Anda di halaman 1dari 5

Berdasarkan pengertian STP sebagaiman diatur pada Pasal 14, Dirjen pajak dapat menerbitkan STP dalam hal-hal

sebagai berikut : 1. Pajak penghasilan dalam satu tahun berjalan tidak/kurang bayar, dikenakan denda bunga 2% sebulan maksimal 24 bulan 2. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagaimana salah tulis dan atau salah hitung, dikenakan sanksi bunga 2% sebulan maksimal 24 bulan. 3. Denda administrasi berupa denda atau bunga 4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), 2% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP, tetapi membuat faktur pajak, denda 2% x DPP 6. Pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tidak membuat atau membuat faktur pajak tetapi tepat waktu atau tidak mengisi lengkap faktru pajak, denda 2% x DPP Fungsi STP adalah sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT wajib pajak dan sebagai sarana untuk menagih pajak dan sanksi pengenaan bunga atau denda KEKUATAN HUKUM STP STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan SKP. Oleh karena itu dapat ditagih dengan paksa, sesuai dengan ketentuan UU No.19 tahun 2001 tentang Panagihan Pajak Dengan Paksa. Contoh penghitungan Sanksi administrasi dalam STP Surat Pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan tahun 2001 disampaikan tanggal 31 Maret 2002. Setelah dilakukan penelitian terdapat salah hitung yang menyebabkan Pajak Penghasilan kurang bayar sebesar Rp 4.000.000,- atas kekurangan pajak penghasilan tersebut diterbitkan STP tanggal 11 Juli 2002 dengan perhitungan sebagai berikut : - Kekurangan bayar Rp 4.000.000,- Bunga 4 x 2% x 4.000.000,- Rp 320.000,jumlah yang harus dibayar Rp 4.320.000,bunga dihitung dari tanggal 26 Maret 2002 s/d 11 Juli 2002 SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB) Adalah surat ketetapan pajak menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. Menurut ketentuan Pasal 13 ayat 9 (1) huruf b, bahwa SPT yang tidak disampaikan pada waktunya, walaupun telah ditegur secara tidak tertulis dan tidak juga disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran, membawa akibat bahwa Dirjen pajak dapat menerbitkan SKPKB secara jabatan. Terhadap ketentuan seperti ini dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari penghasilan yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak. Sanksi untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakan dibidang PPN dan PPnBm yang mengakibat pajak terutang atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi dengan menerbitkan SKPKB ditambah kenaikan sebesar 100%. Contoh SKPKB : Tn. Fadil adalah seorang PKP yang mengisi SPT masa PPN bulan Mei 2001 adalah sebagai berikut : - Pajak keluaran Rp 200.000.000,- Pajak masukan Rp 300.000.000,- Kurang bayar Rp 100.000.000,lebih bayar ini dikompensasikan dengan pajak yang terutang pada masa pajak berikutnya (Juni 2002) berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh KPP ternyata hasilnya sebagai berikut : - Pajak keluaran Rp 400.000.000,- Pajak masukan Rp 300.000.000,- kurang bayar Rp 100.000.000,Atas kasus ini dikeluarkan SKPKB pada tanggal 20 Agustus 2001 dengan perincian sebagai berikut : Kurang bayar Rp 100.000.000, Pasal 13 ayat (2) UU KUP Bunga 3 bulan (1 Juni 2001 20 Agustus 2001) 3 x 2% x Rp 100.000.000,- Rp 6.000.000, Pasal 13 ayat 3 UU KUP Kenaikan 100% karena tidak seharusnya dikompensasikan 100% x Rp 100.000.000,jadi jumlah yang tercantum dalam SKPKB adalah sebesar Rp 206.000.000,SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR Dirjen pajak setelah melakukan pemeriksaan menerbitkan SKPLB, apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang (Pasal 17). SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN) Dirjen pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan SKP-N, apabila jumlah pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak (Pasal 17A)

