Anda di halaman 1dari 48

PEMOTONGAN

PPh Pasal 21

2013
PPh Pasal 21
• Apakah semua pihak yang membayarkan
penghasilan kepada WP OP harus memotong
PPh Pasal 21 ?
• Apakah kalau kita berobat ke Dokter dan
membayar jasanya harus memotong PPh Pasal
21 ?
Dasar Hukum
UU No. 36 Tahun 2008

Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan
PMK No. 252/PMK.03/2008 Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau
Pajak Penghasilan Pasal 26
sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
PER-31/PJ/2009 ORANG PRIBADI

PER-57/PJ/2009

PER-31/PJ/2012
Berlaku 1 Jan 2013
SISTEM
SELF WITHHOLDING
PEMBAYARAN
ASSESSMENT SYSTEM
PAJAK

• Menghitung Pajak Terutang


• Dihitung
• Menyetor
• Dipotong/Dipungut
• Melapor
OFFICIAL • Disetorkan*
SENDIRI Pajak • Dilaporkan*
yang Terutang ASSESSMENT
PIHAK LAIN

PPh Pasal 25/29 • PPh Pasal 21


• PPh Pasal 15
• PPh Pasal 22
• PPh Pasal 4 (2)
• PPh Pasal 23/26
PENGHASILAN

OBJEK BUKAN
PAJAK OBJEK PAJAK

FINAL TIDAK FINAL

PEMOTONGAN DIBAYAR SENDIRI PEMOTONGAN DIBAYAR SENDIRI

Tahun Berjalan ►Kredit Pajak


Tahun Berjalan = Pelunasan Pajak
Akhir Tahun ► PPh Dihitung
Kembali atas seluruh
Penghasilan dalam 1 Tahun Pajak
KEWAJIBAN PAJAK TAHUN
BERJALAN
(CURRENT PAYMENT)

ESTIMATED TAX

WITHHOLDING TAX

Tujuan:
- KELANCARAN KAS NEGARA
- MERINGANKAN BEBAN WAJIB PAJAK
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan
Pembayaran lain dengan nama/bentuk
apapun

1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi

SPDN SPLN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Pemotong PPh Pasal 21/26

• pemberi kerja yang terdiri dari:


a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan
sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit
tersebut.
• bendahara atau pemegang kas pemerintah
• dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan lain
• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang melakukan
pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan
Pemberi Kerja Bukan Pemotong
PPh Pasal 21/26

• Kantor perwakilan negara asing


• Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-
mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas
Penerima Penghasilan yang Dikenakan
PPh Pasal 21/26

• pegawai;

• penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT,


JHT, termasuk ahli warisnya;

• bukan pegawai;

• anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai


pegawai;

• mantan pegawai;
• peserta kegiatan:

– Peserta perlombaan

– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja

– Peserta/anggota kepanitiaan

– Peserta pendidikan, pelatihan dan magang

– Peserta kegiatan lainnya


Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21/26

• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur


• penghasilan penerima pensiun secara teratur
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari
tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati
jangka waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
• imbalan kepada bukan pegawai;
• imbalan kepada peserta kegiatan;
• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
• imbalan kepada mantan pegawai;
• penarikan dana pensiun oleh pegawai.

Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

• Wajib Pajak PPh Final


• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Penghitungan Besarnya
Penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan


an

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan
Penghasilan yang Tidak Dikenakan
PPh Pasal 21/26

• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi


kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi
kerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari
badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf l UU PPh PMK-154/2009
PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak, Masa Pajak terakhir


kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto Selisih antara PPh yang


yang akan diterima selama terutang atas seluruh
setahun, penghasilan kena pajak
 Penghasilan teratur selama setahun dengan PPh
sebulan dikali 12 yang telah dipotong masa-
masa sebelumnya
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Disetahunkan Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan 1. WP OP DN mulai bekerja
Indonesia selamanya; pada tahun berjalan;
2. Orang asing mulai
bekerja di Indonesia 2. WP OP DN pindah kerja
pada tahun berjalan ke pemberi kerja yang
untuk jangka waktu lebih lain
dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai tetap Penerima pensiun


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.
Bruto maks. Rp6.000.000 per Biaya Pensiun, 5% dari pengh.
tahun atau Rp500.000 per bulan Bruto maks. Rp2.400.000 per
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang tahun atau Rp200.000 perbulan
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


PTKP:
PMK 162/PMK.011/2012

Rp24.300.000,-/th Untuk diri Wajib Pajak


Rp 2.025.000,-/bln

Rp2.025.000,-/th Tambahan utk WP Kawin

Rp 168.750,-/bln Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp2.025.000,-/th keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
Rp 168.750,-/bln sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender

Berlaku mulai 1 Januari 2013


PTKP:
2009 s.d 2012

Rp15.840.000,-/th Untuk diri Wajib Pajak


Rp 1.320.000,-/bln

Rp1.320.000,-/th Tambahan utk WP Kawin


Rp 110.000,-/bln
Tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah
Rp1.320.000,-/th semenda dalam garis
Rp 110.000/bln keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Tarif

Sampai dengan Rp 50 juta


5% Sesuai
Pasal 17 ayat
(1) huruf a
UU PPh
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
15%

Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta


25%

Di atas Rp 500 juta 30%


PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 7.000.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 200.000 > 200.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 200.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik

Imbalan kepada Bukan Pegawai yang Bersifat Berkesinambungan adalah imbalan


kepada Bukan Pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu
tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
PPh Pasal 21:
Lainnya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh


dan tidak dipecah
TETAP Ph NETO - PTKP

PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP


TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 200 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) –
PTKP Harian

Ph BRUTO(>7jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto


Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


Ketentuan Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2009 PP 80 Tahun 2010


PPh Pasal 26

Tarif Pasal 26:


20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

akhir bulan dilaku-


Saat dilakukannya kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan
kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos
atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20
hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh
Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21
Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah
Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai
Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum
Mulai Tahun Kalender Berikutnya
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 : Karyawan RS

Gede Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Sehat Alami


sebagai manajer akuntansi dengan gaji sebulan Rp 5.000.000,00
dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Gede
Budiyanta menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan
Juli 2013 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 6.000.000,00
sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya
kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut, Gede Budiyanta
menerima rapel sejumlah Rp 6.000.000,00 (kekurangan gaji
untuk masa Januari s.d. Juni 2013). Pada bulan Oktober 2013
menerima bonus tahunan sebesar Rp 5.000.000,00.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 5.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 5.000.000) Rp 250.000
Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 450.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 4.550.000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 4.550.000,00 ) Rp 54.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 28.275.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 28.275.000,00 = Rp 1.413.750
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 1.413.750,00 : 12 = Rp 117.813
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 6.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 6.000.000) = Rp 300.000
Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 500.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.500.000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 5.500.000,00 ) Rp 66.000.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 39.675.000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 39.675.000,00 = Rp 1.983.750
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 1.983.750,00 : 12 Rp 165.313
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2013 seharusnya adalah :
6 x Rp 165.313,00 Rp 991.875
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2013
6 x Rp 117.813,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 706.878
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 284.997
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus
Gaji setahun (12 x Rp 6.000.000,00) Rp 72.000.000
Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 77.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 77.000.000,00)
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 3.850.000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2.400.000 Rp 6.250.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 70.750.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 44.425.000
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 44.425.000,00 = Rp 2.221.250

PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 1.983.750


PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 237.500
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21: Dokter Spesialis

Dr. Danang Efriliansyah (menikah dan mempunyai 3 anak


kandung) merupakan dokter spesialis kandungan yang bekerja
sebagai pegawai tetap di rumah sakit swasta Sehat Tentrem
dengan gaji tetap sebesar Rp20.000.000,00. Jam praktik dr.
Danang Efriliansyah mulai pukul 8.00 s.d 12.00 selama 5 hari
dalam seminggu. Untuk bulan Agustus 2013 dr. Danang
Efriliansyah menerima pembayaran dari Rumah Sakit Sehat
Tentrem berupa gaji sebesar Rp20.000.000,00 dan menerima
jasa medis sebagai dokter yang bersumber dari pasien sebesar
Rp25.000.000,00. Dokter Danang Efriliansyah membayar iuran
pensiun sebesar Rp200.000,00 setiap bulannya.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Dr sbg Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 20.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 20.000.000=Rp1.000.000)
*Biaya Jabatan dlm sebulan maksimal Rp 500.000,00 Rp 500.000
Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 19.300.000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 4.550.000,00 ) Rp 231.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000
- tanggungan 3 orang Rp 6.075.000 Rp 32.400.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 199.200.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 149.200.000,00 = Rp 22.380.000
Rp 24.880.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 24.880.000,00 : 12 = Rp 2.073.333
Penghitungan PPh Pasal 21 atas jasa medis yang diterima oleh dr. Danang
Efriliansyah dihitung sebagai penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai
yang bersifat berkesinambungan, dengan contoh sbb:

Jasa dokter yg Dasar Pot PPh Dasar Pot PPh PPh Psl 21
Masa/Bulan dibyr Pasien Psl 21 Psl 21 kumulatif Tarif Psl 17 Terutang
Januari 30.000.000 15.000.000 15.000.000 5% 750.000
Februari 25.000.000 12.500.000 27.500.000 5% 625.000
Maret 20.000.000 10.000.000 37.500.000 5% 500.000
April 35.000.000 12.500.000 5% 625.000
5.000.000 55.000.000 15% 750.000
Mei 22.000.000 11.000.000 66.000.000 15% 1.650.000
Juni 38.000.000 19.000.000 85.000.000 15% 2.850.000
Juli 45.000.000 22.500.000 107.500.000 15% 3.375.000
Agustus 25.000.000 12.500.000 120.000.000 15% 1.875.000
September 30.000.000 15.000.000 135.000.000 15% 2.250.000
Oktober 20.000.000 10.000.000 145.000.000 15% 1.500.000
Nopember 40.000.000 20.000.000 165.000.000 15% 3.000.000
Desember 20.000.000 10.000.000 175.000.000 15% 1.500.000
350.000.000 21.250.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas imbalan
yang tidak berkesinambungan

Nashrun Berlianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT


Cahaya Kurnia dengan fee sebesar Rp5.000,000,00

Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:

5% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp125.000,00

Dalam hal Nashrun Berlianto tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh
Pasal 21 yang terutang menjadi sebesar:

120% x 5% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp150.000,00


Tatacara Pemotongan PPh Pasal
21
ATAS

Uang Pesangon
Uang Manfaat Pensiun
THT/JHT Yang Dibayarkan Sekaligus

DIATUR DALAM KETENTUAN YANG


DITETAPKAN KHUSUS
(Pasal 18)
Dasar Peraturan

1. PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 68


TAHUN 2009, Tanggal 16 November 2009

2. PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)


NOMOR 16/PMK.03/2010, Tanggal 25 Januari
2010
Pemotongan PPh Pasal 21 yang
bersifat final
• Dikenakan atas:
– Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan
Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan
sekaligus.
– Pembayaran dianggap sekaligus dalam hal
sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 2 tahun kalender.
Pemotongan PPh Pasal 21 Tidak
Bersifat final
• Apabila bagian Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang sebagian
atau seluruh pembayarannya seharusnya dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 2 tahun kalender namun
terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan
tahun-tahun berikutnya maka pemotongan PPh Pasal 21
tidak bersifat final serta dapat dijadikan kredit pajak.
Pemotongan PPh Pasal 21
ATAS

Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,


Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua
yang dibayarkan sekaligus
Pembayaran dalam Pembayaran dalam
2 tahun kalender Tahun ke-3 dan seterusnya

PPh 21 Final PPh 21 tidak


Final
Tarif PPh Pasal 21 Final
1. Uang Pesangon
No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d. Rp 50 juta 0%
2. Di atas Rp50 juta s.d. Rp 100 juta 5%
3. Di atas Rp100 juta s.d.Rp500 juta 15%
4. Di atas Rp500 juta 25%
2. Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
atau Jaminan Hari Tua
No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d. Rp 50 juta 0%
2. Di atas Rp50 juta 5%
Tarif diterapkan atas jumlah kumulatif penghasilan
dalam 2 tahun kalender
Contoh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
dipotong atas penghasilan berupa Uang Pesangon dengan
jumlah Rp 175.000.000,00.
Penghasilan bruto Rp 175.000.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :


0% x Rp50.000.000,00 = RP 0,00
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp75.000.000,00 = Rp 11.250.000,00 (+)
______________
Rp13.750.000,00
TERIMA KASIH
MATUR SUKSMA
YAYASAN WIDYA DEWATA
Pusat Pelatihan Perpajakan & Keuangan
wdtaxcentre@gmail.com
Telp. 0361 257647

Anda mungkin juga menyukai