Penghasilan
Pasal 21 & 26
Agenda
PPh 21
PPh 26
Diskusi
2
Pajak
Penghasilan
Pasal 21
Pasal 21 UU PPh
Peraturan Dirjen Pajak
No. PER-16/ PJ/ 2016
Pajak Penghasilan Pasal 21
• Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib
dilakukan oleh:
– pemberi kerja yang membayar gaji, dll sebagai imbalan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
– bendahara pemerintah yang membayar gaji, dll sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
– dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dll;
– badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas; dan
– penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
4
Definisi
Saat Terutang
Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran
atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.
5
Perbedaan Pengenaan
PPh 21 PPh 26
• WP Dalam • Subjek Pajak
Negeri (DN). Luar Negeri
(SPLN).
6
Subjek Pajak
Penerima uang
pesangon, pensiun, Bukan Pegawai
Pegawai. Tunjangan/ Jaminan yang melakukan
Hari Tua (THT/ JHT), pemberian jasa.
termasuk ahli waris.
Anggota Dewan
Komisaris atau
Mantan pegawai. Peserta kegiatan.
Dewan Pengawas
non pegawai.
Subjek Pajak
(Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa)
9
Objek Pajak (1)
10
Objek Pajak (2)
11
Pengecualian Objek
12
Ketentuan Khusus
13
Objek PPh 21 Final
14
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
Dana pensiun,
Pemberi kerja penyelenggara
Bendaharawan
berbentuk OP, jaminan sosial
Pemerintah.
Badan, atau BUT. tenaga kerja, THT,
atau JHT.
15
Pengecualian Pemotong
16
Alur Perpajakan WP OP
17
17
PPh 21 Lebih Bayar
18
Lapisan Tarif
19
Kepemilikan NPWP
Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan tarif
dikenakan persentase 20% lebih tinggi.
Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang
bersifat final.
20
Dasar Pengenaan (1)
21
Dasar Pengenaan (2)
Penghasilan Bruto
• Seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh
dalam suatu periode atau saat dibayarkan.
• Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain
yang telah diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya.
22
Elemen PTKP
23
23
Tata Cara Penghitungan
Bukan
Pegawai Tidak Pegawai
Tetap dan Peserta
Tenaga Kerja Kegiatan
Lepas
Penghasilan di
Akhir Masa Penerima Lain
Kerja Tata Cara
Penghitungan
Penerima Atas
Pegawai Tetap Beban APBN/
APBD
24
Pegawai Tetap (1)
• Diperoleh Penghasilan
Netto
25
Tata Cara Penghitungan (2)
Penghasilan
Netto
• Dikurangi PTKP
• Diperoleh Penghasilan
Kena Pajak
26
Penghasilan Pegawai Tetap
Gaji Pokok
Tunjangan Berkesinambungan
Uang Rapel
Imbalan Tahunan
Natura
27
Perspektif Pemberi Kerja
Memunculkan “Utang
Diakui sebagai PPh 21” di Laporan
“Beban Gaji” di Posisi Keuangan
Laporan Laba Rugi
Pemotongan PPh
21 oleh pemberi
kerja
28
Penghitungan Teknis
• Arbi pada tahun 2017 memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000,00 dan
membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 250.000,00.
• Arbi telah menikah dan memiliki dua orang anak.
• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 dan jurnal yang dibuat pada saat
membayar gaji?
Gaji 6,000,000
6,000,000
Pengurang
Biaya jabatan 300,000
Iuran pensiun 250,000
550,000
Total Penghasilan 5,450,000
Penghasilan setahun 65,400,000
PTKP sendiri 54,000,000
Kawin 4,500,000
Tanggungan 2 9,000,000 67,500,000
Penghasilan Kena Pajak (2,100,000)
Pajak -
1. Pak Beni pada tahun 2020 bekerja pada PT Puspita dengan gaji
Rp20.000.000 per bulan. Iuran pensiun yang dibebankan pada pak
Beni Rp500.000. Jika pak Beni sudah menikah dan punya 2 orang
anak, hitunglah PPh pasal 21 yang dipotong!
2. Pada bulan April 2020 pak Beni menerima SK Kenaikan gaji sehingga
gajinya menjadi Rp25.000.000, yang berlaku mulai Januari 2020.
dengan demikian pak Beni berhak atas uang rapel. Hitunglah PPh
atas uang rapel tersebut.
3. Pada bulan Meri 2020 pak Beni menerima bonus tahunan sebesar
Rp50.000.000. hitunglah PPh pasal 21 atas uang bonus tersebut.
