Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa RENDY HENDIARSO


: ………………………………………………………………………………………..

040987901
Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : ………………………………………………………………………………………..

PAJA3335/Studi Kasus Perpajakan I


Kode/Nama Mata : ………………………………………………………………………………………..

30/(D-III) Perpajakan / MEDAN


Kuliah Kode/Nama : ………………………………………………………………………………………..

UPBJJ Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Agung merupakan pegawai tetap di PT. Terang Benderang, dia juga memiliki usaha berupa toko ATK
yang dirintisnya sejak Januari 2015. Agung telah memiliki NPWP dan telah dikukuhkan sebagai PKP
pada Januari tahun 2016. Pada tanggal 31 Maret 2018, Agung telah membayarkan pajak kurang
bayarnya sebelum menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi untuk tahun pajak 2017 sebesar
Rp.125.000.000. Pada akhir Mei 2018, Agung baru menyadari bahwa terdapat kesalahan dalam
penghitungan pajaknya karena terdapat beberapa data penghasilan dan biaya yang belum dilaporkan
ke dalam SPT-nya. PPh 29. Setelah dihitung kembali seharusnya pajak yang harus disetor adalah
Rp.215.000.000 sehingga terdapat kekurangan pajak . Agung kemudian membayar kekurangan pajak
serta menyampaikan SPT Pembetulan pada tanggal 10 Juni 2018. Tim Pemeriksa Pajak mulai
melakukan pemeriksaan atas SPT Tahunan 2017 Agung pada bulan November 2018 Setelah proses
pemeriksaan selesai, Pemeriksa kemudian menerbitkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP) pada tanggal 3 Desember 2018. Menurut Pemeriksa, seharusnya pajak kurang bayar yang
dibayarkan Agung sebelum menyampaikan SPT-nya adalah Rp 300 juta. Pemeriksa menerbitkan
SKPKB pada tanggal 20 Desember 2018. Akhirnya Agung membayarkan kekurangan pajaknya
sebesar Rp 85.000.000 pada 10 Februari 2019. Pertanyaan:
1) Atas pembayaran kekurangan pembayaran pajak di bulan apakah ada sanksi pajak yang akan
dikenakan kepada Agung ? Berikan penjelasan (dan perhitungan sanksi, jika ada) disertai dengan
dasar hukumnya!
2) Berapa besarnya sanksi pajak yang dikenakan kepada Agung terkait kekurangan pajak dalam
SKPKB tersebut? Jelaskan disertai dengan dasar hukumnya.
3) Kapan Agung harus membayarkan kekurangan pajak dalam SKPKB tersebut? Apakah ada sanksi
pajak yang dikenakan kepada Agung terkait dengan pembayaran SKPKB yang dilakukan tanggal
10 Februari 2019 di atas? Berikan penjelasan (dan perhitungan sanksi, jika ada) disertai dengan
dasar hukumnya

Jawab :

1. Diketahui :
Bapak Agung adalah Karyawan tetap PT. Terang Benderang dan mempunyai toko yang berdiri
sejak Januari 2015, Bapak Agung punya NPWP dan tokonya ditetapkan sebagai PKP pada
Januari 2016.
Histori pembayaran pajak tahun 2017 adalah :
-31 Maret 2018
Menyampaikan pajak kurang bayar
-Akhir Mei 2018
Menyampaikan SPT orang pribadi tahun pajak 2017 sebesar Rp125.000.000,00
-setelah itu ia baru menyadari bahwa ada kesalahan perhitungan SPT , maka berdasarkan
perhitungannya seharusnya ia membayar pajak sebesar Rp215.000.000,00.
-10 Juni 2018
Membayarkan kekurangan bayar pajak, setelah itu memberitahukan SPT Pembetulan.
-November 2018
Tim Pemeriksa Pajak mulai melakukan pemeriksaan atas SPT Tahunan 2017 Agung, dengan
hasil pemeriksaan adalah pada 3 Desember 2018 diterbitkan SPHP sebesar 300 juta rupiah,
dan pada tanggal 20 Desember 2018 menerbitkan SKPKB.
-10 Februari 2019
Bapak Agung membayar kekurangan pajaknya sebesar Rp 85.000.000,00.

Pertanyaan dan jawaban :

1) Atas pembayaran kekurangan pembayaran pajak di bulan apakah ada sanksi pajak yang akan
dikenakan kepada Agung ? Berikan penjelasan (dan perhitungan sanksi, jika ada) disertai
dengan dasar hukumnya!

