Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

Apa tujuan PSAK 46


Tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan?

Mengatur perlakuan akuntansi untuk Pajak Penghasilan, yaitu cara


mempertangunggjawabkan konsekuensi pajak pada periode
berjalan dan periode mendatang untuk:
 Nilai tercatat aset yang diakui pada neraca perusahaan atau
pelunasan nilai tercatat yang diakui pada neraca berjalan
 Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode
berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan
Penghasilan

Apa Penghasilan
tersebut?

Penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan


ekonomis, yaitu:
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan.
2. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja
dan pekerjaan bebas.
3. Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak
ataupun harta tak gerak.
4. Penghasilan lain-lain (pembebasan utang, hadian,
dan lain-lain
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Apa PTKP itu?

1. Untuk diri Wajib Pajak sebesar Rp


54.000.000
2. Tambahan untuk WP kawin sebesar
Rp 4.500.000
3. Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabungkan suami sebesar Rp
54.000.000
4. Tambahan untuk tanggungan (maksimal 3
anak) sebesar @Rp 4.500.000
Tarif Pajak Penghasilan

Bagaimana Tarif Pajak


Penghasilan WP Pribadi?

Lapisan PKP Tarif Pajak


s/d Rp 60.000.000,00 5%
Lebih 60.000.000s/d 250.000.000 15%

Lebih 250.000.000 s.d Rp 25%


500.000.000
Lebih 500.000.000-5 M 30%
Lebih 5 M 35%
Tarif Pajak Penghasilan

Bagaimana Tarif Pajak


Penghasilan WP Badan?

Lapisan PKP Tarif Pajak


Jika omzet < 50 M 11% sisa 22%

Mu;ai tahun 2022 Yang terbaru


hanya 22 %
Contoh

Omzet Rp 60.000.000.000 Jumlah PKP WP Badan Rp


120.000.000,00. Pajak Penghasilan terutang adalah:
22%X120.000.000
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak

Bagaimana caranya?

Pajak Terutang = Tarif X Penghasilan Kena Pajak

Tarif yang dapat digunakan adalah


 Tarif Umum (UU Pasal 17 tentang PPh)
 Tarif Khusus (tarif yang ditetapkan dengan PP,
tarif pajak final)
 Tarif Sesuai UU (selain UU Pasal 17, ada Pasal
23= 15%, Pasal 26= 20%)
Penghitungan Pajak Terutang

Data PT. Amarta yang berasal dari laporan keuangan sehingga dapat dihitung PPh yang
terutang:
Peredaran Bruto Rp 900.000.000,00
Biaya fiskal 300.000.000,00 (-)
PKP Rp 600.000.000,00
PPh Terutang: 22%X600.000.000

+
Total PPh Terutang Rp 132.000.000
Kredit Pajak:
PPh Pasal 22 = Rp 12.500.000,00
PPh Pasal 23 = 4.000.000,00
PPh Pasal 24 = 30.000.000,00 +
PPh Pasal 25 42.000.000,00 88.500.000
PPh Kurang Bayar
kurang bayar ( PPh pasal 29) Rp 43.500000,00
Penggabungan Penghasilan

Bagaimana
caranya?

Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin


pada awal tahun atau bagian tahun pajak dan kerugiannya yang
berasal dari tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan,
dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suami dan
dikenakan PPh sebagai kesatuan.

Penggabungan tidak dilakukan jika penghasilan istri diperoleh


dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah dipotong pajak.
Ketentuannya adalah:
1. Penghasilan istri tersebut semata-mata diperoleh dari satu
pemberi kerja.
2. Penghasilan istri berasal dari pekerjaan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami
Pemisahan Penghasilan

Bagaimana
caranya?

Pemisahan penghasilan dilakukan dalam hal


penghasilan istri diperoleh dari pekerjaan sebagai
pegawai yang telah dipotong oleh pemberi kerja.
Ketentuannya:
1. Penghasilan istri tersebut semata-mata diperoleh
dari satu pemberi kerja.
2. Penghasilan istri berasal dari pekerjaan yang tidak
ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan
bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Natura/Kenikmatan

Bagaimana perlakuan
pajaknya?

 Bagi pihak pemberi kerja pemberian natura atau


kenikmatan lainnya (rumah dinas) tidak dapat
dibiayakan.
 Bagi pekerja natura juga tidak dianggap sebagai
penghasilan.
Contoh

Tuan Yamin berstatus kawin mempunyai 3 orang anak, bekerja pada


PT. Nirwana dengan gaji Rp 900.000,00 sebulan dan diberikan
tunjangan pajak Rp 5.000,00 serta iuran pensiun yang dibayar
Tuan Yamin Rp 12.000,00 sebulan ke Yayasan Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menkeu.

Gaji sebulan Rp 900.000,00


Tunjangan Pajak 5.000,00
PPh Pasal 21 terutang 12.775,00
Iuran Pensiun terutang 12.000,00
Jurnal

Saat Pembayaran Gaji


Debit Gaji Tuan Yamin Rp 900.000,00
Debit Tunjangan pajak 5.000,00
Kredit PPh Pasal 21 terutang Rp 12.775,00
Kredit Iuran pensiun terutang 12.000,00
Kredit Kas dan Bank 880.225,00

Saat penyetoran PPh Pasal 21 dan Iuran Pensiun

Debit PPh Pasal 21 terutang Rp 12.775,00


Debit Iuran pensiun terutang 12.000,00
Kredit Kas dan Bank Rp 24.775,00
Jurnal

Saat pembebanan biaya atas tunjangan pajak

Debit Saldo laba Rp 5.000,00


Kredit Tunjangan pajak Rp 5.000,00
Sifat Pemotongan PPh Pasal 21

Apa sih sifatnya PPh Pasal


21?