Ilustrasi - Gaji Bulanan
35
Ilustrasi - Gaji Bulanan
36
36
Ilustrasi - Gaji Bulanan
Jawaban : Beban gaji 15.000.000
Tunjangan 1.000.000
Utang PPh 21 685.833
Utang iuran pensiun 900.000
Utang asuransi 600.000
Kas 13.814.167
38
Ilustrasi - Gaji Bulanan
Gaji pokok 10,000,000
Iuran JKKyang dibayar perusahaan 50,000
Iuran JKMyang dibayar perusahaan 30,000
Penghasilan bruto per bulan 10,080,000
(Biaya jabatan) (504,000)
(Iuran JHTyang dibayar karyawan) (200,000)
(iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (400,000) (1,104,000)
Penghasilan netto per bulan 8,976,000
Penghasilan netto setahun 107,712,000
(PTKP)
WPSendiri (54,000,000)
Status Kawin 4,500,000
Tanggungan dua anak 13,500,000 (36,000,000)
Penghasilan Kena Pajak 71,712,000
Pajak terutang setahun
5% x 5.000.000 2,500,000
5% x 21,712,000 3,256,800 5,756,800
Pajak terutang per bulan 479,733
39
39
Ilustrasi - Gaji Bulanan
Jawaban :
Jurnal Pemberi Kerja
Beban Gaji 10.000.000
Beban JKK 50.000
Beban JKM 30.000
Beban JHT 370.000
Beban Dapen 300.000
Utang JKK 50.000
Utang JKM 30.000
Utang JHT 570.000
Utang Dana Pensiun 700.000
Utang PPh 21 479.733
Kas 8.920.267
40
40
Penghasilan Karyawati
41
Bentuk Imbalan Tahunan
42
Penghitungan Teknis
(Menerima Imbalan Tahunan)
Gaji Pokok XXX
Tunjangan, Bonus, Imbalan Bulanan Lain XXX
Iuran JKK, JKM,JPKyang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan sebelumbonus per bulan {x 12} XXX
Penghasilan sebelumbonus setahun XXX
Bonus tahunan XXX
Penghasilan bruto setahun XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THTyang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ
Keterangan:
Imbalan tahunan dapat berupa bonus, tantiem, THR, atau sejenisnya.
43
Dialektika Pajak:
Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (1)
PPh atas imbalan tahunan (bonus, THR, dan sejenisnya) dan uang rapel
{dilambangkan IT} dapat dihitung dengan metode langsung, langkah penghitungan
sebagai berikut.
1. Menghitung pajak terutang semula atas komponen gaji.
2. Menghitung peningkatan PKP {dilambangkan PPKP} dengan acuan
besaran penghasilan bruto semula disetahunkan {dilambangkan PBS}.
a. Selama PBS + IT < Rp 120.000.000,00 maka:
PPKP = 95% x IT.
{Mengingat adanya pengurangan biaya jabatan}
b. Jika PBS < Rp 120.000.000,00 dan PBS + IT > Rp 120.000.000,00
maka:
PPKP = (95% x (120.000.000 – PBS)) + (PBS + IT – 120.000.00).
{Mengingat pengurangan biaya jabatan telah melebihi batas maksimal}
c. Selama PBS > Rp 120.000.000,00 maka:
PPKP = IT.
44
Dialektika Pajak:
Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (2)
3. Membandingkan PKP semula {dilambangkan PKPS} dengan
batas atas PKP lapisan tarif marginal semula {dilambangkan
BATM}.
a. Selama PPKP < (BATM – PKPS) maka:
PPh atas IT = PPKP x Tarif marginal semula
{Mengingat peningkatan PKP tidak mengubah lapisan tarif
marginal}
b. Jika PPKP > (BATM – PKPS) maka:
PPh atas IT = (((BATM – PKPS) x Tarif marginal semula)
+ ((PKPS + PPKP – BATM) x Tarif di atas
lapisan tarif marginal semula))
d. Penghitungan dengan metode langsung ini mengabaikan proses
pembulatan ke bawah terhadap nilai PKP ke nilai ribuan terdekat,
sebab bersifat immaterial.