Jawab :

a) Penyampaian SPT tahunan orang pribadi tahun pajak 2017 pada akhir Mei 2018, hal ini
berarti Bapak Agung telah melewati waktu pemberitahuan SPT yang telah ditetapkan,
karena berdasarkan Berdasarkan pasal 3 ayat 3 Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 dijelaskan bahwa batas waktu penyampaian SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi adalah paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir tahun pajak. Berarti batas akhir penyampaian SPT tahun 2017 adalah 31
Maret 2018.

Dengan demikian Bapak Agung dikenai denda keterlambatan pemberitahuan SPT


tahunan sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) sesuai dengan pasal 7 Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 dijelaskan bahwa apabila Surat
Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan
sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.

b) Beberapa saat kemudian, Bapak Agung menyadari adanya kesalahan dalam


penghitungan pajaknya karena terdapat beberapa data penghasilan dan biaya yang
belum dilaporkan ke dalam SPT-nya, sehingga pajak yang seharusnya disetorkan
sebesar Rp.215.000.000,00 (dua ratus lima belas juta rupiah). Oleh karena itu pada
tanggal 10 Juni 2018 Bapak Agung membayar kekurangan pajak serta menyampaikan
SPT Pembetulan.

Dalam hal ini maka Bapak Agung telah benar dalam menyampaikan pembayaran
kekurangan pajak terlebih dahulu sebelum penyampaian SPT Pembetulan, karena Wajib
Pajak harus membayar kekurangan pajak sebelum menyampaikan pembetulan SPT.

Mengenai pembetulan SPT. Pembetulan SPT muncul ketika SPT yang dilaporkan ada
yang ingin Anda revisi untuk tahun pajak yang sama. Hal ini sejalan dengan apa yang
tertera di Pasal 8 ayat 1 Undang Undang Republik Iindonesia Nomor 28 Tahun 2007
Perubahan Ketiga Atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi “Wajib pajak dengan kemauan sendiri
dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan”.

Pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun


sebelum daluwarsa penetapan. Pasal 13 ayat (1) UU KUP menyatakan bahwa dalam hal
pembetulan SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus disampaikan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. Yang dimaksud dengan
kadaluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, atau Tahun Pajak.

Terkait kedapatan kurang bayar, maka Wajib Pajak yang bersangkutan akan dikenai
sanksi adminstrasi berupa sanksi bunga. Sanksi bunga diberlakukan karena ada
tambahan pajak yang kurang bayar yang semestinya sudah dibayar pada saat jatuh
tempo. Hal ini berdasarkan pasal 8 ayat 2 Undang undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi “Dalam hal Wajib Pajak
membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang mengakibatkan utang pajak
menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat
penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan”.

Dalam kasus ini, Bapak Agung membayar kekurangan pembayaran pajak lalu
menyampaikan pembetulan SPT pada tanggal 10 Juni 2018, jadi dia telah lebih dari
tanggal jatuh tempo selama 3 bulan. Maka perhitungan denda administrasi pembetulan
SPT adalah :

Pembetulan Rp215.000.000,00

SPT pertama sebesar Rp125.000.000,00 -


Kurang bayar Rp90.000.000,00

Jarak waktu penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal


pembayaran kurang bayar adalah 3 bulan

Maka Rp90.000.000,00 x 2% = Rp1.800.000,00

Rp1.800.000,00 x 3 bulan = Rp5.400.000,00

Jadi denda administrasi pembetulan SPT yang harus dibayar Bapak Agung adalah
sebesar Rp5.400.000,00.

2) Berapa besarnya sanksi pajak yang dikenakan kepada Agung terkait kekurangan pajak dalam SKPKB
tersebut? Jelaskan disertai dengan dasar hukumnya.
Jawab :

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan menjelaskan bahwa SKPKB merupakan surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus dibayar, juga
disebutkan bahwa Ditjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB dalam jangka waktu lima tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun
pajak. Dalam aturan tersebut juga dijelaskan sejumlah kondisi yang membuat Ditjen Pajak
mengeluarkan SKPKB.

Berdasarkan Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983


Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang berbunyi “Jumlah kekurangan
pajak terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk
selama lamanya dua puluh empat bulan, dihitung mulai saat terhutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Ketentuan Pajak”.

Maka berdasarkan peraturan tersebut, Bapak Agung harus membayar kekurangan pajak
beserta sanksi adinistrasi sebesar :

saat terhutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Ketentuan Pajak adalah 6 bula 10 hari ( 7 bulan) yang
dihitung dari tanggal bayar kekurangan pajak mandiri (10 Juni 2018) s.d. terbitnya SKPKB (20
Desember 2018).

