Anda di halaman 1dari 18

PPH PASAL 21 : UNTUK

PENERIMA PENSIUN DAN


PEGAWAI UPAH HARIAN

Disusun Oleh :
Siti Nurhayati (133210005)
PPh Pasal 21

PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,


honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak
dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
Dasar Hukum PPh 21

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak


Penghasilan perihal Pajak Penghasilan, lalu direvisi
dalam Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) dan
diharmonisasikan dalam Undang-Undang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Pajak Pensiun

Pajak pensiun merupakan ketentuan perpajakan bagi WP yang


memasuki usia pensiun. Regulasi yang mengatur tentang pajak
pensiunan diatur dalam peraturan (PMK) No. 16/PMK.03 /2010.
Batas Usia Pensiun Untuk Pegawai Swasta

Ketentuan usia pensiun diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Pensiun dan Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang.
Batas usia pensiun pekerja atau karyawan swasta yang tertuang dalam Pasal 15 ayat (1), (2), dan (3) PP No.
45/2015 yakni:
1) Untuk pertama kali usia pensiun ditetapkan 56 tahun.
2) Mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun.
3) Usia pensiun selanjutnya bertambah 1 tahun untuk setiap 3 tahun berikutnya, hingga mencapai usia pensiun 65
tahun.
Namun apabila pegawai telah memasuki usia pensiun, akan tetapi yang bersangkutan masih dipekerjakan, maka ia
dapat memilih di antara kedua pilihan berikut:
4) Menerima manfaat pensiun pada saat mencapai usia pensiun, atau;
5) Pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama 3 tahun setelah usia pensiun.
Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri

Batas usia pensiun pegawai negeri atau jabatan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
tertuang dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c UU No. 05 Tahun 2014 tentang ASN, yakni:
1) 58 tahun bagi Pejabat Administrasi
2) 60 tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi
3) Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional
Komponen Yang Diterima Pensiunan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja, pegawai/karyawan yang pensiun akan memperoleh 3 komponen
berikut:
1) Uang Pesangon (UP) sebesar 1,75x
2) Uang Penghargaan Masa Kerja (UPML) sebesar 1x
3) Uang Penggantian Hak (UPH)
4) Jaminan pensiun
5) Jaminan Hari Tua
Ketentuan Pajak Pensiun

Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) menegaskan, segala bentuk penghasilan yang diterima orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
baik itu berupa uang manfaat pensiun, akan dikenakan PPh Pasal 21.

Artinya, pegawai/karyawan yang sudah memasuki usia pensiun maupun yang mengajukan pensiun dini, hingga
ahli waris, atas penghasilan yang diterima dari manfaat pensiun ini akan dipotong pajak penghasilan.

Aturan pajak pensiun bagi pegawai swasta maupun bagi PNS yang mendapatkan dana pensiun dari lembaga lain
atau pajak pensiunan Taspen sama saja, yakni penghasilan yang diterimanya sama-sama merupakan objek PPh
21, dengan perhitungan sesuai ketentuan yang berlaku.

Merujuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 16/PMK.03 /2010 tentang Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21
atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua
yang Dibayarkan Sekaligus, pengenaan pajak pensiun PPh 21 bersifat final.

PPh 21 pajak pensiun dipotong oleh pemberi kerja atau perusahaan ataupun Pengelola Dana Pesangon Tenaga
Kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
Jenis Penghasilan Pajak Pensiun

Penghasilan yang diterima pensiunan swasta maupun pegawai negeri diberikan dalam dua
metode, yakni:
1. Penghasilan yang diterima sekaligus
a. Uang pesangon
b. Uang manfaat pensiun
c. Uang manfaat pensiun
d. Tunjangan hari tua
2. Penghasilan yang diterima secara berkala
a. Jaminan pensiun BPJS
b. Uang pensiun Lembaga lain
Tarif Dari Pajak Pensiun

Tarif pajak pensiun ditetapkan dalam PMK No. 16/PMK.03/2010 dengan besar tarif dari masing-
masing jenisnya sebagai berikut:

Jenis Penghasilan Penghasilan Bruto Tarif PPh


Pasal 21
Uang Pesangon a. Rp. 50.000.000 0%
b. Rp. 50.000.000 - Rp. 100.000.000 5%
c. Rp. 100.000.000 – Rp. 500.000.000 15 %
d. > Rp. 500.000.000 25 %
Uang Manfaat Pensiun a. Rp. 50.000.000 0%
b. > Rp. 50.000.000 5%
Tunjangan Hari Tua a. Rp. 50.000.000 0%
b. > Rp. 50.000.000 5%
Jaminan Hari Tua a. Rp. 50.000.000 0%
b. > Rp. 50.000.000 5%
Contoh Perhitungan Pajak Pensiun

Contoh perhitungan pajak pensiun dibayar sekaligus


Tuan A bekerja sebagai pegawai tetap di PT BBB sejak tahun 2001. PT BBB telah mengikuti program pensiun untuk
seluruh pegawainya dengan membentuk dana pensiun PT BBB.
Pada Januari 2021, Tuan A terkena PHK dan menerima pembayaran uang pesangon sebesar Rp800.000.000 dari PT
BBB.
Selain itu, Tuan A juga berhak atas manfaat pensiun sebesar Rp500.000.000 dari dana pensiun PT BBB.
Tuan A meminta pembayaran sekaligus atas manfaat pensiun sebesar 40% dari manfaat dan sisanya sebesar 60% dari
manfaat pensiun dibayarkan secara bulanan.
Dana pensiun PT BBB membayarkan uang manfaat pensiun yang dibayarkan sekaligus sebesar Rp40% x Rp500.000.000
= Rp200.000.000.
Maka, perhitungan PPh 21 yang terutang atas uang pesangon sebagai berikut:
= 0% x Rp50.000.000 = Rp0
= 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
= 15% x Rp500.000.000 = Rp75.000.000
= 25% x Rp200.000.000 = Rp50.000.000 (+)
Kemudian, perhitungan PPh 21 yang terutang atas 40% dari manfaat pensiun yang
dibayarkan sekaligus adalah:
= 0% x Rp50.000.000 = Rp0
= 5% x Rp150.000.000 = Rp7.500.000 (+)
Jumlah = Rp7.500.000

Sedangkan penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran 60% dari manfaat


pensiun yang dibayarkan secara bulanan berlaku Peraturan Menteri Keuangan No.
252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas
Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
PPh Pasal 21 Untuk Pegawai Upah Harian

Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan secara harian.

Untuk upah harian, pajaknya dihitung berdasarkan penghasilan harian dikurangi


keringanan pajak harian, kemudian dikalikan dengan tarif pajak sebesar 5%.
Upah harian biasanya diperoleh oleh pegawai tidak tetap atau
tenaga kerja lepas. Dasar Pengenaan PPh 21 atas upah harian
yaitu:
1) Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000 sehari, sepanjang penghasilan
kumulatif yang diterima dalam 1 bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000.
2) Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya, dalam hal jumlah
penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender telah melebihi Rp 4.500.000.
3) Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah
melebihi Rp 10.200.000, PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif
progresif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas

jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.


Contoh Perhitungan PPh Untuk Upah harian

Tuan X (berNPWP, TK/0) sebagai tenaga kerja lepas di PT A memperoleh penghasilan


dalam sehari Rp 500.000 selama 8 hari. Hitung PPh 21 terutang!

Jawab
PPh 21 terutang sehari
= (Rp 500.000 – Rp 450.000) x 5%
= Rp 50.000 x 5%
= Rp 2.500

PPh 21 terutang selama 8 hari


PPh 21 terutang selama 8 hari
= PPh 21 terutang sehari x 8 hari
= Rp 2.500 x 8 hari
= Rp 20.000
Tuan X kemudian perpanjang kontrak selama 12 hari dengan PT A. Hitung PPh 21 terutang!
Total jumlah kumulatif selama kerja di PT A yaitu Rp 50.000 x 20 hari = Rp 10.000.000. Sehingga
Tuan X memperoleh penghasilan melebihi Rp 4.500.000 pada hari ke 10. Sehingga PPh terutang
pada hari ke-10 yaitu:
PPh 21 yang harus dibayar pada hari ke-10
Penghasilan Bruto 10 hari kerja
yaitu:
= 10 hari x Rp 500.000 = Rp 5.000.000
= PPh terutang – PPh telah dipotong
PTKP
= Rp 175.000 – Rp 22.500 = Rp 152.500
= 10 hari x (Rp 54.000.000 : 360) = Rp
Pemotongan PPh 21 hari ke-11 dan
1.500.000
seterusnya yaitu:
Penghasilan Kena Pajak
Misal hari ke 11
= Ph. Bruto – PTKP
Penghasilan Bruto = Rp 500.000
= Rp 5.000.000 – Rp 1.500.000 = Rp 3.500.000
PTKP = Rp 54.000.000 : 360 = Rp 150.000
PPh 21 terutang
Penghasilan Kena Pajak
= 5% x Rp 3.500.000 = Rp 175.000
= Rp 500.000 – Rp 150.000 = Rp 350.000
PPh 21 yang telah dipotong
PPh 21 terutang pada hari ke-11
= 9 hari x Rp 2.500 = Rp 22.500
= 5% x Rp 350.000 = Rp 17.500
Kesimpulan

PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain.
Pajak pensiun merupakan ketentuan perpajakan bagi WP yang memasuki usia pensiun.
Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan secara harian.
Untuk upah harian, pajaknya dihitung berdasarkan penghasilan harian dikurangi keringanan
pajak harian, kemudian dikalikan dengan tarif pajak sebesar 5%.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai