Anda di halaman 1dari 7

Lampiran Rincian Pelaksanaan Kegiatan

Rincian Pelaksanaan Kegiatan – Inventarisasi dan Penilaian Aset serta Pajak


Desa

Identitas Mahasiswa
Nama : Diva Arumningtias
NPM : 2301181017
Jurusan : D-III Pajak Alih Program
Lokasi KKM : Gunungkidul
Nomor Kelompok : 02 (dua)
Jenis Objek : Desa Bleberan
Jenis Kegiatan : Utama

Permasalahan dan/atau Best Practices:


Penerimaan negara yang bersumber dari pajak adalah penyumbang APBN
tertinggi . Sistem pemungutan pajak di Indonesia tidak hanya self assessment system,
tetapi juga dikombinasikan dengan withholding system melalui wajib pajak pemotong
dan/atau pemungut, termasuk wajib pajak Bendahara.

Ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36


tahun 2008 (UU PPh) bahwa pemotong dan/atau pemungut pajak termasuk dalam
kategori wajib pajak sehingga mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Istilah Bendaharawan
Pemerintah dimaknai sebagai Pejabat Bendahara yang melakukan pembayaran yang
dananya berasal dari APBN, APBD, dan APBDes. Artinya, setiap instansi yang
melakukan pengelolaan dana yang bersumber dari APBDes, APBD ataupun APBN,
harus melaksanakan kewajiban seperti halnya Bendaharawan Pemerintah, tidak
terkecuali adalah Bendahara yang berada di desa atau yang biasa disebut dengan
Bendahara Desa.

Berdasarkan hasil survey Objek KKM yang kami lakukan di Desa Bleberan ,
kami mendapatkan informasi bahwa kewajiban melakukan pemotongan/pemungutan
khususnya terkait PPN masih tidak dibedakan antara Barang Kena Pajak atau Non
Brang Kena Pajak , kewajiban pelaporan perpajakan desa masih dilakukan secara
rapel setiap beberapa bulan/masa bahkan setahun sekali. Kemudian kewajiban
pelaporan perpajakan dirasa sulit dan menambah beban pekerjaan keuangan desa,
karena setelah kewajiban memungut dan menyetor pajak, masih ada kewajiban
pelaporan setiap masa. Hal ini dikarenakan tugas bendahara yang cukup banyak
sehingga terkait kewajiban perpajakan menjadi kurang diperhatikan. Dengan demikian
kami menyimpulkan bahwa tingkat pemahaman wajib pajak bendaharawan
pemungut/pemotong masih rendah sehingga mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib
pajak bendaharawan tersebut.

Detail Kegiatan:
Berdasarkan informasi yang kami dapat terkait dengan kewajiban perpajakan
Bendaharawan Desa Bleberan yang mengalami beberapa kesulitan dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya maka kami melakukan kegiatan berupa sosialisasi dan sharing
knowledge yang dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Juli 2019 yang bertempat di ….
bersama Kepala Desa Bleberan, Sekretaris Desa, dan Bendahara Desa. Kegiatan ini
bertujuan untuk

1. memberikan sedikit pemaparan mengenai kewajiban perpajakan Bendahara Desa


selaku Pejabat Bendahara yang melakukan pembayaran yang dananya berasal
APBDes.
2. Mendiskusikan permasalahan yang ditemui Desa saat terjadi transaksi yang harus
dilakukan pemotongan/pemungutan pajak.
3. Memberikan saran yang dapat dilakukan terkait masalah yang dihadapi tersebut.

Pemaparan materi berisi tentang :

a. Kewajiban Bendaharawan atas PPh

Bendaharawan berkewajiban untuk memotong:

1. PPh pasal 21 : Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang


pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan

Tarif Pasal 17 UU PPh x Dasar Pengenaan PPh (untuk PPh tidak bersifat final)

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF


Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Di atas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 15%
Di atas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 25%
Di atas Rp500.000.000 30%

Tarif Final x Jumlah Bruto (untuk PPh bersifat final)

Tarif final penghasilan atas honorarium yang bersumber dari APBN/APBD

PENERIMA PENGHASILAN TARIF FINAL


PNS Golongan I dan II,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan 0%
Bintara, dan Pensiunannya
PNS Golongan III,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, 5%
dan Pensiunannya
Pejabat Negara, PNS Golongan IV,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Perwira 15%
Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya

2. PPh pasal 22 : Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan


pembelian barang dengan tarif 1,5 % dari harga beli tidak termasuk PPN.

