Anda di halaman 1dari 50

Kementerian Keuangan RI

Direktorat Jenderal Pajak

PJ.091/PPh/S/001/2015-00

OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 21/26


PEMOTONG PPh DAN PENERIMA PENGHASILAN YANG
DIPOTONG PPh
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh PASAL 21/26
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21/26
CONTOH PENGHITUNGAN
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21/26
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN

SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN


PEMBAYARAN/PEYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK

OBJEK PEMOTONGAN
PPh PASAL 21/26

Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan


Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun

1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi

Outline

SPDN

SPLN

PPh Pasal 21

PPh Pasal 26

PEMOTONG PPh DAN


PENERIMA PENGHASILAN
YANG DIPOTONG PPh

Pemotong PPh Pasal 21/26


pemberi kerja yang terdiri dari:
a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang
terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan atau unit tersebut.
bendahara atau pemegang kas pemerintah
dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan lain
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang melakukan
pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa
Penyelenggara kegiatan

Pemberi kerja bukan pemotong


PPh Pasal 21/26

Kantor perwakilan negara asing


Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan
Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sematamata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas

Penerima penghasilan yang dikenakan


PPh Pasal 21/26
pegawai;
penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya;
bukan pegawai;
anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai;

Outline

mantan pegawai;
peserta kegiatan:
Peserta perlombaan
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,
kunjungan kerja
Peserta/anggota kepanitiaan
Peserta pendidikan, pelatihan
Peserta kegiatan lainnya
8

PENGHASILAN YANG
DIKENAKAN
PPh PASAL 21/26

Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21/26


penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
penghasilan penerima pensiun secara teratur
uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun;
penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
imbalan kepada bukan pegawai;
imbalan kepada peserta kegiatan;
imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
imbalan kepada mantan pegawai;
penarikan dana pensiun oleh pegawai.
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

Wajib Pajak PPh Final


Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
10

Nilai Uang Sebagai Dasar


Penentuan besarnya penghasilan

Uang rupiah

Uang asing

sesuai dengan yang


diterima/diperoleh

Kurs Menteri
Keuangan

Natura/kenikmatan
an

Harga Pasar

Penghasilan yang tidak dikenakan


PPh Pasal 21/26
Pembayaran manfaat atau santunan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi
kerja
Zakat/sumbangan
wajib
keagamaan
dari
badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf l UU PPh

Outline

PENGHITUNGAN
PPh PASAL 21/26

Penghitungan PPh Pasal 21:


Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak,


kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto


yang akan diterima selama
setahun,
Penghasilan teratur
sebulan dikali 12

Masa Pajak terakhir

Selisih antara PPh yang


terutang atas seluruh
penghasilan kena pajak
selama setahun dengan PPh
yang telah dipotong masamasa sebelumnya

Pasal 14 ayat (2) dan ayat (5) PER-31/PJ/2012

Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan
Indonesia selamanya;
2. Orang asing mulai
bekerja di Indonesia
pada tahun berjalan
untuk jangka waktu lebih
dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang

Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN mulai bekerja
pada tahun berjalan;
2. WP OP DN pindah kerja
ke pemberi kerja yang
lain

15

Penghitungan PPh Pasal 21


Pegawai tetap

Penerima pensiun

Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi


Dibayar Pemberi Kerja

Uang Pensiun Berkala

Dikurangi dengan

Dikurangi dengan

1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.


Bruto maks. Rp6.000.000 per
tahun atau Rp500.000 per bulan

2. Iuran pensiun, THT/JHT yang


dibayar sendiri

Biaya Pensiun, 5% dari pengh.


Bruto maks. Rp2.400.000 per
tahun atau Rp200.000 perbulan

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)


Dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17
16

PTKP:
(PMK 162/PMK.011/2012)
Rp24.300.000,00

Untuk diri Wajib Pajak

Rp2.025.000,00

Tambahan utk WP Kawin

Rp2.025.000,00

Tambahan
untuk
setiap
anggota keluarga sedarah
semenda
dalam
garis
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender

17

PTKP Karyawati

Kawin

Hanya untuk
diri sendiri

Kawin
Suami tidak
berpenghasilan

1. Diri sendiri;
2. Status kawin;
3. Tanggungan
maks 3.

Tidak
Kawin

1. Diri sendiri;
2. Tanggungan
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan

Tarif

Sampai dengan Rp 50 juta

5%

Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta

Sesuai
Pasal 17 ayat
(1) huruf a
UU PPh

15%

Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta

25%

Di atas Rp 500 juta

30%

PPh Pasal 21:


Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan,
Satuan, Borongan

Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 7.000.000

Upah/Uang Saku Harian


Dikali 12
200.000

> 200.000

Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong

Dikurangi 200.000

Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5%

Dikenakan Tarif Ps 17

Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt sebulan


Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 = 5%

PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan

PPh Pasal 21:


Bukan Pegawai

Berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)

Berkesinambungan
Ex Pasal 13 ayat (1)

Dikurangi

(50 % x Ph Bruto)

PTKP sebulan,
Dihitung secara
kumulatif

Dihitung secara
kumulatif

Tidak
berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik

PPh Pasal 21:


Lainnya
Dewan Komisaris/
Pengawas non
Pegawai tetap

Mantan Pegawai

honorarium atau
imbalan yang
bersifat tidak teratur

jasa produksi,
tantiem, gratifikasi,
bonus atau imbalan
lain yang bersifat
tidak teratur

Peserta program
Pensiun yang masih
Berstatus pegawai

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto

penarikan dana
pensiun

PPh Pasal 21:


Peserta Kegiatan
Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh


dan tidak dipecah

TETAP

Ph NETO - PTKP

PEGAWAI

BULANAN
TIDAK TETAP
HARIAN

Ph BRUTO - PTKP

Ph BRUTO 200 RIBU


Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt)
PTKP Harian
Ph BRUTO(>7jt) PTKP

PENSIUNAN

BERKALA

BERKESINAMBUNGAN

BUKAN PEGAWAI

BERKESINAMBUNGAN ex Psl 13 (1)


TIDAK BERKESINAMBUNGAN

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
PESERTA KEGIATAN

Ph NETO - PTKP
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)
Kumulatif
(50% X Ph Bruto) Kumulatif
50 % x Ph Bruto
Ph Bruto Kumulatif
Ph Bruto

Penerima penghasilan tidak ber-NPWP


PPh Pasal 21 sebesar 120%
lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)
Setelah pemotongan
PPh Pasal 21 bulan
Desember

merupakan kredit
pajak dalam SPT
Tahunan PPh

Ber-NPWP

sebelum pemotongan
PPh Pasal 21 bulan
Desember

Diperhitungkan oleh
pemotong dengan
PPh Pasal 21 bulanbulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final

Ketentuan Khusus

1. Uang Pesangon
2. Uang Manfaat Pensiun
3. THT/JHT
yang dibayarkan sekaligus

PP No. 68 Tahun 2010

PPh Pasal 26
Tarif Pasal 26:
20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
27

Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Outline

Penerima penghasilan

Pemotong

Saat dilakukannya
pembayaran
atau
saat terutangnya
penghasilan

akhir bulan dilakukannya pembayaran


atau
akhir bulan
terutangnya
penghasilan

28

CONTOH PENGHITUNGAN

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Budiyanta pada tahun 2014 bekerja di PT Aman Bahagia


dengan gaji sebulan Rp 8.000.000,00 dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Budiyanta menikah tetapi
belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2014 menerima
kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000,00 sebulan dan berlaku
surut sejak 1 Januari 2014. Dengan adanya kenaikan gaji yang
berlaku surut tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlah
Rp 12.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d.
Mei 2014). Pada bulan Oktober 2014 menerima bonus
tahunan sebesar Rp 20.000.000,00.

A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan


Gaji sebulan
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000)
Rp
400.000
Iuran Pensiun
Rp
200.000
Penghasilan Neto sebulan
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 )
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri
Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin
Rp
2.025.000
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000,00
= Rp
2.500.000
15% x Rp 12.475.000,00
= Rp
1.871.000
Rp
4.371.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 4.371.000,00 : 12
= Rp
364.250

Rp

8.000.000

Rp
Rp
Rp

600.000
7.400.000
88.800.000

Rp
Rp

26.325.000
62.475.000

31

B.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel


Gaji sebulan
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000)
= Rp
Iuran Pensiun
= Rp
Penghasilan Neto sebulan
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 )
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri
Rp
- tambahan WP kawin
Rp
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00
= Rp
15% x Rp 35.275.000,00
= Rp
Rp
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 7.791.000,00 : 12
Rp
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2013 seharusnya adalah :
6 x Rp 649.250,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2013
6 x Rp 364.250,00 (dari perhitungan contoh A)
PPh Pasal 21 untuk uang rapel

500.000
200.000

24.300.000
2.025.000

Rp

10.000.000

Rp
Rp
Rp

700.000
9.300.000
111.600.000

Rp
Rp

26.325.000
85.275.000

Rp

3.895.500

Rp
Rp

2.185.500
1.710.000

2.500.000
5.291.000
7.791.000
649.250

32

C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus


Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00)
Bonus
Penghasilan bruto setahun
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00
Rp 6.000.000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00)
Rp 2.400.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri
Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin
Rp
2.025.000
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00
= Rp
2.500.000
15% x Rp 55.275.000,00
= Rp
8.291.250
10.791.250
*PPh Pasal 21 setahun dibulatkan
Rp 10.791.000
PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B)
Rp 7.791.000
PPh Pasal 21 atas Bonus
Rp 3.000.000
Outline

