Anda di halaman 1dari 19

Program Studi D-III Perpajakan

FHISIP

Akuntansi Perpajakan/ PAJA3344

Akuntansi pajak PPh Pasal 21 dan Pasal 26


Gaji, Upah, dan Tunjangan
Perlakuan secara Akuntansi Pajak dari gaji, upah, dan tunjangan dapat
dibedakan sesuai peran dari Wajib Pajak, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi penerima : Gaji, Upah, dan Tunjangan bagi karyawan atau
pegawai diakui sebagai penghasilan sebesar nilai kotor atau nilai
sebelum dikenakan PPh Pasal 21.
2. Bagi pemberi : Gaji yang dibayarkan kepada karyawan merupakan
biaya bagi perusahaan. Pemberian gaji untuk mendapatkan
Penghasilan Kena Pajak dilakukan dengan akrual basis, dalam arti gaji
bulan Desember yang dibayar pada bulan
Januari tahun berikutnya merupakan biaya pada bulan Desember.
Gaji, Upah, dan Tunjangan
Contoh Bagi Penerima

Satria yang berstatus K/3 bekerja pada PT Bapindo


mendapat gaji kotor beserta tunjangan dan penghasilan lain
selana setahun sebesar Rp100.000.000 yang dipotong PPh
Pasal 21 sebesar Rp1.400.000.

Jurnal
Kas Rp98.600.000
Piutang PPh Pasal 21 Rp1.400.000
Beban gaji Rp100.000.000
Gaji, Upah, dan Tunjangan
Contoh Bagi Pemberi

PT Sukses membayar tunjangan dan penghasilan Aldi yang


merupakan karyawan dengan status TK/0 selama setahun sebesar
Rp180.000.000 dan potongan PPh 21 sebesar Rp9.900.000.

Jurnalnya saat pembayaran gaji:


Beban gaji Rp180.000.000
Kas Rp170.100.000
Utang PPh Pasal 21 Rp9.900.000

Jurnal penyetoran PPh Pasal 21:


Utang PPh Pasal 21 Rp9.900.000
Kas Rp9.900.000
Gaji, Upah, dan Tunjangan
Gaji pada Karyawan Asing
Pembayaran gaji kepada karyawan asing yang dapat diakui sebagai biaya adalah pembayaran gaji termasuk PPh Pasal
26 dibayar oleh pemberi kerja (gross up)

CONTOH:
PT Dhuta Raya membayar gaji kepada karyawan asing sebesar Rp 100.000.000 dan PPh Pasal 26 dibayar oleh
perusahaan.
Besarnya biaya yang dapat dibebankan oleh PT Dhuta Raya dapat dihitung sebagai berikut:
Gaji yang diterima karyawan asing Rp 100.000.000
Dasar pengenaan PPh 26: (100/80) x Rp 100.000.000 = Rp 125.000.000
Biaya yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto : Rp 125.000.000.

JURNAL
Biaya gaji Rp 125.000.000
Utang PPh 26 Rp 25.000.000
Kas/Bank Rp 100.000.000

Utang PPh Pasal 26 bagi pemberi kerja harus dilunasi tanpa dilakukan perhitungan atau jurnal dengan jenis pajak
lainnya.
Utang PPh 26 Rp 25.000.000,00
Kas/Bank Rp 25.000.000,0
Gaji, Upah, dan Tunjangan

BIAYA TUNJANGAN
Berbagai bentuk tunjangan yang dibayarkan kepada pegawai oleh perusahaan (merupakan
penghasilan bagi pegawai yang menerima dan sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21.
Sementara itu, bagi perusahaan dapat dibiayakan, kecuali tunjangan pajak. Tunjangan
pajak merupakan pengeluaran yang tidak diperkenankan sebagai biaya pengurang
penghasilan bruto untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak.
Honorarium dan Komisi

Perlakuan akuntansi pajak bagi honorarium dibedakan sesuai peran Wajib Pajak:
1. Bagi penerima
2. Bagi pemberi

Honorarium pada dasarnya dapat dibayarkan kepada:


3. Dewan komisaris/pengawas
4. Tenaga ahli
5. Pegawai tidak tetap
6. Tenaga lepas
7. Pejabat negara,PNS,anggota
8. TNI/POLRI
Honorarium dan Komisi
Contoh Bagi Penerima
Honorarium Diterima Dewan Komisaris/Pengawas
Honorarium yang diterima oleh dewan komisaris/pengawas Perusahaan yang bukan merupakan
pegawai tetap merupakan penghasilan bagi dewan komisaris/pengawas yang dikenakan PPh sesuai
pasal 17 UU PPH (tarif Progresif) dari penghasilan bruto.

CONTOH:
Pembayaran Honorarium pada satu komisaris yang bukan pegawai tetap pada bulan September
2009 sebesar Rp20.000.000. PPh pasal 21 yang dipotong adalah 5%xRp20.000.000 sebesar
Rp1.000.000. Terhadap penghasilan yang diakui oleh komisaris tersebut dilakukan jurnal sebagai
berikut:

Kas/Bank Rp 19.000.000
Piutang PPh Pasal 21 Rp 1.000.000
Penghasilan Honorarium Rp 20.000.000
Honorarium dan Komisi
Contoh Bagi Pemberi
Biaya Honorarium Bagi Dewan Komisaris/Pengawas
Pembayaran honorarium kepada Dewan Komisaris/Pengawas perusahaan merupakan biaya sebesar
honorarium yang dibayarkan termasuk PPh pasal 21 yang telah dipotong. PPh pasal 21 yg telah
dipotong oleh pemberi kerja setiap bulannya harus disetorkan ke kas negara.