Kecuali :

1) pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (satu juta


rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
2) pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM dan benda-benda pos;
3) pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);

3. PPh pasal 23 : Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah,


bunga, dividen, sewa, royalti, dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Pasal 21.
Contohnya : penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa
imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konsultan, dan jasa lain (seperti: jasa perbaikan, jasa kebersihan, jasa
katering, dan sebagainya)
Tarif PPh pasal 23 atas jasa adalah sebesar 2 % dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN.
4. PPh pasal 4 ayat 2 : Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan
sehubungan jasa tertentu dan sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa
tanah/bangunan, pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian, dan
lainnya).
Contohnya : sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan
termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industri
Dengan tarif 10% dari bruto tidak termasuk PPN.

b. Kewajiban Bendaharawan atas PPN dan/atau PPnB

Atas pengadaan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak, bendaharawan
wajib memungut PPN & PPnBM. Untuk tarif PPN sebesar 10% dari Dasar
Pengenaan Pajak. Kecuali :

1) Pembayaran yang tidak melebihi Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan


PPnBM
2) Untuk Pembebasan Tanah
3) Pembayaran atas BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan
mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Dibebaskan
4) BBM dan Non-BBM oleh PERTAMINA
5) Rekening Telepon
6) Jasa Angkutan Udara yang diserahkan perusahaan penerbangan
7) Untuk penyerahan BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan
tidak dikenakan PPN

Setelah dilakukan pemaparan terkait kewajiban perpajakan Bendahara, dilakukan


diskusi terkait masalah yang dihadapi Desa terkait transaksi yang berhubungan
dengan perpajakan.

Permasalahan Baru/Temuan Baru/ Potensi Pengembangan:


Berdasarkan diskusi yang dilakukan beberapa permasalahan yang dialami pihak
Desa Bleberan terkait dengan kewajiban perpajakan bendahara adalah :
1. Terkait Pajak Pertambahan Nilai
Dari diskusi yang telah dilaksanakan, diketahui terdapat masalah terkait Pajak
Pertambahan Nilai dimana Desa ketika melakukan pembelian barang kepada
rekanan tertentu seringkali dibebani kewajiban untuk membayar PPN lagi ,
padahal seharusnya harga yang dibayarkan itu sudah termasuk PPN karena pihak
rekanan menjual dengan harga yang sama kepada semua konsumen. Pihak Desa
membutuhkan bukti pembayaran pajak setiap kali melakukan pembelian barang
sebagaimana kebijakan yang ditetapkan oleh Inspektorat. Pihak Desa terpaksa
harus membayar lagi PPN tersebut, karena pihak rekanan tidak mau memberikan
bukti pembayaran pajak jika PPN tidak dibayarkan. Dengan demikian Pihak Desa
akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak dikarenakan pembayaran PPN
sebanyak dua kali pembayaran.
2. Terkait Kewajiban Pelaporan Pajak
Kewajiban pelaporan perpajakan dirasa sulit dan menambah beban pekerjaan
keuangan desa, karena setelah kewajiban memungut dan menyetor pajak, masih
ada kewajiban pelaporan setiap masa. Sementara untuk pajak daerah yang sudah
disetor sudah secara otomatis selesai juga kewajiban pelaporannya. Berdasarkan
diskusi, Bendahara Desa telah melakukan pelaporan pajak potput untuk tahun
2018 setelah mendapatkan sosialisasi dari Account Representative dari KPP
Pratama Wonosari. Namun, untuk tahun 2019 Bendahara belum sempat
melaporkan kewajiban perpajakan. Pihak Desa sendiri mengharapkan kewajiban
pelaporan Pajak Pusat dapat secara otomatis terlaksana dengan adanya
pembayaran pajak, seperti halnya Pajak Daerah. Hal ini menurut Desa Bleberan
akan lebih meringankan kerja Bendahara.
3. Terkait Pemotongan PPh atas jasa Catering
Pemotongan PPh atas jasa Catering berdasarkan aturan perpajakan dapat
dipotong PPh pasal 21 jika pihak yang memberikan jasa adalah orang pribadi
sedangkan jika pihak yang memberikan jasa adalah badan maka akan dipotong
PPh pasal 23. Berdasarkan hasil diskusi dengan Bendahara , selama ini Desa
Bleberan akan memotong PPh pasal 23 atas jasa Catering tanpa melihat pihak
yang memberikan jasa apakah orang pribadi atau Badan. Hal ini dikarenakan
berdasarkan arahan dari Inspektorat bahwa untuk jasa Catering dipotong PPh
pasal 23.

