Anda di halaman 1dari 12

Tata cara perhitungan pemotongan PPh Pasal 21

a. Untuk pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala


Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2
(dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan Penghitungan
kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja).
Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut.
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan
Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi
Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT
Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi
Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra
Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk
Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013
Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah
sebagai berikut:
Gaji

3.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja

15.000,00

Premi Jaminan Kematian

9.000,00

Penghasilan bruto

3.024.000,00

Pengurangan
1. Biaya jabatan
5%x3.024.000,00

151.200,00

2. Iuran Pensiun

50.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua

60.000,00
261.200,00

Penghasilan neto sebulan

2.762.800,00

Penghasilan neto setahun


12x2.762.800,00

33.153.600,00

PTKP
- untuk WP sendiri

24.300.000,00

- tambahan WP kawin

2.025.000,00
26.325.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun

6.828.600,00

Pembulatan

6.828.000,00

PPh terutang
5%x6.828.000,00

341.400,00

PPh Pasal 21 bulan Juli


341.400,00 : 12

28.452,00

Catatan:

Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak.

Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai
yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan
Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,00

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.

b. Untuk Pegawai Tidak Tetap atau tenaga kerja lepas


Teknis
Perhitungan
Dalam melakukan pengitungan pajak penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian,
mingguan, satuan maupun borongan dapat dikenakan pajak dengan batas penghasilan lebih dari
Rp200.000 dalam satu hari. Berikut adalah tabel yang menguraikan batas penghasilan yang
dikenakan pajak:
Tabel 1 Penjelasan Tentang Batas Pajak Penghasilan

Untuk lebih memahami tabel


harian/mingguan/satuan/borongan:
1.

Jika

total

diatas,
upah

berikut
sebulan

merupakan
lebih

teknis

penghitungan

dari

upah

Rp2.025.000

Gambar 1 Skema Penghitungan PPh Jika Upah Sebulan Lebih dari Rp2.025.000
2.

Jika total upah sebulan lebih dari Rp7.000.000

Gambar 2 Skema Penghitungan PPh Jika Upah Sebulan Lebih dari Rp7.000.000
Contoh
Perhitungan
Berikut merupakan contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.

Gambar 3 Penghitungan Upah Harian 1

Gambar 4 Penghitungan Upah Harian 2

Gambar 5 Penghitungan Upah Satuan

Gambar 6 Penghitungan Upah Borongan

Gambar 7 Penghitungan Upah Dibayarkan Secara Bulanan

c. Untuk anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai
pegawai tetap, mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur dan peserta program pensiun yang masih berstatus
sebagai pegawai yang menarik dana pensiun

PPh Pasal 21 Bagi Anggota Dewan pengawas Atau Dewan Komisaris Yang Tidak
Merangkap Sebagai Pegawai Tetap, Mantan Pegawai Yang Menerima Jasa Produksi,
Tantiem, Gratifikasi, Bonus Atau Imbalan Lain Yang Bersifat Tidak teratur, Dan Peserta
Program Pensiun Yang Masih Berstatus Sebagi Pegawai Yang Menarik Dana Pensiun
Untuk memudahkan dalam pemahaman terkait penghitungan PPh Pasal 21 atas poin 3
ini maka penerima penghasilan dibedakan menjadi :
Dewan Pengawas/Komisaris Non Pegawai tetap, yang menerima honorarium atau
imbalan yang bersifat tidak teratur maka PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas kumulatif jumlah penghasilan bruto yang
diterima atau diperoleh selama 1 (satu) tahun kalender.
Mantan Pegawai, yang menerima jasa produksi , tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lain yang bersifat tidak teratur maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara menerapkan
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas kumulatif jumlah penghasilan bruto yang
diterima atau diperoleh selama 1 (satu) tahun kalender.
Peserta Program Pensiun Yang Masih Berstatus Pegawai, yang menerima dari
penarikan dana pensiun maka PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal
17 ayat (1) huruf a UU PPh dari kumulatif jumlah penghasilan bruto yang dibayarkan
selama 1 (satu) tahun kalender.
Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium komisaris yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap.
Reyhan AP adalah seorang komisaris di PT Nusa Hati, yang bukan sebagai pegawai
tetap. Dalam tahun 2013, yaitu bulan Desember 2013 menerima honorarium sebesar Rp
60.000.000,00
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp10.000.000,00 = Rp 1.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp 4.000.000,00
Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada yang
bersangkutan lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan
yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh
atas jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan memperhitungkan
penghasilan yang telah diterima sebelumnya.
Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan kepada mantan
pegawai.
Yulia bekerja pada PT Nusa Games. Pada tanggal 1 Januari 2013 telah berhenti bekerja
pada PT Nusa Games karena pensiun. Pada bulan Maret 2013, Yulia menerima jasa
produksi tahun 2012 dari PT Nusa Games sebesar Rp55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 5.000.000,00 = Rp 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong = Rp 3.250.000,00
Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada
mantan pegawai lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran
penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a
UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan
memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.
d. PPh pasal 21 bagi Orang Pribadi Yang Berstatus Sebagai Bukan Pegawai

