Anda di halaman 1dari 4

Jika Neneng Hasanah tidak dapat menunjukkan fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi

surat nikah, dan fotokopi kartu keluarga, dan Neneng Hasanah sendiri tidak memiliki NPWP maka
perhitungan PPh Pasal 21 dilakukan sebagaimana contoh tersebut, tetapi tidak memperoleh
pengurangan PTKP setiap bulan. Selain itu, jumlah PPh Pasal 21 yang terutang sebesar 120% dari PPh
Pasal 21 yang seharusnya terutang dari yang memiliki NPWP sebagaimana penghitungan berikut.

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d. Desember 2016 (dalam rupiah)

disajikan sebagai berikut.

Jika suami Neneng Hasanah atau Neneng Hasanah sendiri telah memiliki NPWP, tetapi Neneng Hasanah
mempunyai penghasilan lain di luar kegiatannya sebagai petugas dinas luar asuransi, maka
penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah sebagaimana contoh. tersebut, tetapi tidak dikenakan tarif
20% lebih tinggi karena yang bersangkutan atau suaminya telah memiliki NPWP.

2. Hitungan 5b, bukan pegawai tidak memiliki NPWP atau memperoleh penghasilan lainnya dari
pemotong PPh Pasal 21/26 atau memperoleh penghasilan lainnya.

PPh Pasal 21 Tarif Pasal 17 PKP

PKP 50% Penghasilan bruto

Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) hurufa.

Tarif ditentukan berdasar PKP kumulatif.

Contoh 5.2

Seseorang bernama dr. Abdul Ghopar. Sp.JP. adalah seorang dokter spesialis jantung yang melakukan
praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah
sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepadanya pada setiap akhir
bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat, ia juga melakukan praktik sendiri di klinik
pribadinya. Dr. Abdul Ghopar, Sp.JP. telah memiliki NPWP dan pada tahun 2016, jasa dokter yang
dibayarkan pasien dari praktiknya di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat sebagai berikut.

b. Jika PT Wahana Jaya tidak memperoleh informasi (berdasarkan dokumen perjanjian) mengenai upah
yang harus dikeluarkan Arif Nugraha atau pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong
PT Wahana Jaya adalah sebesar:

5% x 50% x Rp10.000.000 = Rp250.000 三

c. Jika Arif Nugraha tidak memiliki NPWP, PPh Pasal 21 yang yang harus dipotong PT Wahana Jaya
menjadi: 120% x 5% x 50% x Rp10.000.000 Rp300.000.

Catatan: Untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing pekerja wajib dipotong PPh Pasal 21
oleh Arif Nugraha.

*Hitungan 5*

Pasal 3 huruf (f) dalam PER-32/PJ/2015 menerangkan bahwa termasuk juga dalam kelompok penerima
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang pribadi yang merupakan
peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam suatu kegiatan, antara lain: 1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya 2. peserta rapat,
konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja 3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan
sebagai penyelenggara kegiatan tertentu 4. peserta pendidikan dan pelatihan atau 5. peserta kegiatan
lainnya sejalan dengan itu, Pasal 5 ayat 1 huruf (f) pada PER-32/PJ/2015 menyatakan bahwa penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 adalah imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain
berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Baca selengkapnya di ortax : Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan

https://ortax.org/pajak-penghasilan-pasal-21-bagi-peserta-kegiatan

Penghitungan PPh 21 atas Penghasilan yang Diterima Oleh Peserta Kegiatan Untuk menghitung PPh
Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan, cara penghitungan yang digunakan adalah: Penghasilan yang menjadi
dasar penghitungan PPh 21 bagi Peserta Kegiatan merupakan pembayaran/hadiah/penghasilan yang
bersifat utuh tidak terdapat komponen pengurang yang diberikan seperti PTKP yang digunakan sebagai
pengurang dalam penghitungan PPh 21 bagi pegawai Tetap. Tarif pajak yang diterapkan atas
penghasilan diatur dalam Undang-Undang PPh Pasal 17 ayat (1) bagi Wajib Pajak dalam negeri adalah
sebagai berikut:

Baca selengkapnya di ortax : Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan

https://ortax.org/pajak-penghasilan-pasal-21-bagi-peserta-kegiatan

Bagi peserta kegiatan yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), pemotongan PPh Pasal 21
dikenakan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang memiliki NPWP. Kewajiban Pemotong PPh 21 atas Penghasilan yang Diterima Oleh Peserta
Kegiatan Penyelenggara kegiatan sebagai pemotong pajak harus memenuhi kewajibannya sebagai
berikut: 1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 dan memberikan Bukti Potong kepada penerima
penghasilan. 2. Menyetorkan ke Kas Negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 3. Melaporkan
pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak yang bersangkutan paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

Baca selengkapnya di ortax : Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan

https://ortax.org/pajak-penghasilan-pasal-21-bagi-peserta-kegiatan

Contoh Kasus 1 Ahmad Sadikin merupakan atlet tenis profesional Indonesia yang bertempat tinggal di
Bandung. Pada bulan Februari 2016 Ahmad Sadikin menjuarai kompetisi tenis Indonesia Super Series
dan memperoleh hadiah sebesar Rp 60.000.000. Kemudian, pada bulan Juli 2016 Ahmad Sadikin
menjuarai kompetisi tenis yang diselenggarakan oleh PT. Anugerah Semesta dan memenangkan hadiah
sebesar Rp. 20.000.000. Ahmad Sadikin memiliki NPWP. PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah
kompetisi Indonesia Super Series tersebut adalah: 5% x Rp 50.000.000 15% x Rp 10.000.000 = = Rp
2.500.000 Rp 1.500.000 + Rp 4.000.000 PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah kompetisi tenis PT.
Anugerah Semesta adalah: 5% x Rp 20.000.000 = Rp 1.000.000 Dari contoh ini dapat terlihat bahwa PPh
21 atas penghasilan yang diterima oleh peserta kegiatan tidak berlaku kumulatif dimana PPh Pasal 21
dipotong setiap kali orang tersebut menerima penghasilan, bukan atas akumulasi penghasilannya
selama 1 tahun sehingga pemotongan PPh 21 untuk peserta kegiatan berdiri sendiri.

Baca selengkapnya di ortax : Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan

https://ortax.org/pajak-penghasilan-pasal-21-bagi-peserta-kegiatan

Imran Ali merupakan manajer produksi PT. Bintang Gemerlap yang berkedudukan di Bandung. Guna
meningkatkan kualitas kerja pegawai bagian produksi PT. Bintang Gemerlap, Imran Ali dikirim oleh PT.
Bintang Gemerlap untuk mengikuti seminar “Meningkatkan Kinerja dan Produktivitas Karyawan” di
Jakarta selama 5 hari. Imran Ali mendapatkan uang saku sebesar Rp.500.000 tiap harinya selama berada
di Jakarta. PPh Pasal 21 yang terutang atas uang saku yang diterima oleh Imran Ali adalah:
5%xRp.2.500.000 (5xRp.500.000) = Rp.125.000

Baca selengkapnya di ortax : Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan

https://ortax.org/pajak-penghasilan-pasal-21-bagi-peserta-kegiatan

Anda mungkin juga menyukai