Rp
Rp
Rp

120.000.000
20.000.000
140.000.000

Rp
Rp

8.400.000
131.600.000

Rp
Rp

26.325.000
105.275.000

33

KEWAJIBAN PEMOTONG
PPh PASAL 21/26

Kewajiban Pemotong

Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan
kalender.
PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau
Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir*).
Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir*).
Wajib membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps.
21/26 untuk setiap Masa Pajak
Wajib menyimpan Catatan atau Kertas Kerja sesuai ketentuan
Wajib membuat Bukti Potong dan memberikannya kepada
penerima penghasilan
*) Dalam hal jatuh tempo pada hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran dan pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya

Pasal 22 PER-31/PJ/2012

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


dibuat sekali setahun (Form 1721 A1)
diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti
Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
Dibuat setiap kali ada pemotongan
Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka
bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21

Pasal 23 PER-31/PJ/2012

Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 21
(Formulir 1721 A1)

37

Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 21 Lainnya
(Tidak Final)

Contoh
Bukti Potong PPh
Pasal 21 Lainnya
(Final)

Outline

39

KEWAJIBAN PENERIMA
PENGHASILAN

Kewajiban Penerima Penghasilan


Wajib mendaftarkan diri ke KPP
Wajib menghitung, menyetor, dan melaporkan Pajak
Penghasilan yang terutang selama satu tahun pajak
Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlah
tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada
saat menjadi Subjek Pajak dalam negeri
Wajib menyerahkan surat pernyataan tanggungan keluarga
kpd Pemotong Pajak pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun
Wajib membuat surat pernyataan baru dalam hal terjadi
perubahan tanggungan keluarga paling lambat sebelum mulai
tahun kalender berikutnya
Pasal 22 PER-31/PJ/2012
41

Kewajiban Penerima Penghasilan


Penyetoran PPh Kurang Bayar dilakukan paling lama sebelum
SPT Tahunan disampaikan
dapat dilakukan dengan sistem pembayaran pajak secara
elektronik (Billing System)
Billing System: metode pembayaran elektronik (melalui Teller
Bank/Pos, ATM, atau internet banking) dengan menggunakan
Kode Billing

Pelaporan SPT Tahunan PPh WP OP dilakukan paling lama 3


bulan setelah akhir tahun pajak
dapat dilakukan secara e-Filing melalui internet pada website
DJP, www.pajak.go.id, (khusus Formulir 1770 S dan 1770 SS)
bagi yang belum pernah melaporkan secara e-Filing, agar
terlebih dahulu mengajukan permohonan e-FIN dan membuat
akun e-Filing
42

TATA CARA e-FILING


www.pajak.go.id
Mengajukan Permohonan
a. e-FIN
Diberikan langsung
e-FIN

1 hari
kerja

e-FIN

Registrasi & Aktivasi

Kode Verifikasi

Outline

Bukti Penerimaan
Elektronik (BPE):
Nama, NPWP, tanggal, jam
dan
Nomor Tanda Terima
Elektronik
43

SANKSI ADMINISTRASI
ATAS KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN/PEYETORAN
DAN PELAPORAN PAJAK

SANKSI ADMINISTRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK


YANG TERUTANG UNTUK SUATU SAAT ATAU MASA PAJAK
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP

PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK


SETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK

DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI

BERUPA BUNGA 2% PER BULAN DIHITUNG DARI JATUH


TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGL
PEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN
DIHITUNG PENUH SATU BULAN)
45

SANKSI ADMINISTRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK


YANG TERUTANG BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 9 ayat (2b) UU KUP

PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK


SETELAH TGL JATUH TEMPO PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh

DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI

BERUPA BUNGA 2% PER BULAN DIHITUNG DARI BERAKHIRNYA BATAS WAKTU


PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SAMPAI DENGAN TGL PEMBAYARAN
(DAN BAGIAN DARI BULAN
DIHITUNG PENUH SATU BULAN)
46

SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN


atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
Pasal 7 (1) UU KUP

WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN

SPT
MASA
SELAIN
PPN

SPT
TAHUNAN
OP

DENDA
Rp 100.000
Outline

SPT
MASA
PPN

DENDA
Rp 500.000

SPT
TAHUNAN
BADAN

DENDA
Rp 1.000.000

saluran telepon
(021) 52970777

surat tertulis
Kepada
Dirjen Pajak
Direktur KITSDA
Direktur P2Humas
Direktur Intelijen dan
Penyidikan
Pimpinan Unit Vertikal

SIKKA

masing-masing
pegawai

surat elektronik
kode.etik@pajak.go.id
pengaduan@pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai