Tarif untuk Pegawai Tetap, Pegawai Tidak Tetap dan Bukan Pegawai
Atas dasar peraturan dari Menteri Keuangan tersebut berikut kami simulasikan
besaran nilai PTKP yang berlaku pada Tahun 2018, bagi WP Kawin, Kawin, dan WP
Kawin dimana penghasilan suami / istri digabung dengan Tanggungan maksimal 3
anak :
Apabila penghasilan dibawah PTKP, maka sesuai dengan pasal 2 dan 3 dari
Peraturan Menteri Keuangan : Nomor 183/PMK.03/2007, maka Anda tidak
diwajibkan untuk lapor SPT Tahunan.
Dengan adanya perhitungan simulasi PTKP 2018 diatas, Anda hanya cukup memilih
salah satu nilai penghasilan tidak kena pajak yang disesuaikan dengan status Anda
saat ini pada saat pelaporan pajak
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua (THT), atau Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayarkan sekaligus, dikenai
pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat final. PPh Pasal 21 yang bersifat final terutang pada saat
dilakukan pembayaran Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT, atau THT yang dibayarkan
sekaligus. Berikut ini pembahasan mengenai aspek pemotongan PPh Pasal 21 atas Uang Pesangon,
Uang Manfaat Pensiun, THT dan/atau JHT.
Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT/THT, dianggap dibayarkan
sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) tahun kalender.
Berikut Tarif PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Pesangon yang berlaku mulai 16
November 2009:
Tarif PPh Pasal 21 diatas diterapkan atas jumlah kumulatif Uang Pesangon yang dibayarkan dalam
jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.
PT. Ortax Indonesia melakukan pembayaran Uang Pesangon kepada Reno Purnomo (Ber-NPWP)
secara bertahap dengan jadwal pembayaran sebagai berikut :
a. 01 Januari 2014Rp 240.000.000
b. 07 Juni 2015Rp 120.000.000
c. 25 Juli 2015Rp 120.000.000
d. 01 Januari 2016 Rp 120.000.000
Dengan demikian, Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebagai berikut:
Apabila pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara sekaligus kepada Pengelola Dana
Pesangon Tenaga Kerja
Apabila pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara bertahap atau berkala kepada Pengelola
Dana Pesangon Tenaga Kerja,
Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Uang Manfaat Pensiun, THT dan/atau JHT
Penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan secara sekaligus meliputi:
a. Pembayaran sebanyak-banyaknya 20% dari manfaat pensiun yang dibayarkan secara sekaligus
pada saat Pegawai sebagai peserta pensiun atau meninggal dunia
b. Pembayaran manfaat pensiun bulanan yang lebih kecil dari suatu jumlah tertentu yang ditetapkan
dari waktu ke waktu oleh Menteri Keuangan yang dibayarkan secara sekaligus
c. pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa dengan cara Dana Pensiun
membeli anuitas seumur hidup.
Untuk tarif PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun, THT, atau THT yang
berlaku mulai 16 November 2009, ditentukan sebagai berikut :
Lapisan Lapisan Penghasilan Tarif PPh 21
Bruto Atas Pesangon
Lapisan 1 Rp 0 s.d Rp 50.000.000 0%
Lapisan 2 >Rp 500.000.000 5%
Tarif PPh Pasal 21 diberlakukan atas jumlah kumulatif Uang Manfaat Pensiun, THT, atau THT yang
dibayarkan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.
Anles Tambunan (Ber-NPWP) berhak atas manfaat pensiun sebesar Rp 300.000.000dari Dana
Pensiun PT. Ortax Indonesia. Anles meminta pembayaran sekaligus atas manfaat pensiun sebesar
20% dari manfaat pensiun dan sisanya (80% dari manfaat pensiun) dibayarkan secara bulanan. Dana
pensiun PT. Ortax Indonesia membayarkan Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan sekaligus
sebesar 20% x Rp 600.000.000 = Rp 120.000.000.
Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat pensiun yang dibayarkan secara
sekaligus :
0% x Rp = Rp 0
50.000.000
= Rp 3.500.000 (+)
5% x Rp
70.000.000 = Rp 3.500.000
Jumlah
Sedangkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pembayaran 80% dari manfaat pensiun
yang dibayarkan secara bulanan berlaku Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Apabila terjadi pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa dengan cara
Dana Pensiun membeli anuitas seumur hidup, maka :
Pegawai sebagai peserta dianggap telah menerima hak atas Uang Manfaat Pensiun yang
dibayarkan secara sekaligus.
Atas pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa dengan cara Dana
Pensiun membeli anuitas seumur hidup terutang PPh Pasal 21 yang bersifat final.
Pemotongan PPh Pasal 21 atas pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi
jiwa dilakukan oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan pada
saat pembelian anuitas seumur hidup.
Pada saat perusahaan asuransi jiwa membayar Uang Manfaat Pensiun kepada Pegawai, tidak
dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.
Jika terdapat bagian penghasilan yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun
berikutnya, pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah bruto seluruh penghasilan yang terutang atau
dibayarkan kepada Pegawai pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.
PPh Pasal 21 yang dipotong tidak bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pajak
pendahuluan atau kredit pajak. Jika Pegawai tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), maka
tarif pemotongan PPh Pasal 21 lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Pegawai
yang dapat menunjukkan NPWP.
Kewajiban Pemotong
Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, menyetorkan, dan melaporkan PPh Pasal 21
yang terutang atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT, atau THT untuk setiap Masa
Pajak.
PPh Pasal 21 yang telah dipotong oleh Pemotong untuk setiap Masa Pajak wajib disetor ke
Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling lama 10 hari setelah Masa
Pajak berakhir.
Pemotong wajib melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21 untuk setiap Masa Pajak
yang dilakukan melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 ke
KPP tempat Pemotong Pajak terdaftar, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pemotong Pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun tidak
pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada Pegawai yang berhak menerima Uang
Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT, atau THT.
Kewajiban menghitung, memotong, menyetorkan, dan melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT, atau THT pada kedua poin diatas tetap
dilakukan terhadap Pegawai yang dikenai tarif pemotongan sebesar 0%.
Apabila dalam 1 (satu) Masa Pajak, kepada satu Pegawai dilakukan lebih dari 1 (satu) kali
pembayaran penghasilan, bukti pemotongan PPh Pasal 21 dapat dibuat sekali untuk 1 (satu)
Masa Pajak