Untuk menyederhanakan
pemungut/penagihan dan pengawasan
serta administrasi pemajakan dengan
minimalisasi jumlah pembayar/penunggak
pajak
Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi atau
C. Pemotong PPh Pasal 21 badan
Bendahara atau pemegang kas pemerintah
Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar
lain yang membayar uang pensiun
Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang membayar
honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain
Penyelenggara kegiatan
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepadanya, bekerja dan
bertempat tinggal bersamanya, sepanjang bukan Wni dan di sini tidak
menerima penghasilan lain di luar pekerjaannya
Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud pasal 3(1)(c) UUPPh
yanh ditetapkan MenKeu, sepanjang bukan WNI dan tidak menjalankan
kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
E. Penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 atau Pasal 26
a. Penghasilan teratur dan tidak teratur yang diterima oleh pegawai tetap
b. Penghasilan yang diterima pensiunan secara teratur berupa uang pensiun
atau sejenisnya
c. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
d. Imbalan peserta kegiatan
e. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, bonus, dll yang diterima oleh
mantan pegawai
f. Dan lain-lain
PKP untuk :
1. pegawai tetap
2. penerima pensiun berkala
3. pegawai tidak tetap yang dibayar bulanan atau
kumulatif sebulan lebih dari 2,025 juta
4. bukan pegawai (tenaga ahli)
Jumlah penghasilan yang melebihi Rp. 200 ribtu berlaku untuk pegawai tidak tetap
penerima upah harian, mingguan, satuan/borongan, sepanjang penghasilan
kumulatif sebulan kalender belum melebihi Rp. 2,025 juta
50% penghasilan bruto tenaga ahli pelaku pekerjaan bebas dikurangi PTKP selama
memiliki NPWP
Jumlah penhasilan bruto dengan tarif Pasal 17(1)(a) UUPPh
50% penghasilan bruto untuk setiap imbalan kepada bukan pegawai yang tidak
berkesinambungan
Jumlah penghasilan bruto seutuhnya yang diterima peserta kegiatan
G. Tarif pemotongan pajak
keterangan tarif
Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, dan Tarif progresif-proposional-
pegawai tidak tetap degresif :
5%, 15%, 25%, dan 30%
Pegawai tidak tetap yang memiliki pengasilan bruto 5%
lebih dari Rp. 200 ribu per hari
Penghasilan bruto berupa imbalan kerja, jasa, dan 20% (final)
kegiatan WPOPLN dengan memperhatikan P3B
berlaku
1. Pegawai tetap
2. Penerima pensiun berkala
3. Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
4. Bukan pegawai
5. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan
1. Pegawai Tetap
Pegawai yang menerima penghasilan sejumlah tertentu secara teratur, termasuk
anggota komisaris, anggota dewan pengawas, dan pegawai yang bekerja
berdasarkan kontrak untuk jangka waktu tertentu.
PPh 21 setahun diperoleh dengan menerapkan tarif Pasal 17(1a) UUPPh dikalikan
penghasilan bruto yang telah dikurangi dengan:
• Biaya jabatan 5% dari PB maks Rp 6juta setahun/Rp 500ribu sebulan
• Iuran dana pension, THT dan JHT (Jamsostek) yang dibayar karyawan
• Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
Bagi karyawati kawin, PTKP sebesar untuk dirinya sendiri
Bagi karyawati tidak kawin, PTKP sebesar untuk dirinya sendiri dan keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya
1. Pegawai Tetap
• PTKP 2016
Status PTKP Tahunan (Rp) PTKP Bulanan (Rp) PTKP Harian (Rp)
TK/- 54.000.000 4.500.000 150.000
K/- 58.500.000 4.875.000 162.500
K/1 63.000.000 5.250.000 175.000
K/2 67.500.000 5.625.000 187.500
K/3 72.000.000 6.000.000 200.000
Pasal 21 atas rapel dihitung berdasarkan PPh pasal 21 atas penghasilan baru (termasuk
kenaikannya) disetahunkan kemudian dicari rata-rata bulanannya. Jika rapel itu untuk
masa 5 bulan, maka dari PPh bulanan dari penghasilan baru dikalikan 5 kemudian
dikurangi dengan yang telah dibayar sehingga sisanya merupakan PPh pasal 21 atas rapel.
