Anda di halaman 1dari 3

Cara penghitungan PPh 21

Bukan Karyawan: Tenaga Ahli, Artis, Agen asuransi atau MLM


1. PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan Memperoleh PTKP, dihitung secara kumulatif
dengan rumus ((50% x Penghasilan Bruto)-PTKP Sebulan) x Tarif Pasal 17.
2. PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan Tidak Memperoleh PTKP, dihitung secara
kumulatif dengan rumus (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17.
3. Dan PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan, dihitung dengan rumus (50% x
Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17.
Dapat disimpulkan bahwa nilai PPh Pasal 21 bagi kelompok Bukan Pegawai adalah sebesar 50% dari
jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP sebulan. Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP
maka akan dikenakan tarif sebesar 20% lebih tinggi.
Bagi Mantan Pegawai
Penghasilan tersebut dapat berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur. Pihak pemotong dana pensiun meliputi badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
Untuk menghitung PPh Pasal 21 bagi Mantan Pegawai, cara penghitungan yang digunakan adalah :
PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto Kumulatif X Tarif PPh Pasal 17
Penghasilan bruto yang sifatnya kumulatif berarti apabila dalam satu tahun kalender yang bersangkutan
Mantan Pegawai tersebut menerima penghasilan lebih dari satu kali, maka penghitungan PPh 21 bagi
penghasilan yang diterima untuk kedua kalinya dan seterusnya ditambah (diakumulasikan) dengan
penghasilan yang diterima sebelumnya. Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan kenaikan tarif
20% lebih tinggi daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP dan jumlah
PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 120%.
Hamdi Chung bekerja pada PT Ortax Indonesia. Pada tanggal 1 Januari 2022 telah berhenti bekerja pada
PT Ortax Indonesia karena pensiun. Pada bulan April 2022 Hamdi Chung menerima jasa produksi tahun
2021 dari PT Ortax Indonesia sebesar Rp65.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah :
5% x Rp60.000.000,00 = Rp. 3.000.000,00
15% x Rp5.000.000,00 = Rp. 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong = Rp. 3.750.000,00
Dewan komisaris
PPh pasal 21 atas honorarium yang diterima Dewan Komisaris/Pengawas dibagi menjadi 2, yaitu Dewan
Komisaris yang merangkap sebagai pegawai tetap, dan yang bukan pegawai tetap. Dewan
Komisaris/Pengawas Perusahaan yang bukan pegawai tetap yang mendapatkan imbalan berupa
honorarium atas penghasilannya yang dikenakan pajak penghasilan (PPh) sesuai dengan tarif pasal 17
ayat (1) huruf a (tarif progresif) UU Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
disebutkan Tarif PPh dikenakan atas tarif pasal 17 kumulatif Penghasilan Bruto yang diperoleh selama 1
tahun kalender. Atas penghasilan honorarium tersebut pada akhir tahun digabung dengan penghasilan
lainnya, dan PPh pasal 21 yang telah dipotong tersebut merupakan kredit pajak.
Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 untuk anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama berupa honorarium atau imbalan
yang bersifat tidak teratur.
Peserta kegiatan
Objek PPh Pasal 21 untuk peserta kegiatan adalah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh oleh
peserta kegiatan. Penghasilan bruto adalah jumlah seluruh penghasilan tanpa dikurangi biaya apa pun.
Penghasilan bruto peserta kegiatan meliputi honorarium, uang saku, tunjangan, biaya transportasi,
akomodasi, dan fasilitas lain yang diberikan kepada peserta kegiatan. Jika peserta kegiatan menerima
atau memperoleh penghasilan dalam bentuk barang atau jasa, maka nilai barang atau jasa tersebut
dianggap sebagai bagian dari penghasilan bruto. Sementara kalau peserta kegiatan menerima atau
memperoleh penghasilan dalam mata uang asing, maka nilai mata uang asing tersebut harus
dikonversikan menjadi rupiah dengan menggunakan kurs pajak pada saat penerimaan
atau penerimaannya.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk peserta kegiatan dilakukan dengan cara mengurangkan penghasilan
tidak kena pajak (PTKP) dari penghasilan bruto peserta kegiatan. PTKP adalah jumlah penghasilan yang
tidak dikenakan pajak sesuai dengan status dan jumlah tanggungan peserta kegiatan.
Jika peserta kegiatan telah memperoleh PTKP dari sumber penghasilan lain, maka PTKP yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto peserta kegiatan adalah sebesar sisa PTKP yang belum digunakan.
diingat, jika peserta kegiatan tidak memiliki NPWP, maka akan dikenakan tarif 20 persen lebih tinggi dari
yang seharusnya. Setelah dikurangi PTKP, penghasilan bruto peserta kegiatan menjadi penghasilan
kena pajak (PKP).
Contoh penghitungan PPh Pasal 21 untuk peserta kegiatan:
Ari Gunawan adalah seorang atlet bulutangkis profesional Indonesia yang bertempat tinggal di Jakarta. Ia
menjuarai turnamen Indonesia Grand Prix Gold dan memperoleh hadiah sebesar Rp 200 juta.
Maka, PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen Indonesia Grand Prix Gold tersebut adalah:
5% X Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% X Rp 140.000.000 = Rp 21.000.000
Rp 3.000.000 + Rp 21.00.000 = Rp 24.000.000

Anda mungkin juga menyukai