Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ike Nurul Aini

NIM : 044847777

TUGAS 3 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

1. Bapak Abdul Manaf adalah seorang pengusaha di Bandung yang memiliki beberapa
usaha sebagai berikut:
Mempunyai 4 (empat) buah restoran;
1 (satu) buah hotel bintang 4;
1 (satu) buah hotel bintang 3, dan
2 (dua) buah gedung untuk parkir.
Bapak Abdul Manaf sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Daerah (NPWPD) sejak awal
menjalankan usaha pada tahun 2018 dan rutin menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD) mulai SPTPD tahun 2018 hingga 2021. Namun untuk SPPTD
tahun 2022 hingga bulan Juni 2023, Bapak Abdul Manaf belum menyampaikan
SPTPD.
Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Daerah, jelaskanlah sanksi apa saja yang
dapat diterima oleh Bapak Abdul Manaf?

Jawab :
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2023 tentang Ketentuan Umum
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 Angka 55 menyatakan, “Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran Pajak, objek Pajak
dan/atau bukan objek Pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.”.

Berdasarkan Pasal 68 Ayat (1), “Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan
penghitungan sendiri oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
dan ayat (4) wajib mengisi SPTPD.”.
Adapun jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) diantaranya:
a. PBBKB;
b. Pajak Rokok; dan
c. Opsen Pajak MBLB;

Dan Pasal 3 ayat (4) diantaranya:


a. BPHTB;
b. PBJT atas:
1. Makanan dan/atau Minuman;
2. Tenaga Listrik;
3. Jasa Perhotelan;
4. Jasa Parkir; dan
5. Jasa Kesenian dan Hiburan;
c. Pajak MBLB; dan
d. Pajak Sarang Burung Walet.
Adapun sanksi yang dapat diterima Bapak Abdul Manaf adalah :
a. Sanksi Administrasi
Bapak Abdul Manaf merupakan wajib pajak yang tidak menyampaikan SPTPD sesuai
dengan ketentuan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2023 tentang
Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sehingga menurut Pasal 70
ayat (1) dan (2), Bapak Abdul Manaf dapat dikenai sanksi administrasi berupa denda
yang ditetapkan dengan STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) dalam satuan rupiah
untuk setiap SPTPD.

Selain kewajiban Pelaporan SPTPD, Bapak Abdul Manaf juga memiliki kewajiban
untuk membayar atau menyetorkan pajak dan retribusi yang terutang dari usaha
restoran, hotel, serta jasa parkirnya. Pembayaran atau penyetoran pajak tersebut
dilakukan tiap masa pajak paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah berakhirnya
masa pajak.

Apabila Bapak Abdul Manaf tidak membayar atau menyetor tepat waktu sesuai
dengan ketentuan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2023 Pasal 59,
maka ia dapat dikenai sanksi administratif berupa bunga sebesar 1% (satu persen)
per bulan dari Pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau disetor, dihitung
dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan dan ditagih dengan menggunakan STPD.

Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2023 tentang
Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 65, sebagai Wajib
Retribusi, Bapak Abdul Manaf juga berkewajiban untuk melakukan pembayaran
Retribusi terutang yang ditetapkan dalam SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan, seperti karcis, kupon, dan kartu langganan, ke kas daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal Bapak Abdul Manaf selaku Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, ia dapat dikenai sanksi administratif berupa bunga
sebesar 1% (satu persen) per bulan dari Retribusi terutang yang tidak atau kurang
dibayar dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan ditagih
dengan menggunakan STRD.

b. Sanksi Pidana
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pasal 5 Ayat (1), Bapak Abdul
Manaf selaku Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya dalam hal penyampaian SPTPD, sehingga merugikan Keuangan
Daerah, diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana
denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah Pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.

Atau berdasarkan Pasal 5 Ayat (2), apabila Bapak Abdul Manaf selaku Wajib Pajak
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban perpajakan berupa penyampaian SPTPD,
sehingga merugikan Keuangan Daerah, diancam dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.

Adapun berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Pasal 183, Bapak
Abdul Manaf selaku Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (4), sehingga merugikan Keuangan
Daerah, diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana
denda paling banyak 3 (tiga) kali dari jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang
dibayar.

2. Tuan Armando memiliki usaha restoran di Kota Surabaya, dan sudah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) sejak bulan Januari 2019. Penghasilan
bruto usaha restoran Tn. Armando untuk tahun 2021 berdasarkan perhitungannya
adalah sebesar Rp 4.000.000.000; (empat milyar rupiah).
Berdasarkan peraturan Walikota Kota Surabaya bahwa tarif Pajak Restoran adalah
sebesar 10 %.
Pada bulan Januari 2022, Tn. Armando sudah menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD) tahun 2021 dengan jumlah pajak restoran yang disetor
sebesar Rp 400.000.000.
Pada bulan April 2022, Pemerintah Daerah Kota Surabaya melalui Dinas Pendapatan
Daerah melakukan pemeriksaan atas SPTPD yang disampaikan oleh Tn. Armando
pada bulan Januari 2022.
Dari hasil pemeriksaan diperoleh perhitungan untuk penghasilan bruto Tn.
Armando adalah Rp8.500.000.000 dan pada bulan Mei 2022 dibuatkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). Peraturan Walikota Surabaya
dengan SKPDKB menjelaskan bahwa Jumlah kekurangan Pajak yang terutang
dalam SKPDKB dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar, untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya Pajak.
Dari uraian diatas, apabila Tn. Armando menerima SKPDKB tersebut dan akan
melakukan pembayaran pada bulan Mei 2022, berapakah yang harus dibayar oleh
Tn. Armando?

Jawab :

Diketahui :
Omzet tahun 2021 berdasarkan perhitungan Tuan Armando = Rp 4.000.000.000
Omzet tahun 2021 berdasarkan hasil pemeriksaan = Rp 8.500.000.000
Pajak restoran yang telah disetor = Rp 400.000.000
Tarif pajak restoran = 10%
Diterbitkan SKPDKB pada Bulan Mei 2022

Ditanya :
Total pajak yang kurang dibayar dan sanksi administrasinya?

Penyelesaian :
Pajak yang seharusnya dibayar = Tarif x Omzet berdasarkan hasil pemeriksaan
= 10% x Rp 8.500.000.000
= Rp 850.000.000
Pajak kurang bayar = Pajak yang seharusnya dibayar – Pajak telah disetor
= Rp 850.000.000 – Rp 400.000.000
= Rp 450.000.000

Diketahui bahwa ada sanksi administratif berupa pengenaan bunga sebesar 2% per bulan
dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar. Karena Tn. Armando akan
membayar kekurangan pada bulan Mei maka total sanksi yang dikenakan adalah sebesar
maka perhitungan sanksinya adalah :
Sanksi administrasi = Rp 450.000.000 x 2% x 5 bulan
= Rp 45.000.000

Total yang harus dibayar = Rp 450.000.000 + Rp 45.000.000


= Rp 495.000.000

Jadi, total pajak kurang bayar dan sanksi administrasi yang harus dibayar oleh Tn.
Armando adalah sebesar Rp 495.000.000.

Demikian tanggapan yang saya sampaikan. Mohon bantuan koreksi informasi dan penjelasan
untuk perbaikan ke depan. Terima kasih

Sumber :
− Ismail, Tjip dan Enceng. 2023. Pajak Daerah dan Restribusi Daerah Edisi 3.
Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
− Materi Inisiasi Minggu Ke-7
− Pemerintah Republik Indonesia. 2022. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022
tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
− Pemerintah Republik Indonesia. 2023. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2023
tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Anda mungkin juga menyukai