Anda di halaman 1dari 49

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21
PERTEMUAN 4
Learning Outcomes
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
◦Menjelaskan pengertian pajak penghasilan pasal
21
◦Menjelaskan subyek pajak penghasilan pasal 21
◦Menjelaskan obyek pajak penghasilan pasal 21
◦Menghitung PPh pasal 21

2
Definisi
◦Adalah Pajak atas Penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi Dalam Negeri
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang
dibayarkan oleh pemberi kerja/yang memberi
penghasilan.
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun

1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang
pribadi

SPDN SPLN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Pemotong PPh Psl 21
ØPemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium,tunjangan, dan
pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan (yaitu
orang pribadi dan badan)
ØBendaharawan pemerintah dana pensiun yang membayarkan uang pension
ØBadan yang memberi imbalan sehubungan denga jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas
ØPenyelengara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
kegiatan yang diadakan
ØBendaharawan pemerintah Pusat/Daerah
ØDana pensiun, Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), PT Taspen, PT ASABRI
ØPerusahaan, badan dan bentuk usaha tetap
ØYayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa,
organisasi sosial politik dan organisasi lainnya
Bukan Pemotong PPh Psl 21
◦Badan-badan perwakilan negara asing
◦Organisasi-organisasi internasional
Potong, Setor, dan Lapor
Pada saat pembayaran diterima dan/atau diperoleh WP
OP Dalam Negeri yang diberi pekerjaan.
Disetor PPh Psl 21 paling lambat tgl 10 bulan berikutnya
Dilapor SPT PPh 21 lambat tgl 20 Bulan berikutnya
Sanksi
Dendan bunga 2 % kurang/tidak setor
Denda Rp 100 rb per SPT WP yang tidak/terlambat SPT
Subyek PPh Pasal 21
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
◦ Pegawai tetap
◦ Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi jasa, pengelola
proyek, peserta perlombaan, petugas dinas luar asuransi), distributor
MLM/direct selling dan kegiatan sejenis.
◦ Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli
warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.
◦ Penerima honorarium.
◦ Penerima upah
◦ Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai,
dan Aktuaris),
Lanjutan
Penerima Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan,
komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
uTenaga ahli ;
uPemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/ peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya;
uOlahragawan;
uPenasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
uPengarang, peneliti, dan penerjemah;
uPemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan
sosial
Lanjutan
Penerima Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan,
komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
uAgen iklan
uPengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat;
uPembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
uPeserta perlombaan;
uPetugas penjaja barang dagangan;
uPetugas dinas luar asuransi;
uPeserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau
bukan sebagai calon pegawai;
uDistributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya
Bukan Subyek PPh Pasal 21
◦ Penerima Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21
◦ Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang yang bekerja dan bertempat tinggal bersama
mereka, syarat :
◦ Bukan warga negara Indonesia dan
◦ Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
◦ Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Keuangan sepanjang bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
Obyek PPh Pasal 21
üGaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehu-
bungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
ü Penghasilan teratur
ü Penghasilan tidak teratur
ü Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;
ü Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang Tabungan Hari Tua (THT) atau
Jaminan Hari Tua (JHT), dan pembayaran lain sejenis;
ü Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa, dan
pembayaran lain
ü Gaji, gaji kehormatan, tunjangan lainnya yang terkait gaji, uang pensiun
dan tunjangan lainnya yang terkait dengan uang pensiun;
ü Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama
apapun
Penghasilan teratur
◦ Gaji
◦ Uang pensiun bulanan
◦ Upah
◦ Honorarium
◦ Premi bulanan
◦ Uang lembur
◦ Uang sokongan
◦ Uang tunggu
◦ Uang ganti rugi
◦ Tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjungan
khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan
pendidikan anak
◦ Beasiswa
◦ Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja
◦ Penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun;
Penghasilan tidak teratur
uJasa produksi
uTantiem
uGratifikasi
uTunjangan cuti
uTunjangan hari raya
uTunjangan tahun baru
uBonus
uPremi tahunan
uPenghasilan lainnya yang sifatnya tidak tetap
Penghasilan Uang Tebusan
◦Uang tebusan pensiun
◦Uang pesangon
◦Uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua
◦Pembayaran lain sejenis
Bukan Obyek PPh Pasal 21
◦ Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
◦ Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
◦ Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran Jaminan
Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh
pemberi kerja;
◦ Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan
nama apa pun yang diberikan oleh Pemerintah;
◦ Pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.
◦ Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
Kewajiban Pemotong PPh Psl 21
◦ Wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 dan Pasal
26 yang terutang untuk setiap bulan takwim.
◦ Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) ke Kantor Pos atau Bank Persepsi selambatlambatnya tanggal 10
bulan takwim berikutnya.
◦ Wajib melaporkan penyetoran pajak sekalipun nihil dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke KPP KP4,selambat-
lambatnya pada tgl. 20 bulan takwim disertai lapirannya
◦ Apabila terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 21 atau Pasal 26, maka
dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26 yang
terutang pada bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan.
Kewajiban Pemotong PPh Psl 21
◦ Wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, baik diminta
maupun tidak diminta, diberikan pada saat melakukannya
pemotongan pajak kepada orang pribadi atas penerimaan
bukan rutin
◦ Wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 tahunan
(form 1721-A1 atau 1721-A2) kepada pegawai tetap, termasuk
penerima pensiun bulanan dalam waktu 2 (dua) bulan setelah
tahun takwim berakhir.
◦ Pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian
tahun takwim, maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau
1721-A2 ) diberikan selambat-lambatnya satu bulan berikutnya
Mekanisme Pengenaan PPh Pasal 21/26
Dengan
pemotongan
(withholding) PT. X Rp.1.000.000,- Si A
à ditanggung
oleh
penerima
penghasilan
DIPOTONG PKP
PPh Pasal 21 Rp.1.000.000,-

