atau nama lain disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap daerah.
5
Pertanyaan III
Apabila perusahaan yang dimiliki A membayar pajak atas
penghasilan yang diterima oleh perusahaan tersebut, apakah manfaat
langsung yang akan diterima oleh perusahaan milik A?
Jawaban
Dikutip dari situs Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Kab. Agam
(https://bakeuda.agamkab.go.id/Home/view/22#:~:text=Manfaat%20memb
ayar%20pajak%20dengan%20tertib,kamu%20adalah%20pelakuk%20bisni
s%20profesional ), manfaat langsung
Pertanyaan IV
Apabila A memutuskan untuk tidak membayarkan pajak yang
seharusnya dibayarkan oleh perusahaannya, apa yang akan terjadi?
Jawaban
Pajak bersifat wajib dan memaksa. Apabila wajib pajak tidak
melakukan pembayaran pajak dan/atau dengan sengaja menolak
membayar pajak. maka negara menetapkan sanksi.1
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 telah dijelaskan wajib
pajak yang menolak untuk bayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dapat dikenakan sanksi administrasi
dan/atau sanksi pidana.
Sanksi administrasi perpajakan terdiri dari (1) sanksi denda, (2)
sanksi bunga dan (3) sanksi kenaikan. Sanksi denda ditujukan kepada
pelanggaran yang berhubungan dengan kewajiban pelaporan. Sanksi
bunga ditujukan bagi wajib pajak yang membayar pajaknya setelah jatuh
tempo dan akan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) per bulan
terhitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.
Sedangkan sanksi kenaikan ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan
pelanggaran tertentu, seperti tindak pemalsuan data dengan mengecilkan
jumlah pendapatan pada SPT setelah lewat dua tahun sebelum terbit SKP.
Sanksi pidana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf i Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
yang menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak
menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara di pidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
Sanksi terkait perpajakan ini bisa dalam bentuk tindakan tegas
berupa penyanderaan atau gijzeling. Tindakan gijzeling merupakan
1Rizka Noor Hashela, Tolak Bayar Pajak, Podana Bertindak, diunggah tanggal 19/10/23 jam 13:29 dari laman
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum
8