Arief, status kawin belum punya anak, pada bulan Juni 2016 menerima kenaikan gaji
menjadi Rp 6.000.000 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya
kenaikan gaji, Arief menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000 (kekurangan gaji untuk masa
Januari s.d. Mei 2016). Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih
dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2016 atas dasar
penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Berapa PPh 21 rapel?
c. Pegawai diberikan kenaikan gaji dan berlaku mundur (rapel)
Sebelum kenaikan gaji Setelah kenaikan gaji
Gaji sebulan Rp 5.000.000 Rp 6.000.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5%) Rp 250.000 Rp 300.000
2. Iuran pension Rp 100.000 Rp 100.000
(Rp 350.000) (Rp 400.000)
Penghasilan neto sebulan Rp 4.650.000 Rp 5.600.000
Penghasilan neto setahun Rp 55.800.000 Rp 67.200.000
(-) PTKP (Rp 58.500.000) (Rp 58.500.000)
PKP setahun Rp NIHIL Rp 8.700.000
Joko (tidak kawin) bekerja pada PT Gandaria dengan memperoleh gaji sebesar Rp
6.000.000 sebulan. Pada bulan Maret 2016 Joko memperoleh bonus sebesar Rp
5.000.000 sehingga pada bulan Maret 2016 Joko memperoleh penghasilan berupa
gaji sebesar Rp 2.500.000 dan bonus sebesar Rp 5.000.000. Setiap bulannya Joko
membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000. Berapa PPh 21 atas bonus?
d. Pemberian bonus, gratifikasi, THR, tantiem,
dan penghasilan sekali setahun lainnya
Penghasilan termasuk bonus Penghasilan tanpa bonus
Gaji setahun (12 x Rp 6.000.000) Rp 72.000.000 Rp 72.000.000
Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan bruto Rp 77.000.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5%) Rp 3.850.000 Rp 3.600.000
2. Iuran pension setahun Rp 720.000 Rp 720.000
(Rp 4.570.000) (Rp 4.320.000)
Penghasilan neto setahun Rp 72.430.000 Rp 67.680.000
(-) PTKP (Rp 54.000.000) (Rp 54.000.000)
PKP setahun Rp 18.430.000 Rp 13.680.000
Sulis Wibowo yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Mahakam
Utama di Yogyakarta. Sejak 1 Oktober 2015, yang bersangkutan berhenti bekerja di
PT Mahakam Utama. Sulis Wibowo setiap bulan memperoleh gaji sebesar
Rp4.500.000,00 dan yang bersangkutan membayar iuran pensiun kepada Dana
Pensiun yang pendiriannya telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan
sejumlah Rp 100.000,00 setiap bulan. Selama bekerja di PT Mahakam Utama, Sulis
Wibowo hanya menerima penghasilan berupa gaji saja.
f. WP baru bekerja dalam tahun berjalan
Penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan
Pada bulan September 2017, posisi Abdul diisi oleh Umar. PT Karya Abadi
memberikan gaji setiap bulan sebesar Rp. 7.500.000, mendapat tunjangan BPJS
Ketenagakerjaan JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%, 0,30% dan 3,70% dari gaji pokok.
BPJS Kesehatan sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Umar membayar JHT
sebesar 2% dari gaji pokok dan BPJS Kesehatan sebesar 1%. Umar belum menikah.