45
Penghitungan di Masa Pajak Terakhir
Bulan Desember
Bulan terakhir saat pegawai
(Bagi pegawai yang bekerja
berhenti bekerja.
sepanjang tahun)
46
46
Pemindahan Lokasi Tugas
47
47
Penghasilan dalam Mata Uang Asing
48
Pesangon Budi
• Uang Pesangon Rp1. 000.000.000
• 0% x Rp50.000.000 0
• 5% x Rp50.000.000 Rp2.500.000
• 15% x Rp400.000.000 Rp60.000.000
• 25% x Rp500.000.000 Rp125.000.000
Pensiun Pak Budi
• Pend Pensiun Rp5.000.000
• Biaya Pensiun Rp 200.000
– Pend pension bersih Rp4.800.000
Pend pension bersih setahun Rp57.600.000
PTKP Rp67.500.000
Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun
51
51
Pola Pembayaran
52
Penghasilan di Akhir Masa Kerja
Dibayarkan Sekaligus
Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat
berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT, atau JHT.
53
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pesangon: PP No. 68 Tahun 2009)
54
54
Ilustrasi
(Pesangon Diterima Sekaligus)
Abiyasa (berstatus menikah dan memiliki dua anak)
memasuki masa pensiun di akhir bulan Maret 2013, dan atas
pengabdiannya perusahaan hendak membayarkan uang
pesangon secara sekaligus, sebesar 40 kali gaji pokok
terakhir yang dibayarkan. Sesuai slip gaji di bulan Februari,
Abiyasa menerima penghasilan bruto senilai Rp
11.143.000,00 yang di dalamnya tercakup pula komponen
iuran JKK dan JKM yang dibayarkan oleh perusahaan
masing – masing sebesar 1% dan 0,3% dari gaji pokok. Jika
pesangon tersebut baru akan dibayarkan di bulan April 2014,
bagaimanakah perlakuan pemotongan PPh 21 dan berikut
sifatnya? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
55
55
Ilustrasi
(Pesangon Diterima Sekaligus)
Jawaban:
Penghasilan bruto Rp11,143,000.00
Iuran JKKdibayarkan perusahaan (1/ 101.3 x 10,130,000) (Rp110,000.00)
Iuran JKMdibayarkan perusahaan (0.3/ 101.3 x 10,160,000) (Rp33,000.00)
Gaji pokok Rp11,000,000.00
Pesangon dibayarkan Rp440,000,000.00
Pajak terutang
0% x 50,000,000 Rp0.00
5% x 50,000,000 Rp2,500,000.00
15% x 330,000,000 Rp51,000,000.00 Rp53,500,000.00
Pengenaan pajak bersifat final.
Jurnal Beban pesangon 440.000.000
Utang PPh final 53.500.000
Kas 386.500.000
56
56
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Manfaat Pensiun, THT, JHT: PP No. 68 Tahun 2009)
57
57
Ilustrasi
(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)
58
58
Ilustrasi
(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)
Jawaban:
Periode Pembayara Pajak Terutang Kumulatif Sifat
n
Nov ’13 35.000.000 0% x 35.000.000 25.000.000 Final
=0
Apr ’14 60.000.000 0% x 15.000.000 95.000.000 Final
+ 5% x 45.000.000
= 2.250.000
Mei ’15 260.000.00 5% x 260.000.000 355.000.000 Final
0 = 13.000.000
Des ’15 170.000.00 5% x 50.000.000 525.000.000 Tidak Final
0 + 15% x 120.000.000
=20.500.000
59
59
Pensiun Diterima Berkala
Sistematika penghitungan identik pada kasus pegawai tetap, kecuali bahwa biaya
jabatan ditetapkan maksimal Rp 450.000/bulan atau Rp 54.000.000/tahun.
Tarif yang berlaku merupakan tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
60
60
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pengalihan ke Anuitas Seumur Hidup:
Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)
62
62
Tata Cara Penghitungan
Upah H arian, Satuan, Borongan
Upah di k onv ers ik an k e dalam upah
Upah H arian,
harian y angSatuan, Borongan
ekui v al en dengan
kUpah di k onv
etentuan ers ik an k e terk
pengupahan dalam
ai t. upah
harianupah
Atas y angharian
ekui vhas
al enil dengan
k onv ers i,
k etentuan
dik enak an pengupahan
k etentuan tariterk ai t. DPP y ang
f dan
Atases
bers upah
uaian.harian has il k onv ers i,
dik enak an k etentuan tari f dan DPP y ang
bers es uaian.
Upah
Upah
Harian
Harian
yang
yang
Dibaya
Dibaya
rkan
rkan
Bulana
Bulana
n
n
Up
Up
ah
ah
dis
dis
eta
eta
hu
hu
nk
nk
an.
an.
Up
Up
ah
ah
dik
dik
ura
ura
ngi
ngi
de
de
ng
ng
an
an
PT
PT
KP
KP
unt
unt
uk
uk
me
me
mp
mp
ero
ero
leh
leh
PK
PK
P.
P.
