Anda di halaman 1dari 16

PERPAJAKAN

PEMERINTAHAN
DESA
Jakarta, 23 April 2018
Latar Belakang
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
“Desa memperoleh dana yang bersumber dari APBN, yang
dapat digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat”

Pasal 31 Permendagri Nomor 113 Tahun 2014


“Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan
(PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh
penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke
rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
Definisi Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada


negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
UU KUP Pasal 1 Ayat (1)
Peran Pajak
Anggaran Pendapatan Negara Tahun
2018 (1.894,7 T)
Penerimaan Perpajakan PNBP
Hibah
0%

15%

kemenkeu.go.id/apbn2018 85%
PAJAK DAN DANA DESA

DANA DESA

PAJAK

APBN DESA
Keberlangsungan anggaran
terjamin apabila kepatuhan
dan penerimaan pajak tinggi
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARA DESA

Mendaftarkan diri
Menghitung dan/atau memotong/memungut pajak

Menyetorkan pajak yang telah dipotong/dipungut ke kas negara

Melaporkan Penghitungan dan pemotongan/pemungutan


pajak ke Kantor Pelayanan Pajak
Jenis-Jenis Pemotogan/Pemungutan
Pajak oleh Bendahara
PPh Pasal gaji, upah, honorarium, dan pembayaran
21/26 lain yang diterima oleh Orang Pribadi

PPh Pasal 22 pembelian barang

penghasilan atas jasa selain yang telah


PPh Pasal dipotong PPh Pasal 21 dan sewa harta
23/26 selain tanah dan/atau bangunan

PPh Pasal penghasilan atas pengalihan hak atas tanah


dan/atau bangunan, penghasilan atas sewa
4 ayat (2) tanah dan/atau bangunan dan jasa konstruksi
pembelian Barang Kena Pajak /
PPN pemanfaatan Jasa Kena Pajak
PPh Pasal 21
Jenis Pembayaran Tarif
Honorarium Panitia/Peserta Kegiatan Tarif Pasal 17 UU PPh X Honorarium
Honorarium Tenaga Ahli seperti
Tarif Pasal 17 UU PPh X 50% X Honorarium
Narasumber Pelatihan, Konsultan, dsb
Upah tenaga kerja lepas yang menerima Tidak Dipotong PPh Pasal 21 dalam hal:
upah harian, upah mingguan, upah 1. Upah tidak melebihi Rp 450.000 per hari
satuan, atau upah borongan 2. Jumlah upah dalam 1 bulan tidak melebihi
Rp 4.500.000,00

Tarif Pasal 17 UU PPh


LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF

Sampai dengan Rp50.000.000 5%


Tarif lebih tinggi 20% bagi
Di atas Rp50.000.000 sampai dengan
Rp250.000.000 15% penerima penghasilan yang
tidak memiliki NPWP
Di atas Rp250.000.000 sampai dengan
Rp500.000.000 25%
Di atas Rp500.000.000 30%
PPh Pasal 21

Pembayaran honorarium panitia/peserta


kegiatan, narasumber, dsb, bagi orang
pribadi yang berstatus sebagai PNS, Anggota
TNI/POLRI, dan pensiunannya, dipotong PPh
pasal 21 bersifat final.

Penghitungan PPh Pasal 21


Penerima Penghasilan Tarif
PNS Golongan I dan II, Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat
Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya 0%
PNS Golongan III, Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Perwira
Pertama, dan Pensiunannya 5%
Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI/POLRI Golongan
Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya 15%
PPh Pasal 22

Semua belanja barang dengan nilai di atas


Rp2.000.000,- tidak termasuk PPN dan bukan
merupakan pembayaran yang dipecah
Tarif: 1,5% (NPWP) dan 3% (Non NPWP)
Dasar penghitungan PPh Pasal 22 adalah harga
pembelian tidak termasuk PPN
Pembelian Barang yang tidak terutang PPh Pasal 22:
BBM, BBG, pelumas, benda pos, pemakaian air dan
listrik
PPh Pasal 22 menjadi beban Penjual Barang, sehingga
atas pembayaran uang kepada penjual, Bendahara
wajib memotong PPh Pasal 22
PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 dipotong atas penghasilan terkait:


1. Sewa atau penggunaan harta selain
tanah/bangunan
2. Jasa yang diserahkan oleh Wajib Pajak Badan
Dasar penghitungan PPh Pasal 23 adalah jumlah
pembayaran tidak termasuk PPN
Tarif: 2% (NPWP) dan 4% (Non NPWP)
PPh Pasal 23 menjadi beban penerima
penghasilan/penyedia jasa, sehingga atas
pembayaran penghasilan kepada penerima
penghasilan/penyedia jasa, Bendahara wajib
memotong PPh Pasal 23
PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh Pasal 4 ayat (2) dipotong atas penghasilan terkait:


1. Sewa tanah dan/atau bangunan (tarif 10%)
2. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
(tarif 0% - kepentingan umum)
3. Jasa konstruksi (tarif 2-6%)
Dasar penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 tidak
termasuk PPN dan bersifat Final
PPh Pasal 4 ayat (2) menjadi beban penerima
penghasilan/penyedia jasa, sehingga atas
pembayaran penghasilan kepada penerima
penghasilan/penyedia jasa, Bendahara wajib
memotong PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 4 ayat (2)
Jasa konstruksi (tarif 2-6%)

Pelaksanaan Konstruksi:
2%: kualifikasi usaha kecil;
4%: tidak punya kualifikasi;
3%: kualifikasi selain kecil (menengah & besar)

Perencanaan/Pengawasan Konstruksi:
4%: punya kualifikasi usaha;
6%: tidak punya kualifikasi usaha.
PPN

PPN terutang atas semua belanja Barang


Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dengan
nilai di atas Rp1.000.000,- termasuk PPN
dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah
Tarif 10%
PPN menjadi beban APBN, bukan beban
Penjual BKP/penyedia JKP, sehingga dalam
RAB yang dibuat sudah harus termasuk
PPN
Batas Waktu Setor dan Lapor Pajak
Jenis Pajak Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan
PPh Pasal 21 Paling lama tanggal 10 (sepuluh) Paling lama 20 hari setelah Masa
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Pajak berakhir
PPh Pasal 22 yang dipungut Paling lama 7 hari setelah Paling lama 20 hari setelah Masa
Bendahara tanggal pelaksanaan Pajak berakhir
pembayaran
PPh Pasal 4 ayat (2) Paling lama tanggal 10 (sepuluh) Paling lama 20 hari setelah Masa
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Pajak berakhir
PPh Pasal 23 Paling lama tanggal 10 bulan Paling lama 20 hari setelah Masa
berikutnya setelah Masa Pajak Pajak berakhir
berakhir
PPN Paling lama 7 hari setelah Paling lama akhir bulan
tanggal pelaksanaan berikutnya setelah masa pajak
pembayaran berakhir

Anda mungkin juga menyukai