Berapa PPh 21 Umar tahun 2017 selama di PT Karya Abadi?
f. WP baru bekerja dalam tahun berjalan
Pajak
per
bulan Gaji (Sep-Des) 4 x Rp 7.500.000 Rp 30.000.000
selama BPJS TK:
tahun JKK (0,24%) Rp 72.000
2017
JKM (0,3%) Rp 90.000
BPJS KES (4%) Rp 1.200.000
Penghasilan bruto Rp 31.362.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x PB) Rp 1.568.100
2. BPJS TK: JHT (2%) Rp 600.000
(Rp 2.168.100)
Penghasilan neto setahun Rp 29.193.900
(-) PTKP (Rp 54.000.000)
PKP setahun Rp NIHIL
f. WP baru bekerja dalam tahun berjalan
Pajak Gaji 12 x Rp 7.500.000 Rp 90.000.000
per BPJS TK:
bulan
JKK (0,24%) Rp 216.000
selama
tahun JKM (0,3%) Rp 270.000
2018 BPJS KES (4%) Rp 3.000.000
Penghasilan bruto Rp 94.086.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x PB) Rp 4.704.300
2. BPJS TK: JHT (2%) Rp 1.800.000
(Rp 6.504.300)
Penghasilan neto setahun Rp 87.581.700
(-) PTKP (Rp 54.000.000)
PKP setahun Rp 33.581.700
PPh 21 setahun Rp 1.679.050
PPh 21 sebulan Rp 139.921
g. Pekerja penerima gaji dalam valas
Gaji sebulan US$ 2.000xRp 11.250 Rp 22.500.000
Jacky adalah seorang Pengurangan:
pegawai tetap
memperoleh gaji pada Biaya jabatan (5%) Rp 1.125.000
bulan Januari 2017 Maksimum diperkenankan (Rp 500.000)
dalam mata uang asing Penghasilan neto sebulan Rp 22.000.000
sebesar US$ 2.000
Penghasilan neto setahun Rp 264.000.000
sebulan. Kurs yang
berlaku untuk bulan (-) PTKP (Rp 63.000.000)
Januari 2017 PKP setahun Rp 201.000.000
berdasarkan Keputusan PPh 21 setahun (5%) 5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
Menteri Keuangan
adalah Rp 11.250 per PPh 21 setahun (15%) 15% x Rp 151.000.000 Rp 22.650.000
US$ 1.00. Jacky PPh 21 setahun Rp 25.150.000
berstatus menikah PPh 21 sebulan Rp 2.095.833
dengan 1 anak.
h. PPh Pasal 21 ditanggung pemberi kerja
Jadul (K/3) pegawai Gaji sebulan Rp 10.000.000
dari PT Modern. Dia Pengurangan:
menerima gaji Rp 1. Biaya jabatan (5%) Rp 500.000
10.000.000 sebulan 2. Iuran pension Rp 150.000 (Rp 650.000)
dan PPh ditanggung
Penghasilan neto sebulan Rp 9.350.000
pemberi kerja. Tiap
bulan membayar iuran Penghasilan neto setahun Rp 112.200.000
pensiun ke dana (-) PTKP (Rp 72.000.000)
pensiun yang telah PKP setahun Rp 40.200.000
disahkan oleh MenKeu PPh 21 setahun (5%) 5% x Rp 50.000.000 Rp 2.010.000
Rp 150.000. PPh 21 sebulan Rp 167.500
PPh Pasal 21 Rp 167.500 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja. Jumlah sebesar Rp167.500,00 tidak dapat
dikurangkan dari PB pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak kepada Jadul. Namun
apabila pemberi kerja adalah WP yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final/berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit), maka kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja ditambahkan
ke dalam penghasilan dari pegawai yang bersangkutan.
i. Pekerja baru memiliki NPWP pada pertengahan tahun
Mulai tahun 2013, Wawan Gaji sebulan Rp 5.500.000
status lajang menjadi Pengurangan:
pegawai tetap PT Makmur
1. Biaya jabatan (5%) Rp 275.000
Sejahtera dengan gaji
sebulan Rp 5.500.000. Ia 2. Iuran pension Rp 200.000 (Rp 475.000)
membayar iuran pension Rp Penghasilan neto sebulan Rp 5.025.000
200.000 kepada lembaga
Penghasilan neto setahun Rp 60.300.000
yang telah disahkan MenKeu,
namun baru memiliki NPWP (-) PTKP (Rp 24.300.000)
pada bulan Juni dan fotokopi PKP setahun Rp 36.000.000
NPWP langsung diserahkan
PPh 21 setahun (5%) 5% x Rp 50.000.000 Rp 1.800.000
kepada pemberi kerja.
PPh 21 sebulan Rp 150.000
Kelebihan pemotongan PPh PPh 21 yang harus dipotong karena belum punya NPWP
21 Jan-Mei Rp 150.000 120% x Rp 150.000 Rp 180.000
diperhitungkan (kompensasi) PPh 21 dipotong selama Jan-Mei 2013 5 x Rp 180.000 Rp 900.000
dengan kewajiban PPh 21 PPh 21 yang seharusnya dipotong jika punya NPWP 5 x Rp 150.000 Rp 750.000
bulan Juni yang jumlahnya
Selisih 20%x5xRp 150.000 Rp 150.000
sama.
2. Penerima Pensiun Berkala
Berlaku tarif Pasal 17 (1a) UUPPh dialian PB setelah dikurangi:
• Biaya pension 5%xPB maks Rp 2.400.000 setahun/Rp 200.000 sebulan
• PTKP
Tahun 2013, Uang pension sebulan Rp 3.000.000
Suryaman kawin Pengurangan:
dengan 2 anak Biaya pension (5%xPB) (Rp 150.000)
masih menjadi Penghasilan neto sebulan Rp 2.850.000
tanggungan, Penghasilan neto setahun Rp 34.200.000
menerima uang (-) PTKP (Rp 21.375.000)
pension secara
PKP setahun Rp 2.825.000
bulanan Rp
PPh 21 setahun 5% x Rp 2.825.000 Rp 141.250
3.000.000
PPh 21 sebulan Rp 11.771
3. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Tahun 2016, PPh 21 atas pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas:
a. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari < Rp 450.000, sepanjang jumlah kumulatif 1 bulan < Rp
4.500.000. Penghasilan sampai Rp 450.000 sehari tidak dipotong PPh 21.
b. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari > Rp 450.000, jumlah kumulatif 1 bulan < Rp 4.500.000.
c. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari > Rp 450.000, jumlah kumulatif 1 bulan > Rp 4.500.000 namun
< Rp 10.200.000.
d. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari > Rp 450.000, jumlah kumulatif 1 bulan > Rp 4.500.000 dan >
Rp 10.200.000.
e. Dibayar bulanan Penghasilan Sehari
Penghasilan Kumulatif
Tarif dan DPP
Sebulan
f. Upah dibayarkan per satuan
< Rp 450.000 < Rp 4.500.000 Tidak ada PPh 21
g. Upah borongan > Rp 450.000 < Rp 4.500.000 5% x (Upah – Rp. 450.000)
h. Upah harian/satuan/borongan < Rp 450.000
> Rp 4.500.000 5% x (Upah – (PTKP/360))
yang diterima tenaga harian lepas > Rp 450.000
dibayarkan secara bulanan < Rp 450.000 Tarif pada Undang-Undang Pajak
> Rp 10.200.000
> Rp 450.000 Penghasilan Pasal 17 ayat (1a)
a. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari < Rp 450.000,
sepanjang jumlah kumulatif 1 bulan < Rp 4.500.000
Upah sehari Rp 450.000
Nurcahyo dengan
(-)Batas upah harian tidak dikenakan pajak (Rp 450.000)
status belum
PKP sehari dan PPh 21 Rp 0
menikah pada
bulan Januari 2016 Upah s.d hari ke-11 (11 x Rp 450.000) Rp 4.950.000
bekerja sebagai (-) PTKP sebenarnya (11 x Rp 54.000.000/360) (Rp 1.650.000)
buruh harian PT PKP s.d hari ke-11 Rp 3.300.000
Cita Indonesia. Ia PPh 21 terutang s.d hari ke-11 Rp 165.000
bekerja selama 10 PPh 21 yang telah dipotong s.d hari ke-10 Rp 0
hari dan menerima PPh 21 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp 165.000
upah harian
Upah bersih hari ke-11 Rp 450.000 – Rp 165.000 Rp 285.000
sebesar Rp
450.000. Berapa Upah sehari Rp 450.000
PPh 21 yang (-) PTKP sehari (Rp 54.000.000/360) (Rp 150.000)
dikenakan? PKP sehari Rp 300.000
PPh 21 terutang Rp 15.000
Upah bersih hari ke-12 Rp 435.000
b. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari > Rp 450.000, jumlah
kumulatif 1 bulan < Rp 4.500.000.