Rp.50.000,-
DITERIMA
Rp.950.000,-

BUKTI POTONG BUKTI POTONG


PPh Pasal 21 PPh Pasal 21
Mekanisme Khusus Pengenaan PPh Pasal 21/26
Ditanggung
oleh PT. X Rp.1.000.000,- Si A
pemberi
penghasil
an
à apabila
disetujui DIKENAKAN PKP
oleh PPh Pasal 21 Rp.1.000.000,-
pemberi misal 5%
penghasil Rp.50.000,-
DITERIMA
an Rp.1.000.000,-

Tidak Ada
BUKTI POTONG
PPh Pasal 21
Hak dan Kewajiban Subyek Pajak PPh Pasal 21
uMemiliki NPWP
uNon NPWP dikenakan kenaikan 20% (120%)
uMendapatpkan PTKP sesui status dalam daftar susunan keluarha
uJumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak, kecuali
PPh Pasal 21 yang bersifat final.
uWajib menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada
pemotong pajak di kantor baru untuk dipindah tugas atau pindah
kerja; atau dana pensiun untuk yang masuk masa pensiun
Pengurangan Penghasilan PPh Pasal 21
◦Biaya jabatan
Ø Diterapkan untuk pegawai tetap
Ø 5 % dari Penghasilan Bruto
Ø Maksimal:
ØRp.6.000.000/ tahun
ØRp.500.000,- / bulan
◦Iuran ke dana pensiun yang terkait dengan gaji
◦Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Biaya Pensiun
Ditanggung oleh pegawai
Ø Syarat:
üPendirian Dana Pensiun telah disahkan oleh Menkeu
ü5% (lima persen) dari penghasilan bruto
üatau maksimum Rp 2.400.000 setahun
üatau Rp 200.000 sebulan.