SURAT KETETAPAN PAJAK BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT) Adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Dirjen pajak menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan ( dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan sebelumnya Pasal 15 UU KUP). Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak terutang berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, apabila ditemukan data baru (Novum) dan atau data semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang. Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tambahan ditambah dengan sanksi administrasi 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut. A. Mempersiapkan Keberatan 1. Pendahuluan Dalam menghadapi sengketa pajak, wajib pajak memiliki hak untuk : a) Mengajukan Keberatan (Pasal 25 26 UU KUP) Jika Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah, rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan tidak sebagaimana mestinya, maka Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak. b) Mengajukan Permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan (Pasal 36 ayat 1a) Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya c) Mengajukan permohonan pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar (pasal 36 ayat 1b) Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar. d) Mengajukan Gugatan ke Pengadilan Pajak Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap : Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam pasal 25 ayat (1) dan pasal 26 KUP Keputusan Pembetulan dalam pasal 16 yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 yang berkaitan Surat Tagihan Pajak. Gugatan hanya dapat diajukan ke Pengadilan Pajak. Pengajuan Keberatan Keberatan diajukan atas suatu : SKPKB SKPKBT SKPLB SKPN Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan Syarat pengajuan Keberatan : Diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, Pemotongan dan Pemungutan oleh Pihak ketiga; Surat Keberatan diajukan terhadap satu jenis ketetapan pajak. (Satu SKP satu surat keberatan) Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia Mengemukakan jumlah pajak terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas. Diajukan dalam jangka waktu 3 Bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali terjadi keadaan diluar kekuasaan wajib pajak (Force Majeur) Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan proses pelaksanaan penagihan. Hak Wajib Pajak dalam Keberatan: Agar Wajib Pajak dapat membuat alasan-alasan yang kuat dalam pengajuan keberatan, sebelum mengajukan keberatan wajib pajak berhak untuk : Meminta Dasar Pengenaan Pajak Meminta Dasar Perhitungan Rugi Meminta Dasar Pemotongan dan Pemungutan. Pengajuan Surat Keberatan : Surat keberatan dapat disampaikan dengan cara : Secara Langsung ke KPP tempat WP terdaftar Tanggal surat keberatan diterima adalah tanggal saat surat diterima di Tempat Pelayanan Terpadu KPP. Wajib pajak akan menerima bukti penerimaan Surat keberatan. Surat Keberatan diterima secara Phisik oleh petugas DJP Disampaikan melalui kantor pos dan giro dengan pengiriman pos tercatat. Bukti pengiriman melalui pos (Resi) merupakan tanda bukti penerimaan surat keberatan. Pengertian pos tercatat adalah tertulis dalam bukti pengiriman surat hal-hal sebagai berikut : o Tanggal kirim o Nama dan alamat pengirim o Nama dan alamat yang dituju o Isi atau jenis surat yang dikirim Surat Keberatan yang tidak memenuhi syarat : Tidak dianggap sebagai surat kberatan, sehingga tidak dipertimbangkan Kepada wajib pajak akan diberikan penolakan secara formal melalui surat biasa paling lambat 1 bulan sejak surat

tersebut diterima Surat keberatan yang tidak memenuhi syarat formal keberatan, tetapi pengajuannya belum melampaui 3 bulan, wajib pajak masih diberi kesempatan untuk memperbaiki surat keberatannya dan dapat diajukan kembali dalam batas waktu 3 bulan setelah tgl SKP Surat keberatan yang diajukan setelah melewati 3 bulan tidak dapat diperbaiki lagi, kecuali dapat dibuktikan keterlambatan tersebut karena factor force majeur. Alternatif lain yang dapat ditempuh Wajib Pajak adalah mengajukan permohonan peninjauan kembali berdasarkan pasal 36 ayat (1) huruf b UU KUP. Jangka waktu Penyelesaian Keberatan Direktur Jenderal pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan wajib pajak Jika jangka waktu 12 