Parno (TK) bekerja Upah sehari Rp 500.000
sebagai buruh harian (-)Batas upah harian tidak dikenakan pajak (Rp 450.000)
di PT Sentosa selama 5
hari dengan upah PKP sehari Rp 50.000
harian Rp 500.000. PPh 21 Rp 2.500
c. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari > Rp 450.000, jumlah
kumulatif 1 bulan > Rp 4.500.000 namun < Rp 10.200.000.
Upah 10 hari kerja Rp 5.000.000
Jika Parno bekerja (-) PTKP (10 x Rp 54.000.000/360) (Rp 1.500.000)
selama 11 hari.
PKP sehari Rp 3.500.000
PPh 21 Rp 175.000
Upah bersih hari ke-10 Rp 500.000-Rp 175.000 Rp 325.000
Pada hari ke-11 dan Upah sehari Rp 500.000
seterusnya (-) PTKP (Rp 54.000.000/360) (Rp 150.000)
PKP sehari Rp 350.000
PPh 21 Rp 17.500
Upah bersih hari ke-10 Rp 500.000-Rp 17.500 Rp 482.500
d. Tidak dibayar bulanan, penghasilan sehari > Rp 450.000,
jumlah kumulatif 1 bulan > Rp 4.500.000 dan > Rp 10.200.000.
Upah sehari Rp 500.000
Woto (TK), (-)Batas upah harian tidak dikenakan pajak (Rp 450.000)
bekerja
PKP sehari Rp 50.000
sebagai
PPh 21 Rp 2.500
buruh harian
di PT Upah 10 hari kerja Rp 5.000.000
Harapan (-) PTKP (10 x Rp 54.000.000/360) (Rp 1.500.000)
selama 25 PKP Rp 3.500.000
hari dengan PPh 21 Rp 175.000
upah harian PPh 21 yang telah dipotong s.d hari ke-9 9 x Rp 2.500 (Rp 22.500)
Rp 500.000. PPh 21 yang harus dipotong pada hari ke-10 Rp 152.500
Upah bersih hari ke-10 Rp 500.000 – Rp 152.500 Rp 347.500
Dasar Dasar
pemotongan pemotongan Tarif PPh Pasal 21
Bulan Jasa dokter
PPh Ps 21 PPh Ps 21 PPh terutang
(PB x 50%) Kumulatif
Januari 30.000.000 15.000.000 15.000.000 5% 750.000
Februari 30.000.000 15.000.000 30.000.000 5% 750.000
Maret 25.000.000 12.500.000 42.500.000 5% 625.000
7.500.000 50.000.000 5% 375.000
April 40.000.000
12.500.000 62.500.000 15% 1.875.000
Mei 30.000.000 15.000.000 77.500.000 15% 2.250.000
Juni 25.000.000 12.500.000 90.000.000 15% 1.875.000
Jumlah 180.000.000 90.000.000 8.500.000
Apabila dokter tersebut tidak memiliki NPWP, maka PPh pasal 21 terutang adalah sebesar 120%
• Tenaga ahli selain dokter yang praktik di rumah sakit
Contoh : seorang arsitek pada Maret 2013 menerima fee sebesar Rp
100.000.000 sebagai imbalan jasa yang dilakukannya. Pada Juli 2013 menerima
pelunasan sisa fee sebesar Rp 50.000.000.