Pajak kurang bayar setelah pemeriksaan : Rp300.000.000,00

PPH pembetulan mandiri : Rp215.000.000,00


-
PPH kurang bayar : Rp85.000.000,00

Denda administrasi (7 bulan x 2% x Rp85.000.000,00) : Rp11.900.000,00


+
Total kekurangan pajak beserta sanksi adiministrasi : Rp96.900.000,00

Jadi sanksi pajak yang dikenakan kepada Bapak Agung terkait kekurangan pajak dalam SKPKB
adalah Rp11.900.000,00 (sebelas juta sembilan ratus ribu rupiah), dan Total kekurangan pajak
beserta sanksi Adiministrasi sebesar Rp96.900.000,00 (sembilan puluh enam juta sembilan
ratus ribu rupiah).

3) Kapan Agung harus membayarkan kekurangan pajak dalam SKPKB tersebut? Apakah ada
sanksi pajak yang dikenakan kepada Agung terkait dengan pembayaran SKPKB yang dilakukan
tanggal 10 Februari 2019 di atas? Berikan penjelasan (dan perhitungan sanksi, jika ada) disertai
dengan dasar hukumnya

Jawab :

Berdasarkan kasus tersebut , maka pertama kita akan membahas Pasal 9 Ayat 3 Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 yang berbunyi “Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan”. Maka batas akhir
pelunasan SKPKB Bapak Agung adalah pada tanggal 20 Januari 2019, yang dihitung dari 1
bulan setelah penerbitan SKPKB (tanggal 20 Desember 2018).

Toko ATK Bapak Agung telah dikukuhkan sebagai PKP pada Januari tahun 2016, pengukuhan
PKP memiliki salah satu syarat yaitu memiliki pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku
mencapai Rp 4,8 miliar. Dan dalam soal tidak disebutkan bahwa bapak Agung ingin dikukuhkan
sebagai PKP, maka saya berasumsi bahwa Bapak Agung memiliki pendapatan bruto (omzet)
dalam 1 tahun buku mencapai Rp 4,8 miliar.

Namun jika bapak Agung tidak memiliki pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku
mencapai Rp 4,8 miliar, maka kita akan beralih pada aturan Pasal 48 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan yang berbunyi “Dalam hal Wajib Pajak usaha kecil dan
Wajib Pajak di daerah tertentu menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi,
pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar dilakukan paling lama 2 (dua) bulan
sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3a)
Undang-Undang”.

Terkait apa itu Wajib Pajak orang pribadi usaha kecil, ia adalah yang harus memenuhi kriteria
sebagaimana yang diatur pada Pasal 7 ayat (3) PMK-242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pembayaran dan Penyetoran Pajak yang menyatakan bahwa Wajib Pajak usaha kecil ini terdiri
dari Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan, dan yang dimaksud Wajib Pajak orang
pribadi usaha kecil adalah wajib pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dari usaha,
tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran
bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)
Tahun Pajak.

Jika menganut pada aturan tersebut maka batas akhir pembayaran SKPKB adalah tanggal 20
Februari 2019, dan Bapak Agung tidak mendapat sanksi terkait pelunasan pembayaran SKPKB
pada tanggal 10 Februari 2019 karena masih 1 bulan 21 hari (kurang dari dua bulan) dari
tanggal penerbitan SKPKB.

Masih dalam perandaian, andaipun ia belum melunasi SKPKB selama lebih dari batas waktu 2
bulan, maka ketentuan yang berlaku adalah pasal 48 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan yang berbunyi “Dalam hal Wajib Pajak tidak melunasi jumlah pajak yang
masih harus dibayar dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), pajak yang masih harus dibayar tersebut ditagih dengan terlebih dahulu
menerbitkan Surat Teguran”.Dan berlanjut pada pasal 48 ayat 6 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan yang berbunyi “Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
disampaikan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)” .

Kembali ke kasus Bapak Agung yang telah dikukuhkan sebagai PKP, dan tentu saja
mempunyai pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku mencapai Rp 4,8 miliar, namun
dalam melakukan pelunasan pembayaran SKPKB melebihi satu bulan, yaitu dalam waktu 1
bulan 21 hari dari tanggal penerbitan SKPKB. Maka aturan yang berlaku adalah pasal 19
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 yang berbunyi “Apabila Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo
pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh
masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan”.

Maka perhitungannya adalah :

Jarak tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan adalah 21 hari ( satu bulan)
dihitung dari tanggal jatuh tempo pada tanggal 20 Januari 2019 s.d. tanggal pelunasan SKPKB,
yaitu pada tanggal 10 Februari 2019.

kekurangan pajak yang harus dibayar =Rp 85.000.000,00;

Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp 85.000.000,00) adalah Rp1.700.000,00 (satu juta tujuh ratus
ribu rupiah).

Jadi jumlah sanksi administrasi yang harus Bapak Agung bayar terkait keterlambatan
pembayaran SKPKB sebesar Rp1.700.000,00 (satu juta tujuh ratus ribu rupiah).

Anda mungkin juga menyukai