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)


ØDiri sendiri Rp.54.000.000
ØKawin Rp. 4.500.000
ØTanggungan Rp. 4.500.000
keluarga ( maks 3 orang )
PTKP harian pasal 12 PER-31/PJ./2012:
PMK 101/PMK.010/2016 pasal 12

q PTKP harian Rp.450.000


q Tidak dikenakan PPh 21
q Syarat:
q ≤ Rp.4.500.000
q Tidak dibayarkan secara bulanan/kerja lepas

q Kalau > Rp.4.500.000, maka:


q PTKP sebenarnya ÷ 360 ( x5%)
PTKP Karyawati
◦ PTKP karyawati kawin hanya untuk dirinya sendiri
◦ PTKP Wanita tidak Kawin ditambah dengan keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya
◦ Karyawati dengan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah
setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya
tidak menerima atau memperoleh penghasilan, dapat
diberikan status kawin
◦ PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun takwin.
◦ PTKP pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia,
besarnya PTKP berdasarkan keadaan pada awal bulan dari
bagian tahun takwin.
Penghasilan Kena Pajak
◦ Bagi pegawai tetap , besarnya PKP adalah penghasilan bruto dikurangi
dengan biaya jabatan, iuran pensiun termasuk iuran Tabungan Hari Tua
atau Jaminan Hari Tua dan PTKP;
◦ Bagi penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan, besarnya PKP
adalah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun danPTKP;
◦ Bagi pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai; Besarnya PKP adalah
penghasilan bruto dikurangi dengan PTKP;
◦ Bagi distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya, Besarnya PKP adalah penghasilan bruto setiap
bulan dikurangi dengan PTKP per bulan.
TARIF PPh Pasal 21
uSesuai Pasal 17
uJikaTidak ber NPWP lebih tinggi 20%

u15% atas penghasilan bruto Honorariun (bersifat final) dengan nama


apapun
uDiterima olah Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota
TNI/POLRI
uSumber dana dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah
uKecuali Untuk PNS golongan II d ke bawah dan anggota
TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu kebawah atau
Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.
Tarif PPh Pasal 21

Penghasilan Pasal 17
Upah 5%
Honorarium tenaga ahli 50%
Honorarium PNS, TNI & POLRI 15 % Final
PPh Pasal 26 20 %
Pesangon Tarif khusus
Tarif PPh Pasal 17 WP OP Lama
PKP TARIF

Rp.0 s/d Rp.50 juta 5%


> Rp.50 juta s/d Rp.250 juta 15 %
> Rp.250 juta s/d Rp.500 juta 25 %

> Rp.500 juta 30 %


Tarif PPh UU HPP NO 7 2021
WP OP
PKP TARIF

Rp.0 s/d Rp.60 juta 5%


> Rp.60 juta s/d Rp.250 juta 15 %
> Rp.250 juta s/d Rp.500 juta 25 %
> Rp.500 juta s/d Rp.5 milyar 30 %
> Rp.5 milyar 35 %
Tarif Khusus untuk Pesangon (Final)

Penghasilan TARIF

Rp. 1 s/d Rp.50 juta -


> Rp.50 juta s/d Rp.250 juta 5%
> Rp.250 juta s/d Rp.500 juta 15 %
> Rp.500 juta 25 %
Tenaga Ahli
Pengacara Honorarium Tenaga Ahli
Akuntan § Honorarium → Tarif Pasal 17 WP OP
Arsitek §Tarif Pasal 17 x Penghasilan Neto
Dokter §Penghasilan Neto = 50% P Bruto
Konsultan §Tarif Progresif
Notaris
Penilai
Aktuaris
Kep. Dirjen Pajak
No. 545/PJ/2000
Definisi Pegawai
◦ setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak
tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan
negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah;

Pegawai Tetap
◦ Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja
◦ Menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara
berkala
◦ Termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola
kegiatan perusahaan secara langsung;
Definisi Penghasilan dan Biaya
uTenaga Lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang
pribadi yang bersangkutan bekerja.
uPenerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya
yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan
yang dilakukan di masa lalu, termasuk Tambungan Hari Tua
atau Jaminan Hari Tua.
uPenerima Honorarium adalah orang pribadi yang menerima
atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan,
atau kegiatan yang dilakukan.
uPenerima Upah adalah orang pribadi yang menerima upah
harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.
Definisi Penghasilan dan Biaya