bulan terlewati, maka keberatan dianggap DITERIMA. Keputusan Keberatan Keputusan keberatan yang diterbitkan DJP dapat berupa : Menerima seluruhnya Menerima Sebagian Menolak Menambah Besarnya pajak yang terutang Masalah-masalah dalam keberatan yang terkait dengan wajib pajak : Wajib Pajak tidak siap dalam hal : data, informasi, catatan dan dokumen dalam pengajuan keberatan Wajib pajak tidak memenuhi persyaratan formal dan persyaratan material pengajuan keberatan Wajib pajak terlambat dalam menyampaikan permohonan keberatan (lewat dari 3 bulan) Wajib pajak memiliki interprestasi dan pemahaman yang lemah terhadap peraturan perpajakan. Pihak ketiga yang menjadi wakil wajib pajak tidak memenuhi syarat yang diatur dalam KMK 576/KMK.04/2001 dan KEP DJP No. 188/PJ./2001. Komunikasi Wajib pajak dan Fiscus tidak berjalan dengan baik. Strategi Dalam Proses Keberatan Pastikan permohonan keberatan memenuhi persyaratan formal keberatan Diajukan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar Diajukan Tidak lewat dari 3 bulan Surat Keberatan dibuat dalam bahasa Indonesia Dibuat untuk masing-masing SKP. (Satu SKP satu Surat Keberatan). Menyebutkan Jumlah pajak yang terutang, jumlah rugi dan jumlah pemotongan atau pemungutan menurut wajib pajak Menyebutkan alasan pengajuan keberatan Surat ditandatangani oleh pihak yang berwenang menandatangani surat keberatan (Board of Director yang tercantum di akta). Jika ditandatangai pihak lain maka harus dilampiri dengan Surat Kuasa khusus. Pastikan permohonan keberatan memenuhi persyaratan material keberatan : Pastikan materi yang diajukan keberatan memiliki alasan yang kuat Alasan harus didukung dengan : - Bukti pendukung yang kuat (harus valid) - Dasar hokum yang kuat (sesuai dengan peraturan yang berlaku saat itu dan untuk masalah tsb) Sebelum membuat alasan keberatan, wajib pajak harus mengetahui : - Butir-butir yang akan dikoreksi oleh Fiscus - Alasan Fiscus melakukan koreksi - Dasar hukum yang digunakan fiscus untuk membuat koreksi Sehingga alasan yang disampaikan dalam surat keberatan TEPAT. Jika keberatan ditolak, upaya selanjutnya yang dapat dilakukan wajib pajak adalah mengajukan banding 2. Atas Biaya yang merupakan Obyek PPh 21 telah dipotong PPh 21 seluruhnya. Namun akibat perbedaan periode tahun buku yang dianut Wajib Pajak, sehingga terdapat perbedaan periode pembebanan biaya yang merupakan obyek PPh pasal 21 dalam Laporan Keuangan Vs SPT PPh Pasal 21. Rekonsiliasi Obyek PPh 21 berdasarkan SPT PPh Badan Vs SPT PPh 21 adalah sebagai berikut : Keterangan Jumlah 1. Total Biaya Gaji dlm Lap Keuangan [Jul02 Jun03] 3.542.376.049 2. Total Biaya Gaji dlm SPT 1721 th 2003 [Jan03 Des03] 2.794.002.022 3. Selisih Lap Keu Vs SPT 1721 748.374.027 dikurangi Biaya Gaji Jan Jun02 1.646.909.526 ditambah Biaya Gaji Jan Jun03 1.811.798.999 Koreksi Fiskal (BIK) th 2001/2002 321.303.131 Koreksi Fiskal (BIK) th 2002/2003 262.181.423 Total 748.374.027 B. Mempersiapkan Banding Sengketa Pajak Dalam Proses Banding Sengketa pajak dalam proses banding atau sering disebut sengketa banding adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak dengan fiscus mengenai keputusan keberatan yang tidak disetujui oleh wajib pajak. Seperti halnya dengan keberatan, Wajib Pajak atau penanggung pajaklah yang harus mengajukan permohonan banding. Sengketa banding bisa menyangkut masalah formal maupun material, namun kebanyakan Wajib Pajak menyangka sengketa banding hanya menyangkut sengketa material, sehingga seringkali tidak disadari bahwa sengketa mungkin

