Anda di halaman 1dari 12

RESUME

AKUNTANSI PERPAJAKAN

KELAS 3B AKUNTANSI

Dosen Pengampu : Ulfa Rahmawati, S.E., M.Sc

Nama : Dinda Puspita N

NPM : 213209039

PRODI AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI MADIUN

2022/2023
BAB 4
PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pemberi kerja
2. Bendahara dan pemegang kas pemerintah
3. Dana pensiun
4. Orang pribadi pembayar honorarium
5. Penyelenggara kegiatan

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 terdiri dari:

1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:
 pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan
aktuaris.
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, dan lain sebagainya.
 Olahragawan.
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama juga merupakan Wajib Pajak PPh
Pasal 21.
5. Mantan pegawai

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk


melakukan pemotongan pajak adalah :

1. Kantor perwakilan negara asing.


2. Organisasi-organisasi internasional yang ketentuan Pajak Penghasilannya
didasarkan pada ketentuan perjanjian internasional dan dalam perjanjian
internasional tersebut mengecualikan kewajiban pemotongan pajak, serta
organisasi-organisasi dimaksud telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Hak dan kewajiban Pemotonng Pajak

Hak pemotong Pajak

a) Pemotong Pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh Pasal 21 yang
terjadi karena jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam 1 tahun takwim lebih
kecil daripada jumlah PPh Pasal 21 yang telah disetor.
b) Pemotong Pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT PPh Pasal 21.
c) Pemotong Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak
dan permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.

Kewajiban Pemotong Pajak

1. Pemotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong, menyetorkan, dan
melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untu setiap bulan takwim.
3. Pemotong PPh Pasal 21 membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh
Pasal 21 untuk masing-masing penerima penghasilan yang menjadi dasar
pelaporan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib
menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan
memberikan bukti pemotongan tersebut kepada penerima penghasilan yang
dipotong pajak.
5. Pemotongan PPh Pasal 21 yang harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal
21 atas pemotongan PPh Pasal 21 selain pegawai tetap dan penerima pension
berkala, serta bukti pemotongan setiap kali melakukan pemotongan PPh Pasal
21.
6. Pemotongan PPh Pasal 21 wajib melaporkan pemotongn dan penyetoran PPh
Pasal 21 untuk setiap Masa Pajak yang dilakukan melalui penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak Tempat
pemotong PPh Pasal 21 terdaftar, paling lama 21 hari setelah Masa Pajak
berakhir.

Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, pensiun, atau manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
denga pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
4. Peserta kegiatan yng menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.

Tidak termasuk Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

 Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat


• Bukan WNI
• Tidak menerima/memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia
• Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
Pejabat perwakilan organisasi internasional
• Bukan WNI
• Tidak menjalankan usaha/melakukan kegiatan/pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia

HAK DAN KEWAJIBAN PAJAK

Hak-Hak Wajib Pajak PPh Pasal 21


1. Wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada pemotong
pajak. Jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dapat dikreditkan dari pajak
penghasilan untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang
bersifat final.
2. Wajib Pajak berhak untuk mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jendral
Pajak.
3. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam
Bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada Badan Peradilan Pajak
terhadap keputusan yang ditetapkan DJP.

Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21

1. Wajib Pajak berkewajiban membuat surat pernyataan yang berisi jumlah


tabungan keluarga awal tahun kalender dan wajib menyerahkannya kepada
Pemotong PPh Pasal 21 pada saat mulai bekerja atau mulai pensiun.
2. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga, Wajib Pajak berkewajiban
membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada Pemotong PPh
Pasal 21 paling lama sebelum tahun kalender berikutnya.
3. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 21.
4. Wajib pajak berkewajiban memasukkan SPT Tahunan, jika Wajib Pajak
memiliki NPWP.
5. Wajib Pajak berkewajiban memasukkan SPT Tahunan, jika Wajib Pajak
mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

1. Penghasilan bagi Pegawai Tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur
maupun tidak teratur
2. Penghasilan bagi Penerima Pensiun secara teratur, dapat berupa uang pensiun
atau penghasilan serupa
3. Penghasilan bagi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pensiun yang
diterima secara sekaligus, dapat berupa uang pesangon, tunjangan/jaminan hari
tua, uang manfaat pensiun, serta pembayaran lain sejenisnya
4. Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, dapat berupa
upah satuan, upah borongan upah harian, upah mingguan, atau upah bulanan
5. Penghasilan bagi Bukan Pegawai, dapat berupa honorarium, upah, komisi dan
imbahan serupa
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, dapat berupa uang saku, uang rapat,
honorarium, hadiah, uang representasi, atau penghargaan sejenis dengan nama
dan dalam bentuk lainnya.
7. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 termasuk pula penerimaan dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