◦ Upah Harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas


dasar jumlah harian kerja.
◦ Upah Mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan
secara mingguan.
◦ Upah Borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan
atas dasar penyelesaian pekerjaan tertentu.
◦ Upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas
dasar banyaknya satuan produk yang dihasilkan.
◦ Honorarium adalah imbalan atas jasa, jabatan, atau kegiatan
yang dilakukan.
◦ Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau
penghargaan yang diberikan melelui suatu perlombaan atau
adu ketangkasan.
Definisi Penghasilan dan Biaya

◦ Magang adalah aktivitas untuk memperoleh pengalaman dan


atau keterampilan dan atau keahlian sehubungan dengan
pekerjaan yang akan dilakukan.

◦ Bea Siswa adalah pembayaran kepada pegawai tetap, tidak


tetap, dan calon pegawai, yang ditugaskan oleh pemberi kerja
untuk mengikuti program pendidikan, baik yang terikat dengan
kontrak atau perjanjian kerja atau tidak mempunyai ikatan
kontrak atau perjanjian kerja

◦ Kegiatan adalah keikutsertaan dalam suatu rangkaian tindakan,


termasuk mengikuti rapat, sidang,seminar, lokakarya
(workshop), pendidikan, pertunjukan, dan olahraga.
Mekanisme Penghitungan
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
•PENGHASILAN BRUTO
Perhitungan PPh Pasal 21
- •BIAYA JABATAN
•IURAN PENSIUN & THT ◦ Bekerja Penghasilan Harian
=

◦ Bekerja Penghasilan Bulanan:


= •PENGHASILAN NETO
◦ Dalam 1 tahun pajak
- •PTKP ◦ Pertengahan tahun pajak berjalan belum
berpenghasilan
= •PKP
◦ Pertengahan tahun pajak berjalan seduah
x •TARIF Pajak HPP WP OP berpenghasilan

= •PPH 21 TERUTANG ◦ Pada bulan Desember


◦ Penghasilan tambahan THR/Bonus
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Bulan Tetap
•Data Penghasilan Pak Kino yang diterima Pada Bulan Januari:
- Belum menikah dan tidak ada tanggungan
- Penghasilan Rp. 7.500.000
•Iuran Pensiun Rp. 600.000 setahun

Bulan Desember Menerima Kenaikan Penghasilan menjadi Rp. 9.000.000


Bulan Desember Menerima THR Rp. 8.000.000
Contoh 1
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Bulanan Tetap
Gaji Bulan Januari 7,500,000
x 12
Perkiaraan setahun 90,000,000
Dikurangi
Biaya Jabatan( 5% x90jt) 4,500,000
Iuran Pensiun 600,000
(5,100,000)
Penghasilan Netto 84,900,000
PTKP (TK/-) (54.000,000)
PKP 30,900,000
Pajak terutang
5% 1,545,000
PPh terutang Januari
dibagi 12 128.750
Contoh 2
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Desember
Gaji sd Nov 7,500,000
dikalikan x 11 = 82,500,000
Ditambah Des 9,000,000
dikalikan x1= 9,000,000
Jumlah Perkiraan setahun 91,500,000
Biaya Jabatan 4,575,000
Iuran Pensiun 600,000
Pengurang Penghasilan (5,175,000)
Penghasilan Netto 86,325,000
PTKP (TK/-) (54,000,000)
PKP 32,325,000
Pajak terutang
5% 1,616,250
Pajak yg sdh disetor Januari sd Nov (1,416,250)
PPh terutang Desember 200,000
Contoh 3
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Menerima THR
Penghasilan Jan Sd Des 91,500,000
THR 8,000,000
99,500,000
Biaya Jabatan 4,975,000
Iuran Pensiun 600,000
Pengurang Penghasilan (5,575,000)
Penghasilan Netto 93,925,000
PTKP (TK/-) (54,000,000)
PKP 39,925,000
Pajak terutang
5% 1,996,250
Pajak disetor Januari sd Des (1,616,250)
PPh terutang THR 380,000
Bekerja dalam Tahun Pajak
◦ Pegawai Pindahan yang sudah berpenghasilan dan sudah
dipotong PPh Pasal 21
◦ Pegawai yang belum berpenghasilan sebelumnya
Contoh 4 dengan tarif lama
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Pindahan