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Dasar Dasar
Tarif
Bulan Penghasilan Bruto Pemotongan PPh Pemotongan PPh PPh Pasal 21 Terutang
PPh
Ps 21 Ps 21 Kumulatif
Maret 100.000.000 50.000.000 50.000.000 5% 2.500.000
*) Dapat dikurang PTKP jika memenuhi syarat Pasal 13(1) dan (2) PER-31, yaitu :
• Telah memiliki NPWP dan hanya peroleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
pemotong PPh pasal 21 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.
• Menyertakan copy NPWP, sedangkan bagi wanita kawin harus menyerahkan copy NPWP
suami, surat nikah serta kartu keluarga
Penghitungan PPh pasal 26 atas WPLN
yang memperoleh penghasilan
sebagian/seluruhnya dalam valas
• Contoh : Kevin Russel berada di Indonesia kurang dari 183 hari dan
memperoleh penghasilan USD 2500 dengan kurs MenKeu Rp
11.500/USD.
• PPh pasal 26 yang dipotong adalah sebesar :
= 20% x (2500 x Rp 11.500)
= Rp 5.750.000
5. Peserta Kegiatan yang Menerima atau
Memperoleh Penghasilan Sehubungan
dengan Keikutsertaannya dalam Suatu
Kegiatan
• peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya
• peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu
• Honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai
tetap pada perusahaan yang sama.
• Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur
yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.
• Penarikan dana pension oleh peserta program pension yang masih berstatus sebagai
pegawai, dari dana pension yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan.
• PPh pasal 21 bagi penerima penghasilan di atas tarif pasal 17 (1)(a) UUPPh
dikalikan dengan penghasilan bruto kumulatif.
Rp 4.000.000
Penerima penghasilan lainnya
• Hononarium atau Imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
anggota dewan komisaris atau dewan pengawasan yang bukan
pegawai tetap diperusahaan yang sama
• Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima oleh mantan pegawai
• Penarikan dana pension bagi pegawai
PPh Pasal 21 Final
• Uang pesangon, uang tebusan pension, THT atau JHT yang dibayar
sekaligus. Berdasarkan PP nomor 68 tahun 2009 :
- Penghasilan bruto sampai dengan 50.000.000.000 = 0%
- Penghasilan bruto diatas 50.000.000.000 sampai dengan
100.000.000.000 = 5%
- Penghasilan bruto diatas 100.000.000.000 sampai dengan
500.000.000.000 = 15%
- Penghasilan bruto sampai dengan 500.000.000.000 = 25%
PPh Pasal 21 Final
• Honorarium dengan imbalan lain dengan nama apapun dengan
dananya dari Keuangan Negara/daerah yang diterima oleh pejabat
Negara. Berdasarkan PP No. 80 tahun 2010, ketentuannya :
Jika yang menjadi beban adalah APBN atau APBD :
Sampai dengan Rp 50.000.000 = 5%
> Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 = 15%
> Rp 250.000.000 sampai dengan Rp Rp 500.000.000 = 25%
> Rp 500.000.000 = 30%
PPh Pasal 21 Final
Jika honorarium atau bentuk imbalan lainnya dari Beban APBN atau
APBD :
- Golongan I dan II , Anggota TNI dan anggota POLRI Golongan pangkat
Tamtama dan Bintara dan pensiunnya = 0% dari jumlah bruto
honorarium atau imbalan lainnya
- PNS Gol. II, Anggota TNI dan anggota POLRI Golongan pangkat
perwira pertama dan pensiunnya = 5% dari jumlah bruto honorarium
atau imbalan lainnya
- Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan anggota POLRI
Golongan pangkat perwira menengah dan perwira Tinggi, dan
pensiunnya = 0% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lainnya
Program Jamsostek
1. Jaminan Kesehatan Kerja (JKK), berdasarkan resiko kecelakaan kerja:
Kelompok I = Premi sebesar 0,24 x gaji sebulan
Kelompok II = Premi sebesar 0,54 x gaji sebulan
Kelompok III = Premi sebesar 0,89 x gaji sebulan
Kelompok IV = Premi sebesar 1,27 x gaji sebulan
Kelompok V = Premi sebesar 1,74 x gaji sebulan