Anda di halaman 1dari 41

Withholding Tax:

PPh Pasal 21
Oleh:
Dr. Nurul Aisyah Rachmawati, S.E., M.S.Ak.
nurulaisyah@trilogi.ac.id
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak
Tetap/ Tenaga Kerja Lepas
Cara Penghitungan PPh Pasal 21:
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah Harian, Mingguan, Satuan, Borongan

• Upah dikonversikan ke dalam upah harian yang


ekuivalen dengan ketentuan pengupahan terkait.
• Atas upah harian hasil konversi, dikenakan ketentuan
tarif dan DPP yang bersesuaian.

Upah Harian yang Dibayarkan Bulanan

• Upah disetahunkan.
• Upah dikurangi dengan PTKP untuk memperoleh PhKP.
• Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a).
Cara Penghitungan PPh Pasal 21:
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Penghasilan harian
Tidak dikenai PPh
< Rp 450.000,00
Penghasilan
kumulatif per bulan DPP = Penghasilan
< Rp 4.500.000,00 bruto - Rp 450.000,00
Penghasilan harian
> Rp 450.000,00 Tarif berlaku adalah
tarif lapis pertama
DPP = Penghasilan (5%)
Upah Harian/Upah Penghasilan harian – PTKP harian
Hasil Konversi kumulatif per bulan
> Rp 4.500.000,00 Tarif berlaku adalah
tarif lapis pertama
(5%)
DPP = Penghasilan
bruto disetahunkan -
Penghasilan PTKP
kumulatif per bulan
> Rp 10.200.000,00 Tarif berlaku adalah
tarif progresif pasal
17
Ilustrasi 6: Pegawai Tidak Tetap –
Upah Harian
 Sule dengan status belum menikah pada bulan Januari 2022
bekerja sebagai buruh harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. la
bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar
Rp450.000,00. Berapakah besar PPh Pasal 21 yang
ditanggung oleh Sule?
Jawaban Ilustrasi 6: Pegawai Tidak Tetap –
Upah Harian

Upah sehari Rp450.000,00


Batas upah harian tidak dipotong PPh (Rp450.000,00)
PhKP sehari Rp 0,00
PPh Pasal 21 yg dipotong atas upah sehari Rp 0,00

Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah yang


diterima belum melebihi Rp4.500.000,00, maka tidak ada PPh Pasal
21 yang dipotong.
Ilustrasi 7: Pegawai Tidak Tetap –
Upah Harian

 Andaikan kontrak kerja Sule diperpanjang 2 hari lagi, maka


bagaimanakan penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan
Sule pada hari ke-11 dan ke-12?
Jawaban Ilustrasi 7: Pegawai Tidak Tetap –
Upah Harian (1)

 Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima Sule > Rp4.500.000,00,
maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP
yang sebenarnya.

Upah s.d hari ke-11 (Rp450.000,00 x 11) Rp4.950.000,00


PTKP sebenarnya: 11 x (Rp54.000.000,00/ 360) (Rp1.650.000,00)
PhKP s.d hari ke-11 Rp3.300.000,00
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-11 (5% x Rp3.300.000,00) Rp 165.000,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-10 Rp 0,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp 165.000,00

Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima Sule sebesar:
Rp450.000,00 – Rp165.000,00 = Rp285.000,00
Jawaban Ilustrasi 7: Pegawai Tidak Tetap –
Upah Harian (2)

 Pada hari kerja ke-12, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:

Upah sehari Rp450.000,00


PTKP sehari:
- untuk WP sendiri (Rp 54.000.000,00: 360) (Rp150.000,00)
PhKP Rp300.000,00
PPh Pasal 21 terutang (5% x Rp300.000,00) Rp 15.000,00

Sehingga pada hari ke-12, Sule menerima upah bersih sebesar:


Rp450.000,00 – Rp15.000,00 = Rp435.000,00
Ilustrasi 8: Pegawai Tidak Tetap – Upah Satuan

 Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang


bekerja sebagai perakit TV pada suatu perusahaan elektronika.
 Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang
diselesaikan yaitu Rp200.000,00 per buah TV dan dibayarkan
tiap minggu.
 Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 15
buah TV dengan upah Rp3.000.000,00.
Hitung PPh Pasal 21 Rizal Fahmi!
Jawaban 8: Pegawai Tidak Tetap – Upah
Satuan

Konversi upah sehari (3.000.000/6) 500.000


Batas upah harian tidak dipotong PPh (450.000)
PhKP sehari 50.000
Upah seminggu yg terutang pajak (6 x 50.000) 300.000
PPh Pasal 21 mingguan = 5% x 300.000
= 15.000
Ilustrasi 9: Pegawai Tidak Tetap – Upah
Borongan

 Mawan (K/3) mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah


borongan sebesar Rp14.000.000,00, pekerjaan diselesaikan dalam 7
hari.
 Jawaban:
Upah borongan 14.000.000
Upah borongan disetahunkan 168.000.000
PTKP (72.000.000)
PhKP 96.000.000
PPh Pasal 21 disetahunkan 9.400.000
PPh Pasal 21 sebulan 783.333
Ilustrasi 10: Pegawai Tidak Tetap – Dibayar Bulanan

 Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan


dasar upah harian yang dibayarkan bulanan.
 Dalam bulan Januari 2022 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari kerja dan
upah sehari adalah Rp500.000,00. Bagus Hermanto menikah tetapi
belum memiliki anak.
 Jawaban:
Upah Januari (20 x 500.000) 10.000.000
Ph. Neto setahun (12 x 10.000.000) 120.000.000
PTKP (K/-) (58.500.000)
PhKP 61.500.000
PPh Pasal 21 setahun 3.225.000
PPh Pasal 21 sebulan (3.225.000/12) 268.750
 D. BEBAN UPAH 10.000.000
 K. KAS 9.731.250
 K. UTANG PPH 21 268.750

D. UTANG PPH 21 268.750


K. KAS 268.750
Tugas 3: Pegawai Tidak Tetap

 Nanang Hermawan (K/3) pada bulan Maret 2022 bekerja sebagai Tenaga
Kerja Lepas pada perusahaan PT Tani Jaya. Pada minggu pertama, ia
menerima upah sebesar Rp4.500.000,00 (1 minggu = 5 hari kerja).
 Pertanyaan:
 Hitung PPh Pasal 21 atas penghasilan Nanang Hermawan pada minggu
pertama Maret 2022 tersebut!
 Berapakan upah yang diterima oleh Nanang Hermawan setelah dipotong
PPh Pasal 21?
 Bagaimanakah jurnal pencatatan yang dilakukan oleh PT Tani Jaya untuk
transaksi pembayaran upah Nanang Hermawan?
PPh Pasal 21 Pensiunan
Pola Pembayaran Penghasilan di Akhir
Masa Kerja (Pensiunan)
Penghasilan
di Akhir
Masa Kerja

Diterima Diterima
Sekaligus Berkala

Dialihkan ke
Dana Anuitas
Pesangon Pensiun
Pensiun Seumur
Hidup
Penghasilan di Akhir Masa Kerja
Dibayarkan Sekaligus
Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat
berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT/ JHT.

Pemotongan pajak penghasilan bersifat final.

Pembayaran secara sekaligus dapat dibayarkan melalui beberapa kali


pembayaran sepanjang maksimal dua tahun kalender, dan dikenai tarif
yang berlaku khusus.

Atas pembayaran yang dibayarkan di tahun ketiga atau setelahnya,


pemotongan pajak penghasilan bersifat tidak final dan dikenai tarif umum
Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a).
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pesangon: PP No. 68 Tahun 2009)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 0%
2 > Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00 5%
3 > Rp 100.000.000,00 s/d Rp 500.000.000,00 15%
4 > Rp 500.000.000,00 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi PTKP


Ilustrasi: Pesangon Diterima Sekaligus

 Parto (berstatus menikah dan memiliki dua anak)


merupakan seorang manajer pemasaran di suatu
perusahaan dan telah mengabdi semenjak perusahaan
berdiri. Di akhir bulan Maret 2022, Parto memasuki masa
pensiun. Atas pengabdiannya selama ini, perusahaan
hendak membayarkan uang pesangon secara sekaligus,
sebesar 40 kali gaji pokok terakhir yang dibayarkan. Sesuai
slip gaji di bulan Februari, Parto menerima gaji pokok
senilai Rp 10.000.000,00.
 Jika pesangon tersebut baru akan dibayarkan di bulan
April 2022, bagaimanakah perlakuan pemotongan PPh
21? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
Jawaban: Pesangon Diterima
Sekaligus
Pesangon (40 x Rp10.000.000,00) Rp400.000.000,00
PPh Pasal 21 Final:
0% x Rp50.000.000,00 Rp 0,00
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp300.000.000,00 Rp 45.000.000,00
Rp 47.500.000,00
Jurnal:

Beban Pesangon Rp400.000.000,00


Utang PPh Pasal 21 Final Rp 47.500.000,00
Kas Rp352.500.000,00
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
Manfaat Pensiun, THT, JHT dibayar sekaligus:
PP No. 68 Tahun 2009

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 0%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 5%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi PTKP


Ilustrasi: Manfaat Pensiun Diterima
Sekaligus
 Andre (berstatus menikah dan memiliki seorang anak) merupakan seorang
direktur keuangan di suatu perusahaan yang bergerak di industri strategis.
 Di akhir bulan September 2022, Andre mengajukan permohonan
pensiun dini karena hendak mendirikan usaha pribadi sesuai keinginan
masa kecilnya.
 Dengan mempertimbangkan dedikasinya, CEO perusahaan
menyetujui permohonan Andre dan perusahaan akan membayarkan
uang manfaat pensiun secara sekaligus dengan nilai Rp475.000.000,00.
 Berhubung likuiditas perusahaan tidak terlalu baik, maka manfaat
pensiun tersebut akan dibayarkan dalam empat termin, masing-masing
senilai Rp25.000.000,00 di September 2022, Rp50.000.000,00 di April 2023,
Rp250.000.000,00 di Mei 2023, serta sisanya di Desember 2024.
 Bagaimanakah perlakuan pemotongan PPh 21 atas pembayaran
manfaat pensiun tersebut?
Jawaban: Manfaat Pensiun Diterima
Sekaligus

Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif Sifat


Sep 2022 25.000.000 0% x 25jt = 0 25.000.000 Final
Apr 2023 50.000.000 0% x 25jt + 5% x 25jt = 1.250.000 75.000.000 Final
Mei 2023 250.000.000 5% x 250jt = 12.500.000 325.000.000 Final
Des 2024 150.000.000 5% x 60jt + 15% x 90jt =16.500.000 475.000.000 Tidak Final
Pensiun Diterima Berkala
Bila waktu pensiun belum diketahui
Bila waktu pensiun sudah dapat
secara pasti saat penghitungan PPh awal
diketahui dengan pasti pada awal tahun.
tahun.

Penghitungan PPh terutang didasarkan


pada perkiraan penghasilan neto yang
PPh terutang dihitung berdasarkan PhKP
disetahunkan. Jika terjadi kelebihan
yang akan diperoleh sebelum pensiun.
pemotongan, maka kelebihan tersebut
harus dikembalikan oleh pemberi kerja.

Sistematika penghitungan identik pada kasus pegawai tetap, kecuali bahwa biaya
jabatan ditetapkan maksimal Rp 200.000,00 per bulan atau Rp 2.400.000,00 per tahun.

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
Ilustrasi: Pensiun Diterima Berkala

Gajah Mada (TK) bekerja sebagai pegawai tetap


pada suatu perusahaan. Berdasarkan ketentuan
yang berlaku di perusahaan, terhitung mulai 1 Januari
2022, Gajah Mada memasuki masa pensiun. Ia
memperoleh uang pensiun dari dana Pensiun sebesar
Rp5.000.000,00 sebulan.

Bagaimanakah penghitungan pemotongan PPh 21


oleh pihak dana pensiun?
Jawaban: Pensiun Diterima Berkala
Penghasilan Pensiun Rp5.000.000,00
Penghasilan Bruto per bulan Rp5.000.000,00
Pengurang:
Biaya pensiun (Rp 200.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp4.800.000,00
Penghasilan neto setahun Rp57.600.000,00
PTKP: WP sendiri (Rp54.000.000,00)
PhKP Rp 3.600.000,00
PPh Pasal 21 setahun Rp 180.000,00
PPh Pasal 21 sebulan Rp 15.000,00
PPh Pasal 21 Bukan Pegawai
Cara Penghitungan PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai
Memiliki NPWP &
DPP = 50% x
berpenghasilan
Penghasilan bruto
hanya dari satu
– PTKP Bulanan
pemberi kerja.
Bersifat
Berkesinambungan

Berpenghasilan
Penghasilan Bukan DPP = 50% x
lebih dari satu
Pegawai Penghasilan bruto
pemberi kerja.

Bersifat Tidak DPP = 50% x


Berkesinambungan Penghasilan bruto

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
Ilustrasi: Bukan Pegawai – Penghasilan
Berkesinambungan
dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter
yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai
bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan
dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar, Sp.JP pada setiap akhir bulan. Selain praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr. Abdul Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik
sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada tahun
2022, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul Gopar, SP.JP di Rumah
Sakit Harapan Jantung Sehat adalah sebagai berikut:
Bulan Jasa Dokter Bulan Jasa Dokter
yang Dibayar Pasien (Rp) yang Dibayar Pasien (Rp)
Januari 45.000.000 Juli 40.000.000
Februari 49.000.000 Agustus 35.000.000
Maret 47.000.000 September 45.000.000
April 40.000.000 Oktober 44.000.000
Mei 44.000.000 November 43.000.000
Juni 52.000.000 Desember 40.000.000
Jawaban: Bukan Pegawai – Penghasilan Berkesinambungan
 Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2022:

Bulan Jasa Dokter DPP DPP Kumulatif Tarif Ps. 17 (1) PPh Ps. 21 Terutang
(1) (2) (3)=50%x(2) (4) (5) (6)=(3)x(5)

Jan 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 1.125.000


Feb 49.000.000 24.500.000 47.000.000 5% 1.225.000
Mar 47.000.000 13.000.000 60.000.000 5% 650.000
10.500.000 70.500.000 15% 1.575.000
Apr 40.000.000 20.000.000 90.500.000 15% 3.000.000
Mei 44.000.000 22.000.000 112.500.000 15% 3.300.000
Jun 52.000.000 26.000.000 138.500.000 15% 3.900.000
Jul 40.000.000 20.000.000 158.500.000 15% 3.000.000
Agt 35.000.000 17.500.000 176.000.000 15% 2.625.000
Sep 45.000.000 22.500.000 198.500.000 15% 3.375.000
Okt 44.000.000 22.000.000 220.500.000 15% 3.300.000
Nov 43.000.000 21.500.000 242.000.000 15% 3.225.000
Des 40.000.000 8.000.000 250.000.000 15% 1.200.000
12.000.000 262.000.000 25% 3.000.000
Tugas 4: Bukan Pegawai

 Aris adalah seorang konsultan pajak. Pada bulan April 2022, Desember
2022 dan Januari 2023, ia memberikan jasa konsultasi kepada PT Indonesia
Merdeka. Atas jasa yang diberikan, ia menerima penghasilan masing-
masing sebesar Rp35.000.000,00 untuk bulan April 2022, Rp 20.000.000,00
untuk bulan Desember 2022, dan Rp 30.000.000,00 untuk bulan Januari
2023.
 Pertanyaan:
 Hitung PPh Pasal 21 atas penghasilan Aris pada bulan April 2022, Desember 2022
dan Januari 2023!
 Bagaimanakah jurnal pencatatan yang dilakukan oleh PT Indonesia Merdeka
untuk transaksi pembayaran fee Aris?
PPh Pasal 21 Anggota Dewan
Komisaris yg Tidak Merangkap
sbg Pegawai Tetap
Ilustrasi: Anggota Dewan Komisaris yg
Tidak Merangkap sbg Pegawai Tetap
 Aulia Rais adalah seorang komisaris di PT Media Primatama, yang bukan
sebagai pegawai tetap. Dalam tahun 2022, yaitu bulan Desember 2022
menerima honorarium sebesar Rp 60.000.000,00.
 PPh Pasal 21 Terutang:
= 5% x 60.000.000 = 3.000.000

*) Apabila dalam tahun kalender tsb., dibayarkan penghasilan kepada ybs. lebih
dari 1 kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan yang berikutnya
dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan memperhitungkan penghasilan
yang telah diterima sebelumnya.
PPh Pasal 21 Mantan
Pegawai
Ilustrasi: Mantan Pegawai

 Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2022
telah berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan
Maret 2022 Victoria Endah menerima jasa produksi tahun 2021 dari PT Fajar
Wisesa sebesar Rp55.000.000,00.
 PPh Pasal 21 Terutang:
= 5% x 55.000.000 = 2.750.000

*) Apabila dalam tahun kalender tsb., dibayarkan penghasilan kepada


mantan pegawai lebih dari 1 kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran
penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima
dengan memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.
PPh Pasal 21 Peserta
Kegiatan
Cara Penghitungan PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Dasar Pengenaan Pajak (DPP):


Jumlah penghasilan bruto yang bersifat utuh dan tidak
dipecah

Tarif yang berlaku adalah:


Tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
Ilustrasi: Peserta Kegiatan

 Batara merupakan seorang mahasiswa yang mengikuti kejuaraan catur


terbuka yang diselenggarakan oleh PB Percasi di tingkat nasional.
 Kejuaraan tersebut diikuti oleh pecatur terbaik dari setiap daerah, sehingga PB
Percasi memberikan penggantian biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi
berdasar prinsip at cost. Selama kejuaraan, Batara melakukan pengeluaran
untuk ketiga pos biaya masing – masing Rp 2.250.000,00, Rp 1.000.000,00, dan
Rp 500.000,00.
 PB Percasi melakukan penggantian di akhir kegiatan, bersamaan dengan
pemberian hadiah Rp 50.000.000,00 atas raihan Batara sebagai juara pertama.
Berapakah pajak penghasilan yang terutang oleh Batara?

 Jawaban :
 DPP = 2.250.000 + 1.000.000 + 500.000 + 50.000.000 = 53.750.000
PPh Pasal 21 terutang
= 5% x 53.750.000
= 2.687.500
Referensi

 Pasal 21 UU PPh berbasis UU HPP


Terima kasih ☺

Anda mungkin juga menyukai