Penghasilan per bulan 20,000,000


Biaya Jabatan 500,000
Iuran Pensiun 200,000
( 700,000)
Netto Sebulan 19,300,000
X6 115,800,000
PTKP (54.000,000)
61,800,000
Terutang : 5% x Rp 500jt = 2.500.000
15% x Rp 11,8jt = 1.770.000
4.270.000
Di bagi 6
PPh Juli 711,666,67
Contoh 4 dengan UU HPP
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Pindahan

Penghasilan per bulan 20,000,000


Biaya Jabatan 500,000
Iuran Pensiun 200,000
( 700,000)
Netto Sebulan 19,300,000
X6 115,800,000
PTKP (54.000,000)
61,800,000
Terutang : 5% x Rp 60jt = 3.000.000
15% x Rp 1,8jt = 270.000
3.270.000
Di bagi 6
PPh Juli 545.000
Contoh 5 tarif lama
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Pindahan
Penghasilan per bulan 20,000,000
Biaya Jabatan 1,000,000
Iuran Pensiun 200,000
(1,200,000)
Penghasilan Neto 18,800,000
dikali 12 225,600,000
PTKP (54,000,000)
171,600,000
Terutang
5% x Rp 50 jt = 2,500,000
15% x Rp 121.600.000 = 18.240.000
20.740.000
Dibagi 6
PPh terutang Juli 3,456.666,67
Contoh 5 UU HPP
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Pindahan
Penghasilan per bulan 20,000,000
Biaya Jabatan 1,000,000
Iuran Pensiun 200,000
(1,200,000)
Penghasilan Neto 18,800,000
dikali 12 225,600,000
PTKP (54,000,000)
171,600,000
Terutang
5% x Rp 60 jt = 3,000,000
15% x Rp 111.600.000 = 16.740.000
19.740.000
Dibagi 6
PPh terutang Juli 3,290.000
Contoh 6
Perhitungan PPh Pasal 21 Upah Harian/Borongan
Upah harian (1 hari):
Upah sehari 220.000
PTKP sehari 150.000
Upah terhutang pajak 70.000
PPh Pasal 21 3.500
Upah harian (>10 hari):
Upah sehari 220.000
Upah 10 hari 2.200.000
PTKP 10 hr (54 jt/360x10) (1.500.000)
Upah terhutang pajak 700.000
PPh Pasal 21 terutang (5%) 35.000

Tidak NPWP dikenakan kenaikan 20%


Contoh 7
Perhitungan PPh Pasal 21 Honorarium Tenaga Ahli
Membayarkan honorarium kepada Dokter tidak tetap dengan jumlah
bruto Rp.10 juta
Perkiraan P Neto = 50% X P Bruto
= 50% X 10 juta
= 5 juta
PPh Pasal 21 = 5% X Perkiraan P Neto
= 5% X 5 juta
= 250.000
Contoh 8
Perhitungan PPh Pasal 21 Honorarium Jasa

Pak Benny seorang penyanyi menerima honorarium Rp 10.000.000

Penghitungan PPh Pasal 21


u5% x 50% x Rp10.000.000) = Rp 250.000,-

Jika tidak memiliki NPWP, penghitungan PPh Pasal 21 :


u(5% x 50% x 120%) x Rp10.000.000,- = Rp 300.000

Anda mungkin juga menyukai