Definisi penerima penghasilan bukan pegawai sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1


angka (12) Per-31/PJ/2012 adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai
imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan. Dalam Pasal 3 huruf c ketentuan tersebut dijelaskan bahwa Penerima
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang pribadi
yang merupakan Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa. Pemberian jasa tersebut dapat dibedakan menjadi
2 (dua) kelompok besar yaitu tenaga ahli dan bukan tenaga ahli dengan syarat mereka
bukan termasuk di dalam struktur kepegawaian, dengan ulasan sebagai berikut :
Tenaga ahli yang terdiri dari : pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris;
Bukan tenaga ahli yang meliputi; pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,
bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; dll
Contoh :
Evan Dimas melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya Kurnia dengan fee
sebesar Rp5.000,000,00. Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:
5% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp125.000,00
Dalam hal Evan Dimas tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang menjadi sebesar:
120% x 5% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp150.000,00

e. Bagi peserta kegiatan

f. Penghasilan yang diperoleh oleh seseorang karena keikutsertaannya dalam suatu kegiatan
(kuis, lomba, rapat, dan lain-lain) adalah salah satu jenis penghasilan lain yang merupakan
penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Penerima penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21 sebagaimana diatur dalam PER-32/PJ/2015 pada Pasal 1 nomor (7)
adalah:
orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeri yang menerima atau
memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak
dikecualikan oleh Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dari Pemotong PPh Pasal 21
dan/atau Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan,
termasuk penerima pensiun.
Berdasarkan Pasal 1 nomor (13) PER-32/PJ/2015, yang dimaksud dengan peserta kegiatan
adalah :
orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang,
seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan
menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut.

Lebih lanjut lagi, Pasal 3 huruf (f) dalam PER-32/PJ/2015 menerangkan bahwa termasuk juga
dalam kelompok penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
adalah orang pribadi yang merupakan peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu
4. peserta pendidikan dan pelatihan atau
5. peserta kegiatan lainnya

g.
sejalan dengan itu, Pasal 5 ayat 1 huruf (f) pada PER-32/PJ/2015 menyatakan bahwa
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 adalah imbalan kepada
peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis
dengan nama apapun.
Penghitungan PPh 21 atas Penghasilan yang Diterima Oleh Peserta Kegiatan
Untuk menghitung PPh Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan, cara penghitungan yang digunakan
adalah:

h.

i.
Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan PPh 21 bagi Peserta Kegiatan merupakan
pembayaran/hadiah/penghasilan yang bersifat utuh tidak terdapat komponen pengurang yang
diberikan seperti PTKP yang digunakan sebagai pengurang dalam penghitungan PPh 21 bagi
pegawai Tetap. Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan diatur dalam Undang-Undang
PPh Pasal 17 ayat (1) bagi Wajib Pajak dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00
Di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,00
Di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00
Di atas Rp 500.000.000,00

Tarif Pajak
5% (lima persen)
15% (lima belas persen)
25% (dua puluh lima persen)
30% (tiga puluh persen)

j.
Bagi peserta kegiatan yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), pemotongan
PPh Pasal 21 dikenakan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP.
Kewajiban Pemotong PPh 21 atas Penghasilan yang Diterima Oleh Peserta Kegiatan
Penyelenggara kegiatan sebagai pemotong pajak harus memenuhi kewajibannya sebagai
berikut:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 dan memberikan Bukti Potong kepada penerima penghasilan.
2. Menyetorkan ke Kas Negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak yang bersangkutan
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

k.
Contoh Kasus Peserta Kegiatan

Contoh Kasus 1
Ahmad Sadikin merupakan atlet tenis profesional Indonesia yang bertempat tinggal di
Bandung. Pada bulan Februari 2016 Ahmad Sadikin menjuarai kompetisi tenis Indonesia
Super Series dan memperoleh hadiah sebesar Rp 60.000.000. Kemudian, pada bulan Juli
2016 Ahmad Sadikin menjuarai kompetisi tenis yang diselenggarakan oleh PT. Anugerah
Semesta dan memenangkan hadiah sebesar Rp. 20.000.000. Ahmad Sadikin memiliki
NPWP.
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah kompetisi Indonesia Super Series tersebut adalah:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000 +
Rp 4.000.000