Be
Be
rla
rla
ku
ku
tari
tari
ff
um
um
um
um
Pa
Pa
sal
sal
17
17
Ay
Ay
at
at
(1)
(1)
Hu
Hu
ruf
ruf
(a).
(a).
63
63
Penghitungan Teknis
(Upah Harian, Satuan, Borongan)
64
64
Ilustrasi (Upah Harian)
65
Tata Cara Penghitungan
Penghasilan Bukan Pegawai
Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU
PPh.
WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih tinggi.
66
66
Ketentuan Khusus (1)
67
Ketentuan Khusus (2)
68
Tata Cara Penghitungan
69
Bentuk Pembayaran
70
70
Tata Cara Penghitungan
71
Ilustrasi
(Honorarium Komisaris)
Puntadewa merupakan seorang komisaris independen di
suatu perusahaan, tanpa melakukan rangkap jabatan.
Perusahaan membayarkan honorarium kepada setiap
komisarisnya secara periodik per kuartal dengan nominal
tetap senilai Rp 135.000.000,00. Berapakah besar PPh 21
yang seharusnya dikenakan terhadap Puntadewa atas
penghasilan tersebut?
72
Ilustrasi
(Honorarium Komisaris)
Jawaban :
Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif
Kuartal I 135.000.000 5% x 50.000.000 + 15% x 135.000.0
85.000.000 00
= 15.250.000
Kuartal II 135.000.000 15% x 115.000.000 + 25% x 270.000.0
20.000.000 00
= 22.250.000
Kuartal III 135.000.000 25% x 135.000.000 405.000.0
= 33.750.000 00
Kuartal IV 135.000.000 25% x 95.000.000 + 30% x 540.000.0
40.000.000 00
=35.750.000
73
Ilustrasi
(Penarikan Pensiun Pegawai Aktif)
Samiaji, seorang lajang, bekerja sebagai pegawai tetap bagi suatu
perusahaan, dengan menerima penghasilan bulanan yang terdiri atas gaji
pokok senilai Rp 4.000.000,00 dan tunjangan pendidikan anak senilai Rp
500.000,00 per bulan. Samiaji mengikuti program pensiun sejak pertama
kali bekerja di perusahaan, dan di tahun 2013 ia membayarkan iuran
dana pensiun senilai Rp 535.000,00 per bulan.
Samiaji menghadapi kekurangan penghasilan dan melakukan
penarikan dana pensiun yang telah disetorkannya masing – masing
senilai Rp 10.000.000,00 di Bulan Januari, Rp 12.500.000,00 di Bulan
Februari, Rp 17.500.000,00 di Bulan Maret, dan Rp 25.000.000,00 di
Bulan April. Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan
terhadap Samiaji atas penarikan tersebut?
74
Ilustrasi
(Penarikan Pensiun Pegawai Aktif)
Jawaban :
Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif
Januari 10.000.000 5% x 10.000.000 10.000.000
= 500.000
Februari 12.500.000 5% x 12.500.000 22.500.000
= 625.000
Maret 17.500.000 5% x 17.500.000 40.000.000
= 875.000
April 25.000.000 5% x 10.000.000 + 15% x 65.000.000
15.000.000
=2.750.000
75
PPh 21 Terkait APBN/ APBD
Penggunaan
APBN/ APBD, PPh
21 Dipotong
Bendaharawan
76
Pola Pembayaran
77
Tarif Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur
(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)
78
Pencatatan Transaksi PPh 21
79
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Pensiun)
80
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Pensiun)
Jawaban :
a. Beban gaji 3,500,000
Beban tunjangan iuran pensiun 65,000
Kas 3,457,750
Utang iuran pensiun 65,000
Utang PPh 21 42,250
b. Beban gaji 3,500,000
Kas 3,457,750
Utang PPh 21 42,250
c. Beban gaji 3,500,000
Kas 3,392,750
Utang iuran pensiun 65,000
Utang PPh 21 42,250
81
81
Pajak
Penghasilan
Pasal 26
Pasal 21 UU PPh
Peraturan Dirjen Pajak
No. PER-16/ PJ/ 2016
Definisi
Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar negeri
selain BUT.
Cara Pemenuhan
Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui
pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan.
83
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
Badan Pemerintah.
Penyelenggara kegiatan.
84
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan
85
Tarif, Dasar dan Sifat Pengenaan (1)
●
Dividen
●
Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait pengembalian utang.
●
Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan harta.
●
Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan.
●
Hadiah dan penghargaan.
●
Pensiun dan pembayaran berkala lain.
●
Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.
●
Keuntungan atas pembebasan utang.