CONTOH:
Pembayaran Honorarium pada satu komisaris yang bukan pegawai tetap pada bulan September
2009 sebesar Rp20.000.000. PPh pasal 21 yang dipotong adalah 5%xRp20.000.000 sebesar
Rp1.000.000.
Perlakuan jurnal yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

Biaya honorarium komisaris Rp 20.000.000


Utang Pasal 21 Rp 1.000.000
Utang Honorarium Rp 19.000.000
Bonus, Gratifikasi, THR, Jasa Produksi, dan Tantie
PMK No. 252/PMK.03/2008

Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi
pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali
dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari
Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya
dengan nama apapun.

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh diterapkan atas
penghasilan bruto kumulatif berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan
pegawai
Bonus, Gratifikasi, THR, Jasa Produksi, dan Tantie
Contoh

PPh Pasal 21 antara pegawai tetap yang menerima THR atau bonus dengan yang tidak menerima THR atau
bonus

Saat Pembayaran Gaji &


Bonus
Beban gaji 114.518.400
Beban bonus 20.000.000
Utang PPh Pasal 4.539.760
21
Utang Iuran 1.920.000
Kas 128.058.640
Bonus, Gratifikasi, THR, Jasa Produksi, dan Tantie

TANTIEM Keuntungan yang diberikan kepada direksi dan komisaris oleh pemegang
saham yang didasarkan pada suatu presentase/jumlah tertentu dari laba perusahaam setelah

kena pajak. Oleh karena itu pemberian tantiem tidak dapat dibebankan sebagai biaya untuk

penghasilan kena pajak (SE. No: 16 Tahun 1992)


Bonus, Gratifikasi, THR, Jasa Produksi, dan Tantie
Contoh

PT Dewa Dewi dalam tahun 2005 memiliki laba bersih sebesar Rp4.000.000 dan pada tahun
2005 tersebut perusahaan memberikan tantiem kepada direksi/komisaris perusahaan sebesar
5 % dari laba bersih. Perhitungan:

Penghasilan kena pajak Rp 4.000.000.000


PPh pasal 25/29 (Rp 1.170.000.000)
Laba setelah pajak Rp 2.830.000.000
Tantiem : laba setelah kena pajak x % tantiem
: Rp 2.830.000.000 x 5% = Rp 141.500.000

Jurnal pembayaran tantiem:


Laba setelah pajak Rp 2.830.000.000
Laba ditahan Rp 2.830.000.000
Laba Ditahan Rp 200.000.000
Tantiem Rp 200.000.000
Tantiem Rp 200.000.000
Kas Rp 200.000.000
Uang Pesangon

Uang pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja


termasuk Pengelolaan Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa
kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan
masa kerja dan uang penggantian hak.
Pembayaran uang pesangon oleh pemberi kerja dapat dihitung
menggunakan 2 tarif, yaitu:
1. Tarif PPh 21 Final, atau
2. Tarif PPh 21 Progresif.
Uang Pesangon
Tarif PPh 21 Final

Pembayaran uang pesangon yang dikenakan tarif PPh 21 Final adalah:


1. Pembayaran uang pesangon secara sekaligus; dan
2. Pembayaran uang pesangon secara bertahap namun tidak lebih
dari 2 tahun sejak pembayaran pertama.

TARIF Progresif Pasal 17

JURNAL
Beban Pesangon xxx
Utang PPh 21 xxx
Kas/Bank xxx
Uang Pesangon
Tarif PPh 21 progresif

Pembayaran uang pesangon yang dikenakan tarif PPh 21 Progresif


adalah pembaran uang pesangon yang dilakukan secara bertahap dan
lebih dari 2 tahun sejak pembayaran pertama.

TARIF Progresif Pasal 17


Uang Pesangon
CONTOH

Bambang merupakan karyawan tetap PT Pangestu sejak tahun 2005. Pada tahun
2019 PT Pangestu mengalami kesulitan keuangan dan melakukan pengurangan
karyawan sehingga Udin terkena PHK. Udin mendapatkan uang pesangon
sebesar Rp 300.000.000 yang dibayarkan sekaligus pada tanggal 20 Januari 2019.
Berapakah PPh Pasal 4 (2) yang akan dipotong oleh PT Bugar Indonesia dan
bagaimana jurnalnya?

Perhitungan Jurnal
50.000.000 x 5% : Rp 2.500.000 Beban Pesangon Rp 300.000.000
200.000.000 x 15% : Rp 30.000.000 Utang PPh 21 Rp
32.500.000
50.000.000 x 25% : Rp 12.500.000 Kas Rp
267.500.000
PPh atas Pesangon Rp 44.500.000
Natura dan Kenikmatan

Naturan dan kenikmatan merupakan tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam
bentuk uang melainkan berbentuk barang atau fasilitas-
fasilitas lainnya. Perlakuan akuntansi terhadap natura dan
kenikmatan dapat dipandang dari peran Wajib Pajak,
yaitu sebagai penerima dan pemberi.
1. Natura dan Kenikmatan bagi Penerima
2. Natura dan Kenikmatan bagi Pemberi
Natura
dan
Kenikmatan

Anda mungkin juga menyukai