l.
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah kompetisi tenis PT. Anugerah Semesta adalah:
5% x Rp 20.000.000 = Rp 1.000.000
Dari contoh ini dapat terlihat bahwa PPh 21 atas penghasilan yang diterima oleh peserta
kegiatan tidak berlaku kumulatif dimana PPh Pasal 21 dipotong setiap kali orang tersebut
menerima penghasilan, bukan atas akumulasi penghasilannya selama 1 tahun sehingga
pemotongan PPh 21 untuk peserta kegiatan berdiri sendiri.
Contoh Kasus 2
Imran Ali merupakan manajer produksi PT. Bintang Gemerlap yang berkedudukan di
Bandung. Guna meningkatkan kualitas kerja pegawai bagian produksi PT. Bintang Gemerlap,
Imran Ali dikirim oleh PT. Bintang Gemerlap untuk mengikuti seminar Meningkatkan Kinerja
dan Produktivitas Karyawan di Jakarta selama 5 hari. Imran Ali mendapatkan uang saku
sebesar Rp.500.000 tiap harinya selama berada di Jakarta.
PPh Pasal 21 yang terutang atas uang saku yang diterima oleh Imran Ali adalah:
5%xRp.2.500.000 (5xRp.500.000)

= Rp.125.000

Contoh Kasus 3
PT. Khazada mengadakan perlombaan penjualan untuk 20 orang pegawai pemasaran. Untuk
lima orang pegawai dengan nilai penjualan tertinggi akan diberikan hadiah masing-masing
sebesar Rp. 20.000.000,00. Mr. Ali (status TK/0 dan ber-NPWP) satu-satunya pegawai
pemasaran yang berhasil mencapai nilai perjualan tertinggi.
-Penghitungan PPh Pasal 21 atas hadiah perlombaan yang harus dipotong oleh PT. Khazada adalah sebagai
berikut:
5%xRp.20.000.000

Rp1.000.000*

*Mr Ali sebagai pegawai tetap juga menerima gaji pokok pegawai sebesar Rp.5.000.000 dan membayar iuran
pensiun Rp.100.000 tiap bulannya. Apabila PT Khazada tidak memperlakukan hadiah lomba sebagai komponen
penghiitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap, maka :
-Penghitungan PPh 21 atas Gaji

Gaji 12 x Rp5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5%xPh bruto)

Rp 60.000.000
Rp3.000.000

Iuran pensiun
Total Pengurang
Ph. Neto setahun
PTKP
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
PPh 21 terutang
5%x Rp.1.800.000
PPh 21 terutang tiap bulannya

Rp1.200.000 Rp 4.200.000 Rp 55.800.000


Rp 54.000.000 Rp 1.800.000
Rp 90.000
Rp 7.500

Dengan demikian PPh 21 yang dipotong atas Gaji dan Hadiah Perlombaan adalah Rp 1.007.500 (Rp1.000.000 +
Rp7.500
)
Namun, apabila PT. Khazada memperlakukan hadiah lomba Mr. Ali sebagai bonus (penghasilan tidak teratur) maka
penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

Gaji 12 x Rp5.000.000,00
Bonus
Pengurang:
Biaya Jabatan (5%xPh bruto)
Rp4.000.000
Iuran pensiun
Rp1.200.000 +
Total Pengurang
Ph. Neto setahun
PTKP
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
PPh 21 terutang 5%x Rp20.800.000
PPh 21 atas gaji setahun
PPh 21 atas bonus:
PPh 21 akhir masa pajak (Rp90.000 : 12) + Rp950.000)

Rp 60.000.000
Rp 20.000.000 +
Rp 80.000.000

Rp 5.200.000 Rp 74.800.000
Rp 54.000.000 Rp 20.800.000
Rp 1.040.000
Rp 90.000
Rp 950.000
Rp 957.500

m.
Kesimpulannya adalah apabila PT. Khazada memperlakukan penghasilan (dalam hal ini
hadiah lomba penjualan) ini sebagai bonus, maka akan terjadi kemungkinan selisih jumlah
PPh 21 sebesar Rp 50.000, (Rp 1.007.500 - 957.500), jika dibandingkan dengan tanpa
memperlakukan hadiah lomba penjualan dalam komponen perhitungan PPh Pasal 21
Pegawai Tetap.

Anda mungkin juga menyukai