86
86
Ilustrasi (Penghasilan Bunga)
87
Ilustrasi (Pendapatan Jasa)
88
Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2)
●
Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh Pasal 4 Ayat (2).
●
Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri.
●
Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di tax haven country yang berhubungan istimewa
dengan badan atau BUT di Indonesia.
●
Penghasilan atas Bentuk Usaha Tetap.
●
Dikecualikan dari pengenaan, jika penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.
89
Perkiraan Penghasilan Netto
●
Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi
●
Atas premi dibayar perusahaan asuransi dalam negeri kepada perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto =
10% x Premi
●
Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam negeri kepada perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan
Netto = 5% x Premi
●
Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual
90
Ilustrasi
(Premi Asuransi)
91
91
Ilustrasi
(Premi Asuransi)
Jawaban :
a. Pajak terutang = 20% x (50% x 1.650 x 10.300)
= 20% x 8.497.500
= Rp 1.669.500,00
b. Pajak terutang = 20% x (10% x 1.650 x 10.300)
= 20% x 1.669.500
= Rp 339.900,00
92
92
Ilustrasi (Laba BUT)
PT. Universal merupakan unit BUT yang dimiliki oleh suatu perusahaan
asing. Di tahun 2013, PT. Universal mencatatkan peredaran bruto
sebesar Rp 24.000.000.000,00 serta total biaya operasi dan non operasi
sesuai laporan finansial sebesar Rp 20.350.000,00. Atas pemeriksaan
ulang, nilai tersebut perlu mendapatkan koreksi fiskal positif senilai Rp
2.585.000.000,00. Jika penghasilan BUT seluruhnya dikirimkan kepada
perusahaan induk, berapakah PPh 26 yang seharusnya dipotong
terhadap penghasilan PT. Universal? Bagaimana PT. Universal
melakukan penjurnalan?
93
Ilustrasi (Laba BUT)
Jawaban :
Peredaran bruto Rp 24.000.000.000
Biaya operasi dan non operasi (Rp 20.350.000.000)
Koreksi fiskal positif Rp 2.585.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.235.000.000
Bagian PKP terkena keringanan tarif pasal 31E
= 4.800.000.000/ 24.000.000 * 6.235.000.000
= Rp 1.247.000.000
PPh badan atas penghasilan BUT
= 50% x 25% x 1.247.000.000 + 25% x (6.235.000.000 -
1.247.000.000)
= 12,5% x 1.247.000.000 + 25% x 4.988.000.000
= 155.875.000 + 1.247.000.000
= Rp 1.402.875.000
94
Pak Hary
• Pak Harry menerima pension Rp5.000.000 per bulan. Jika pak Herry
sudah menikah dan punya 2 orang anak. Hitung PPh pasal 21 yang
terutang!
• Penghasilan pension Rp5.000.000
• Biaya Pensiun Rp 200.000
– Penghasilan Bersih Rp4. 800.000
– Peng bersih setahun Rp57.600.000
– PTKP Rp67.500.000
– PKP Rp 0
Ilustrasi (Laba BUT)
Jawaban :
Penghasilan sebelum pajak Rp 6.235.000.000
PPh badan (Rp 1.402.875.000)
Penghasilan setelah pajak Rp 4.832.125.000
PPh 26 atas penghasilan setelah pajak
= 20% x 4.832.125.000
= Rp 966.425.000,00
Jurnal
Income Summary 3.650.000.000
Laba Ditahan 3.650.000.000
96
Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final
Penghasilan
Pengha WPpusat
sila n ka ntor LN
orang
selama pribadi
dari usaha,
terd apat
kegia atau
h ubung
ta n, an
badan
efe
pektif
njualanyang
antara berubah
barang,
BUT den
atau
gan
pe
harta
mbeatau
menjadi rian WP
jasa
kegiata
yang
DN n orang
sumb
serupaer
de nganpeng
pribadi kegiatan
hasilan.
atau BUT.
BUT.
97
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
98
Ilustrasi (Penerimaan Royalti)
Leichi merupakan warga negara China yang memiliki HAKI yang diakui di
dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan HAKI tersebut
dan membayarkan royalti sebesar Rp 195.000.000,00 setiap tahunnya.
Pemerintah Indonesia dan China terikat P3B dengan ketentuan atas
royalti dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia dengan tarif 10%.
Bagaimanakah perusahaan tersebut melakukan penjurnalan?
Jawaban :
Pajak terutang = 10% x 195.000.000
= 19.500.000
Jurnal oleh perusahaan
Beban royalti 195.000.000
Utang pajak 19.500.000
Kas 175.500.000
99
Referensi
100
TERIMA KASIH