sudah berawal saat fiscus mulai melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan. Sengketa Formal Sengketa formal timbul apabila WP atau fiscus atau keduanya tidak mematuhi prosedur dan tata cara yang telah ditetapkan oleh UU perpajakan, khususnya UU KUP dan UU Pengadilan Pajak. Bagi fiscus, UU KUP telah menetapkan dan prosedur tata cara pemeriksaan pajak, penerbitan ketetapan pajak, sempai penerbitan keputusan keberatan. Apabila fiscus melanggar ketentuan tersebut, maka pelanggaran itulah yang menimbulkan sengketa formal dari pihak fiscus. Contoh : fiskus menerbitkan SKP atau Surat Keputusan Keberatan setelah melampaui jangka waktu yang ditetapkan. Dilain pihak, sengketa formal dari pihak WP bias terjadi apabila WP tidak melaksanakan prosedur dan tata cara yang ditetapkan dalam UU KUP maupun UU Pengadilan pajak. Contohnya WP tidak mengajukan keberatan atau banding dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Sengketa Material Sengketa material atau lazim disebut maateri sengketa terjadi apabila terdapat perbedaan jumlah pajak yang terutang atau terdapat perbedaan jumlah pajak yang lebih dibayar (dalam kasus restitusi) menurut perhitungan fiscus yang tercantum pada ketetapan pajak- dengan jumlah menurut perhitungan Wajib Pajak. Perbedaan tersebut bisa timbul karena adanya perbedaan pendapat mengenai : Dasar hukum yang seharusnya digunakan ; Persepsi atas ketentuan peraturan pajak ; Perselisihan atas suatu transaksi tertentu ; atau hal-hal lainnya. Kesemuanya itu dapat mengakibatkan jumlah pajak yang ditetapkan oleh fiscus menjadi berbeda dibandingkan dengan jumlah pajak menurut perhitunan Wajib Pajak. Dan perbedaan jumlah pajak menurut fiscus dengan WP itulah yang merupakan sengketa material. Baik Sengketa formal maupun sengketa material sangat menentukan hasil akhir putusan banding. Dalam proses banding, hakim akan melakukan pemeriksaan formal terlebih dahulu sebelum mulai memeriksa materi sengketa. Permohonan banding tidak akan diproses lebih lanjut oleh pengadilan pajak tanpa pemeriksaan materi sengketaapabila banding WP tidak memenuhi ketentuan formal yang telah ditetapkan. Sebaliknya apabila ketetapan pajak atau keputusan keberatan tidak memenuhi ketentuan formal, maka pengadilan pajak dapat menyatakan ketetapan pajak ataupun keputusan keberatan harus batal demi hokum. Dalam hal ini, permohonan banding WP dapat diterima selueuhnya atau diterima sebagian, tergantung hasil pemeriksaan keseluruhan oleh hakim pengadilan pajak. Ketentuan Formal Pengajuan Banding Ketentuan formal mengenai pelaksanaan banding diatur dalam ketentuan pasal 27 UU KUP Jo UU Pengadilan pajak, yang bisa diuraikan sbb : a) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak terhadap suatu keputusan keberatan yang ditetapkan oleh dirjen pajak. b) Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha Negara. c) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak d) Syarat formal pengajuan banding Diajukan ke pengadilan pajak Dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia Diajukan oleh Wajib pajak, ahli warisnya, seornag pengurus atau kuasa hukumnya. Pemeriksaan formal dalam hal ini meliputi : Nama Wajib Pajak pemohon banding NPWP Pemohon Banding Alamat Pemohon Banding Nama, NPWP dan Alamat WP Pemohon banding akan dicocokkan dengan data yang tercantum pada kartu NPWP atau administrasi KPP. Jika terdapat perbedaan, WP Pemohon banding harus dapat menjelaskan alasan-alasannya. Nama penandatangan surat banding dan surat kuasa khusus. Apabila nama penandatangan surat banding berbeda dengan nama WP orang Pribadi yang mengajukan banding, atau dalam hal nama penandatangan surat banding Pencabutan Banding Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan Bading ke Pengadilan Pajak dapat mencabut permohonan tersebut dengan mengajukan surat pernyataan pencabutan banding kepada pengadilan pajak. Permohonan Banding yang dicabut akan dihapus dari daftar sengketa melalui : a. Penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan b. Putusan Majelis/Hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding. NOTE : Permohonan Banding yang telah dicabut dan mendapat penetapan/putusan tidak dapat diajukan kembali Kuasa Hukum Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (2) UU Pengadilan Pajak, Wajib pajak dapat menunjuk kuasa hukum untuk mendampingi/mewakili wajib pajak dalam proses banding. Syarat-syarat untuk menjadi kuasa hukum : 1. WNI 2. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-undangan perpajakan. 3. Persyaratan lain yang ditentukan Menteri Keuangan Mengacu pada peraturan tersebut, Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa yang bukan pegawainya dengan surat kuasa khusus dengan syarat-syarat sbb : a. Menyerahkan asli surat kuasa khusus yang bermaterai yang memuat : 1) nama dan alamat serta Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak pemberi kuasa;

2) nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak penerima kuasa. 3) Bidang/cakupan hak/kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan Wajib Pajak selaku pemberi kuasa kepada penerima kuasa yang bersangkutan b. Menguasai ketentuan-ketentuan dibidang perpajakan. Persyaratan ini terpenuhi apabila telah memperoleh pendidikan dibidang perpajakan yang dibuktikan dengan memiliki ; 1) brevet yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak atau; 2) Ijazah formal pendidikan dibidang perpajakan yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan negeri atau swasta dengan status disamakan dengan negeri b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak pidana lain dibidang keuangan Negara. Tata Cara untuk mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar sebagai Kuasa Hukum Pengadilan Pajak : Bagi Kuasa Hukum Pengacara : - Syarat yang harus dipenuhi (kumulatif) : Warga Negara Indonesia, Pengacara (berlisensi), Sebagai Ahli Pajak, memiliki NPWP atau form 1721 A1 dari pemberi kerja - Mendaftarkan diri ke sekretariat pengadilan pajak (mengisi formulir yang telah disediakan) dengan melampirkan salinan dokumen yang telah dilegalisir: KTP Surat Ijin Praktek Pengacara Brevet Pajak/ Ijasah NPWP atau form 1721 A1 dari Pemberi kerja. Pas Photo 2 x 3 2 lembar Bagi Kuasa Hukum yang bukan pengacara : - Syarat yang harus dipenuhi : WNI, Sebagai Ahli Pajak, Memiliki NPWP atau Form 1721 A1 dari pemberi kerja. - Mendaftarkan diri ke sekretariat pengadilan pajak (mengisi formulir yang telah disediakan) dengan melampirkan salinan dokumen yang telah dilegalisir KTP Brevet Pajak/ Ijasah NPWP atau form 1721 A1 dari Pemberi kerja. Pas Photo 2 x 3 2 lembar Proses Pelaksanaan Banding Batasan waktu pelaskanaan banding telah ditetapkan dalam ketentuan UU Pengadilan pajak. Berikut ini bagan proses pelaksanaan banding : Bagan 1. (sumber : Studi Kasus Banding Pengadilan Pajak hal. 12) Bagan 1. Proses dan jangka waktu pelaksanaan banding ke Pengadilan Pajak. (Sumber : Buku Studi Kasus Banding Pengadilan Pajak hal. 12) Bagan 2 : Proses Banding dengan acara Biasa. (Sumber : Syaiful Anwar, SH, Msc. Makalah Seminar) Persiapan Persidangan Dalam hal pengajuan banding WP memenuhi ketentuan formal yang disyaratkan, maka pengadilan pajak akan memulai persiapan persidangan dengan meminta Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapan dari Fiskus (pihak Terbanding) dan mengirimklan salinannya ke WP Pemohon Banding, serta menunjuk Majelis atau Hakim Tunggal untuk menyelesaikan sengketa antara WP dengan fiskus: a). Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapan b). Surat Bantahan c). Penunjukan Majelis atau Hakim Tunggal Persidangan Banding Persidangan banding dapat dilakukan melalui serangkaian proses pemeriksaan. Ada 2 jenis pemeriksaan dalam proses banding : Pemeriksaan Dengan Acara Biasa (PAB) Pemeriksaan dengan acara biasa (PAB) dilakukan dilakukan oleh Majelis yang terdiri dari 1 (satu) orang Hakim Ketua dan 2 (dua) orang Hakim Anggota, disertai Panitera, dan dihadiri oleh terbanding. Apabila perlu juga dihadiri oleh pemohon banding atau kuasa hukumnya. Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan apabila surat permohonan banding telah memenuhi ketentuan formal. Pemeriksaan Dengan Acara Cepat (PAC) Pemeriksaan dengan acara cepat (PAC) dilakukan oleh hakim tunggal atau majelis hakim dan dihadiri oleh terbanding. Apabila dipandang perlu juga dihadiri oleh pemohon banding atau kuasa hukumnya. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap : - Sengketa pajak tertentu - Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak gugatan diterima - Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan pasal 84 (1) UU Pengadilan pajak. Atau atas putusan yang keliru (salah tulis atau salah hitung) - Sengketa pajak tertentu, yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang pengadilan pajak.

Anda mungkin juga menyukai