Tidak termasuk Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

1. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi


sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia.
5. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai

1. Pegawai Tetap

Dalam menghitung PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap perlu diperhatikan rumus
perhitungannya, yaitu :

Penghasilan Bruto :
Gaji sebulan Rpxxxxx
Tunjangan dan honorium Rpxxxxx
Premi asuransi yang dibayarkan pemberi kerja Rpxxxxx
Penghasilan bruto Rpxxxxx
Pengurangan :
Biaya jabatan
(5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp500.000 per bulan) Rpxxxxx
Iuran pensiun yang dibayarkan oleh penerima penghasilan Rpxxxxx
Penghasilan neto sebulan Rpxxxxx
Penghasilan neto setahun (12 x penghasilan neto sebulan) Rpxxxxx
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Rpxxxxx
Penghasilan kena pajak Rpxxxxx

PKP X Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh = PPh Pasal 21 setahun

CONTOH SOAL :
Pak Kelik seorang karyawan swasta yang mulai bekerja di PT AAA pada
bulan Januari 2021 dengan status menikah dan mempunyai dua orang anak.

Gaji pokok Pak Kelik sebesar Rp10.000.000 per bulan dengan tambahan
tunjangan pada bulan Januari 2021 dari perusahaan sebagai berikut:

1. Tunjangan Lembur = Rp1.000.000


2. Tunjangan Komunikasi = Rp300.000
3. Tunjangan Transportasi= Rp500.000
Januari 2021
– Gaji Pokok = Rp10.000.000
– Tunjangan Lembur = Rp1.000.000
– Tunjangan Komunikasi = Rp300.000
– Tunjangan Transportasi = Rp500.000 (+)
Penghasilan dari pemberi kerja = Rp11.800.000
Jaminan yang dibayar oleh pemberi kerja:
– Jaminan Kesehatan (4%) = Rp472.000
– JKK (0,24%) = Rp28.320
– JKM (0,3%) = Rp35.400
– JHT (3,7%) = Rp436.600
– Jaminan Pensiun (2%) = Rp236.000 (+)
Penghasilan Bruto Per Bulan = Rp13.008.320
Pengurang:
– Biaya Jabatan (5% x Penghasilan Bruto) Maksimal Rp500.000
=Rp500.000
– Jaminan Kesehatan (1%) dari Penghasilan dari pemberi kerja
= Rp118.000
– JHT (2%) = Rp236.000
– Jaminan Pensiun (1%) = Rp118.000 (-)
Penghasilan Neto Per Bulan = Rp12.036.320
Penghasilan Neto Per Tahun:
– Rp12.036.320 x 12 bulan = Rp144.435.840
PTKP (K/2) = Rp67.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak = Rp77.435.840
PPh Terutang:
– 5% x Rp60.000.000 = Rp3.000.000
– 15% x Rp17.435.840 = Rp2.615.376 (+)
PPh Terutang setahun = Rp5.615.376
PPh Terutang Januari 2021 = Rp5.615.376 / 12 bulan = Rp467.948

Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tidak Tetap


 PPh Pasal 21 Pegawai Tidak tetap yang upahnya dibayarkan secara
bulanan
Penghasilan bruto setahun – PTKP = Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak x Tarif Pajak = PPh Pasal 21 setahun
PPh Pasal 21 setahun : 12 = PPh Pasal 21 sebulan
 Cara menghitung untuk Upah Bulanan
Dewi sudah menikah tapi belum memiliki anak bekerja pada agensi
periklana dengan dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan
Januari 2020, Dewi hanya bekerja 20 hari dengan upah sehari sebesar Rp
250.000.Jadi berapa PPh Dewi di bulan Januari?