Usulan:
1. Terkait Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan hasil diskusi terkait Pajak Pertambahan Nilai atas transaksi
pembelian barang tersebut, kami memberikan penjelasan bahwa sebenarnya
Pihak Desa melalui Bendahara Desa dapat melakukan pemungutan PPN,
sehingga pembayaran PPN langsung dilakukan oleh Bendahara ke Kas Negara ,
sehingga Desa tidak perlu membayar PPN kepada rekanan. Untuk bukti
pemungutan PPN oleh Bendahara maka Desa akan menerima faktur pajak
dengan kode transaksi 02. Sehingga Desa membayar ke rekanan sejumlah Dasar
Pengenaan Pajak saja tidak termasuk PPN. Karena PPN nya disetor langsung
oleh Bendahara ke Kas Negara.
2. Terkait Kewajiban Pelaporan Pajak
Kami memberikan penjelasan terkait kewaijban pelaporan pajak pusat yang
sampai saat ini seharusnya tetap wajib dilakukan oleh Bedahara pemerintah.
Pelaporan pajak pusat sejauh ini tetap diperlukan pelaporan setelah dilakukannya
pembayaran pajak. Pelaporan pajak pusat berbeda dengan pelaporan pajak
daerah yang mana pajak daerah yang sudah disetor sudah secara otomatis
selesai juga kewajiban pelaporannya.
Jangka waktu pelaporan SPT Masa PPh pasal 21, 22, 23, dan 4 ayat 2 paling
lambat tanggal 20 setelah berakhirnya masa pajak.
Jangka waktu pelaporan SPT Masa PPN PUT adalah paling lambat akhir bulan
masa pajak berikutnya.
3. Terkait Pemotongan PPh atas jasa Catering
Karena kebijakan dari Inspektorat mengatur terkait atas jasa Catering dipotong
PPh Pasal 23 tanpa melihat pihak yang memberikan jasa tersebut maka kami
menyarankan untuk tetap memotong pajak penghasilan sesuai dengan arahan
dari Inspektorat .
Berdasarkan informasi yang kami dapat pihak KPP Pratama Wonosari juga sudah
mengadakan beberapa kali pertemuan dengan pihak Inspektorat, dengan begitu
diharapkan akan diciptakan suatu kebijakan yang selaras antara DJP dengan
Inspektorat sehingga tidak menyulitkan Bendahara selaku pelaksana dalam
pemotongan/ pemungutan pajak. Kemudian untuk Kantor Pelayanan Pajak
disarankan untuk melakukan penyuluhan maupun pemberitahuan secara rutin
kepada bendahara pemerintah sehingga informasi yang dimiliki oleh bendahara
akan ter-update.

Peserta:
1. Selaku Kepala Desa Bleberan
2. Selaku Sekretaris Desa Bleberan
3. Selaku Bendahara Desa Bleberan
4. Anggota kelompok

Mengetahui,
Penanggungjawab Kegiatan
Ketua Kelompok

(Risang Adhi Pradana) (Diva Arumningtias)

Mengetahui
Kepala Desa Bleberan

()

Anda mungkin juga menyukai