Anda di halaman 1dari 10

PPh Pasal 4 Ayat 2


disusun oleh
kelompok bendahara:
- Alfiah Dwi Novita Sari
- Fadilah
-Yuna Dwi Wahyuni
PENGERTIAN
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh
final adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak
pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan


pajaknya bersifat final.

KETENTUAN
Jika itu adalah transaksi antara perusahaan dan individu, Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 4 Ayat 2 ditanggung penerima penghasilan yang dalam hal ini
adalah perusahaan. Lain halnya jika itu adalah transaksi yang melibatkan dua
perusahaan. Pembayar (perusahaan yang satu) diharuskan untuk
mengumpulkan dan menyelesaikan pajak. Sementara penerima (perusahaan
yang lain) bebas dari kewajiban PPh Pasal 4 Ayat 2.
Berdasarkan ketentuan, penghasilan terdiri dari penghasilan sebagai objek pajak
dan penghasilan yang bukan objek pajak. Ada dua cara yang digunakan untuk
pengenaan PPh atas penghasilan yang sebagai objek pajak. Yang pertama, PPh
secara umum dikenakan dengan memakai tarif umum (tarif Pasal 17) dan
pengenaannya tersebut dimasukkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).
Sementara yang kedua adalah dikenakan PPh yang bersifat final.
Pengenaan PPh yang bersifat final berarti penghasilan yang diterima


ataupun diperoleh akan dikenakan PPh dalam tarif tertentu. PPh yang
dikenakan, baik itu yang dipotong pihak lain maupun yang sudah
disetor sendiri, bukanlah pembayaran di muka atas PPh terutang,
melainkan sudah langsung melunasi PPh terutang untuk penghasilan
itu.
Berdasarkan hal tersebut, penghasilan yang telah dikenakan PPh final
tidak akan dihitung PPh-nya pada SPT lagi untuk dikenakan tarif
umum bersamaan dengan penghasilan lainnya. Begitu pula, PPh yang
telah dipotong ataupun dibayar tersebut juga bukanlah kredit pajak
pada SPT.
OBJEK
Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 ini berbeda-beda untuk setiap jenis
penghasilannya.
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2) dikenakan


pada jenis tertentu dari penghasilan/pendapatan, dan berupa:
 
1. Peredaran bruto (omzet penjualan) sebuah usaha di bawah Rp 4,8 miliar
dalam 1 tahun masa pajak;
2. Bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari obligasi dan
obligasi negara, dan bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota masing-masing;
3. Hadiah berupa lotere/undian;
4. Transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi derivatif
perdagangan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
ibukota mitra perusahaan yang diterima oleh perusahaan modal usaha;
5. Transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan sewa atas tanah dan/atau
bangunan; dan
6. Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai
dengan Peraturan Pemerintah.
OBJEK PAJAK DAN TARIFNYA

1. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 0-20%


Tarif ini merupakan bunga dari kewajiban. Penjelasan lebih rinci termaktub dalam
PP No. 16 Tahun 2009.


2. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 0,1%
Tarif pajak sebesar 0,1% ini dikenakan pada transaksi dari penjualan saham atau
pengalihan ibu kota mitra perusahaan yang telah diterima oleh modal usaha,
sebagaimana telah diatur di dalam PP No. 4 Tahun 1995.
3. Tarif PPh Paasl 4 ayat 2 sebesar 0,5%
Tarif pajak ini untuk transaksi penjualan saham pendiri (0,5%) dan saham bukan
pendiri (non-founder) sebesar 0,1%
Ketentuan ini tercantum dalam PP No. 14 Tahun 1997 serta turunannya Keputusan
Menteri Keuangan No. 282/KMK.04/1997, SE-15/PJ.42/1997 dan SE-06/PJ.4/1997.
4. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 2-6%
Tarif pajak ini untuk jasa konstruksi. Penjelasan lebih lanjutnya bisa ditemukan
pada PP No. 51 Tahun 2008 serta turunannya PP No. 40 Tahun 2009.
5. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 2,5%
Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 2,5% ini untuk transaksi derivatif berjangka panjang
yang telah diperdagangkan di bursa sebagaimana telah diatur PP No. 17 Tahun
2009.
6. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 5%
Tarif sebesar ini dikenakan pada pengalihan hak atas tanah atau bangunan
(dalam hal ini termasuk usaha real estate), seperti yang tercantum dalam PP
No. 71 Tahun 2008


7. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 10%
Besar tarif PPh Pasal 4 ayat 2 ini dikenakan pada bunga simpanan yang
dibayarkan koperasi kepada para anggotanya masing-masing sebagaimana
telah diatur pada Pasal 17 Ayat 7 serta turunannya PP No. 15 Tahun 2009.
Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 10% ini juga diperuntukkan pada dividen
yang diterima WP OP di dalam negeri seperti diatur dalam Pasal 17 Ayat 2C.
Tarif pajak 10% ini juga untuk sewa atas tanah atau bangunan. Hal ini diatur
dalam PP No. 29 Tahun 1996 dan juga turunannya PP No. 5 Tahun 2002.
8. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 20%
Tarif ini untuk bunga deposito serta jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan diskon jasa giro sesuai PP No. 131 Tahun 2000 serta
turunannya Keputusan Menteri Keuangan No. 51/KMK.04/2001.
9. Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 25%
Tarif ini diberlakukan pada hadiah, lotre atau undian seperti diatur dalam PP
No. 132 Tahun 2000.
JADWAL PENYETORAN DAN PELAPORAN
PENGHASILAN BATAS WAKTU PENYETORAN BATAS WAKTU PELAPORAN

Omzet penjualan Tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa Jika sudah validasi NTPN, WP
(peredaran bruto) pajak berakhir tidak perlu lapor lagi. Cukup


usaha menyertakan lampiran laporan PPh
Final 0,5% pada pelaporan SPT
Tahunan Badan / Pribadi (SPT
1770)
Bunga, Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa 20 hari setelah masa pajak berakhir
deposito/tabungan, pajak berakhir
diskonto SBI,
bunga/diskonto
Transaksi penjualan Tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan Tanggal 25 bulan berikutnya
saham terjadinya transaksi penjualan saham setelah bulan terjadinya transaksi
penjualan saham

Hadiah undian Tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan saat 20 hari setelah masa pajak berakhir
terutangnya pajak

Persewaan tanah Tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) atau tanggal 20 hari setelah masa pajak
dan/atau bangunan 15 (bagi WP pengusaha persewaan) dari bulan berakhir
berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Jasa konstruksi Tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) dan tanggal 20 hari setelah masa pajak
15 (bagi WP jasa konstruksi) bulan berikutnya berakhir
setelah masa pajak berakhir
PENGHITUNGAN


SOAL 1
Pajak atas Hadiah Undian dan Penghargaan

PT Oke Indonesia menyelenggarakan penarikan hadiah undian atas


kupon-kupon yang telah dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan
hadiah senilai Rp100.000.000. Dalam penarikan undian tersebut nama
Budiman muncul sebagai pemenang hadiah undian. Bagaimana
penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 atas hadiah
undian yang harus dipotong oleh PT Oke Indonesia?
Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT Oke Indonesia adalah 25% x
Rp100.000.000 = Rp25.000.000.

PENGHITUNGAN

 
SOAL 2
pajak atas sewa tanah/bangunan

CV Polan (badan memiliki NPWP) membayar kepada Tuan A sebesar


Rp 20.000.000,- atas sewa toko. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang

 
harus dipotong CV Polan : 
JAWAB:
Sewa Toko Rp  20.000.000
Tarif PPh Pasal 4 (2) 10%

Besar PPh yang harus dipotong (10% x Rp 20.000.000) Rp  2.000.000


PENGHITUNGAN


 
SOAL 3
pajak atas jasa konstruksi

CV Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas jasa


kosntruksi yang diserahkannya ke Dinas Pendidikan kota A sebesar

 
Rp 400.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong
Dinas Pendidikan Kota A atas penghasilan yang diterima CV Polan : 
JAWAB:

Jasa Konstruksi Rp  400.000.000


Tarif PPh Pasal 4 (2) 2%

Besar PPh yang harus dipotong (2% x Rp 400.000.000) Rp  8.000.000

Anda mungkin juga menyukai