Berikut cara hitungnya:

Upah Januari 2016: 20 x Rp 250.000 = Rp 5.000.000


Penghasilan neto setahun: Rp 5.000.000 x 12 = Rp 60.000.000
PTKP K/0 = (Rp 58.500.000)
PKP: Rp 60.000.000 – Rp 58.500.000 = Rp 1.500.000
PPh 21 terutang setahun: 5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
PPh 21 terutang sebulan: Rp 75.000 / 12 = Rp 6.250

 PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap yang upahnya dibayarkan secara


harian/mingguan/borongan/satuan.
1) Upah harian belum melebihi Rp450.000 dan jumlah kumulatif yang
diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum
Rp4.500.000, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong
2) Upah harian lebih dari Rp450.000, tetapi jumlah kumulatif yang diterima
dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp 4.500.000
PPh Pasal 21 = (Upah harian – Rp450.000) x 5%
3) Penghasilan bruto sebulan melebihi Rp4.500.000, tetapi tidak lebih dari
Rp10.200.000
PPh Pasal 21 = (Upah harian – PTKP sehari) x 5%
4) Penghasilan bruto sebulan lebih dari Rp10.200.000
PPh Pasal 21 = [(Penghasilan bruto setahun – PTKP) x Tarif pajak] : 12

CONTOH SOAL :

Hendra dengan status belum menikah pada bulan Maret 2020 bekerja
pada perusahaan PT Dana Jaya dan menerima upah sebesar Rp 650.000
per hari. Berapa PPh 21 nya?

Berikut cara hitungnya:

Upah sehari > Rp 450.000: Rp 650.000 – Rp 450.000 = Rp


200.000

PPh 21 harian: 5% x Rp 200.000 = Rp 10.000

Pada hari ke-7, Hendra telah menerima penghasilan sebesar Rp


4.550.000 sehingga sudah lebih dari Rp 4.500.000, maka PPh 21 pada
bulan Maret:

 Upah s/d hari ke 7: 7 x Rp 650.000 = Rp 4.550.000


 PTKP sebenernya: 7 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.050.000)
 PKP = Rp 3.500.000

PPh 21 terutang: 5% x Rp 3.500.000 = Rp 175.000

PPh 21 yang dipotong s/d hari ke 6: 6 x Rp 10.000 = (Rp 60.000)

PPh 21 yang dipotong hari ke-7: Rp 115.000

Sehingga pada hari ke 7, Hendra menerima upah bersih sebesar:

Rp 650.000 – Rp 115.000 = Rp 535.000

Maka jumlah PPh 21 per hari Hendra yang dipotong sejak hari ke-8 dan
seterusnya adalah sebesar:

Upah sehari: Rp 650.000


PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)

PKP = Rp 500.000

PPh 21 terutang: 5% x Rp 500.000 = Rp 25.000

 Cara Hitung untuk Upah Mingguan dan Upah Satuan :

Glen adalah seorang karyawan (belum menika). Pada bulan Januari


2020, Glen bekerja sebagai tenaga kerja harian PT Elektronik Cermat
dan mendapat upah Rp 125.000 untuk per jumlah unit TV yang dapat
diselesaikan.

Dalam satu minggu (6 hari kerja) dia menyelesaikan 24 buah TV dengan


total upah Rp 3.000.000. Jadi, berapa PPh 21 yang dikenakan pada Glen?

Berikut cara hitungnya:

 Upah per hari: Rp 3.000.000 / 6 = Rp


500.000
 Upah di atas Rp 450.000: Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000
 PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000

 Cara Hitung untuk Upah Borongan

Doni mengerjakan sebuah event tahunan dengan upah borongan sebesar


Rp 950.000, pekerjaan yang diselesaikan dalam 2 hari. Berapa PPh
21nya?

Upah borongan sehari: Rp 950.000 / 2 = Rp 475.000


Upah di atas Rp 450.000: Rp 475.000 – Rp 450.000 = (Rp 25.000)
PPh 21 terutang: 2 x (5% x Rp 25.000) = Rp 2.500
Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan

PPh Pasal 21 bagi peserta kegiatan =

Penghasilan bruto x Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Bukan Pegawai


1. Menerima atau memperoleh penghasilan yang tidak bersifat
berkesinambungan
2. Memiliki NPWP dan menerima atau memperoleh penghasilan hanya
dari satu pemberi yang bersifat berkesinambungan.

PPh Pasal 21 = [ 50% x Penghasilan bruto ] x Tarif Pajak

DPP = ( 50% x Penghasilan bruto sebulan – PTKP per


buln) kumulatif
PPh Pasal 21 sebulan = DPP x Tarif Pajak

3. Tidak memiliki NPWP dan memperoleh penghasilan yang bersifat


berkesinambungan dan mempunyai penghasilan lain.

DPP = ( 50% x Penghasilan bruto sebulan) kumulatif


PPh Pasal 21 sebulan = DPP x tarif pajak

Anda mungkin juga menyukai