 Pemotongan PPh Pasal 21 bersifat tidak final,


pembayaran pendahuluan.
 Pemotongan PPh Pasal 21 bersifat final, artinya
PPh Pasal 21 yang telah dipotong oleh pemberi
kerja tidak digunakan sebagai pembayaran
pendahuluan atau kredit pajak.
PPh Pasal 21 Final
Macam apa PPh Pasal 21
final?

1. Uang tebusan pensiun yang dibayarkan dana pensiun yang


pendiriannya disahkan oleh Menkeu.
2. THT atau tabungan hari tua yang dibayarkan sekaligus
oleh badan penyelenggara JAMSOSTEK
3. Uang pesangon
4. Hadiah atau penghargaan perlombaan
5. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja
barang dan petugas dinas luar asuransi
6. Penghasilan yang dibayarkan kepada Pejabat Negara, PNS
(selain Gol. IId ke bawah), anggota TNI/Polri (berpangkat
Letnan Satu ke bawah), yang dibebankan ke APBN/D
berupa honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur,
dll (15%)
Tarif Pajak Penghasilan

No. Tarif Penghasilan Sebagai Dasar Pengenaan Pajak


1. TUP-Pasal 17 Penghasilan bruto berupa komisi yang diterima oleh agen WP
(Tidak Final) Orang Pribadi atau Orang Pribadi dalam negeri.
2. Tarif 15% Perkiraan hasil neto berupa:
(Final) a. Honorarium tenaga ahli
b. Imbalan jasa teknik, jasa manajemen dan jasa konsultan
c. Imbalan jasa perancang bangunan, interior, pertamanan
d. Imbalan jasa akuntan dan pembukuan
e. Imbalan jasa penebangan
f. Imbalan jasa pembasmian hama dan pembersihan
g. Imbalan jasa konstruksi

3. Tarif 10% Penghasilan bruto berupa komisi yang diterima oleh para
(Final) penjaja dagangan dan petugas dinas luar asuransi
Kredit Pajak
Apa yang dimaksud dengan
Kredit Pajak?

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang sudah dipotong, terdapat


juga yang bersifat tidak final dan dapat diperlakukan
sebagai kredit pajak atau pengurang atas pajak
penghasilan yang terutang pada akhir tahun.
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pemberi kerja, yang
bersifat tidak final dan dapat diperlakukan sebagai
kredit pajak bisa didasarkan pada:
1. Penghasilan bruto
2. Perkiraan Penghasilan neto
3. Penghasilan kena pajak (PKP)
CONTOH PPh Final

Seorang Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang belum menikah
memperoleh PKP sebesar Rp 250 juta dalam tahun pajak 2002.
Di samping itu, sebagai petugas dinas luar pada perusahaan asuransi, ia
memperoleh atau menerima penghasilan berupa honorarium-neto
sesudah dipotong PPh Pasal 21 sebesar Rp 81 juta (100%-10% X 90
juta).
Jurnal

Metode Neto
Debit Kas Rp 81.000.000,00
Kredit Penghasilan Honorarium Rp 81.000.000,00

Metode Bruto
Debit Kas Rp 81.000.000,00
Debit Pajak Penghasilan Pasal 21-Final 9.000.000,00
Kredit Penghasilan Honorarium Rp 90.000.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21

Sifat Pajak Penghasilan


No. Penghasilan Obyek Pajak Total
TUP
1. Penghasilan Kena Pajak Rp 340.000.000 Rp 90.000.000 Rp 250.000.000

2. Kurang Pajak Penghasilan:


Tarif – 5%x60.000.000 0 1.250.000
Tarif – 15%x 190.000.000 0 2.500.000
Tarif 25% x 90.000.000 0 7.500.000
Tarif – 30% 0 25.000.000
Tarif – 35% 0 17.500.000

Jumlah Pajak Penghasilan

3. Penghasilan Sesudah Pajak Rp 277.250.000 Rp 81.000.000 Rp 196.250.000


CONTOH PPh Tidak Final

Pemilik toko Setia Kawan (WP Orang Pribadi dalam negeri) adalah salah
satu agen penjualan obat-obatan hasil produksi PT. Jogya Pharma.
Dalam tahun 2003, ia memperoleh PKP (penghasilan bruto minus biaya
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan serta
PTKP) sebesar Rp 500 juta termasuk di dalamya penghasilan bruto
berupa komisi dari PT. Jogya Pharma sebesar Rp 300 juta (POP
bersifat tidak final).
Asumsi yang ada bahwa pemilik toko sudah membayar angsuran PPh
Pasal 25 sebesar Rp 37,5 juta (Rp 3,125 juta per bulan)
Penghasilan Bruto PPh 21 Tidak Final

Jumlah
No. Kalkulasi

1. Komisi Penjualan-Bruto Rp 300.000.000

2. Kurang Pajak Penghasilan:


5% X

Jumlah Pajak Penghasilan (71.250.000)


3. Penghasilan Sesudah Pajak Rp 228.750.000
Jurnal

Debit Kas atau Bank Rp 228.750.000,00

Debit U/M – Pajak Penghasilan Pasal 21 71.250.000,00

Kredit Penghasilan Komisi Rp 300.000.000,00


Penghasilan Neto

Jumlah
Kalkulasi

Penghasilan Kena Pajak Rp 500.000.000


Kurang Pajak Penghasilan:
5% X Rp 25 juta Rp 1.250.000
15% X Rp 50 juta 2.500.000
25% X Rp 100 juta 7.500.000
35% X Rp 300 juta 25.000.000
105.000.000
Jumlah Pajak Penghasilan Terutang Rp 141.250.000
Kurang: Kredit Pajak – Pasal 25 Rp 37.500.000
Kredit Pajak – Pasal 23 71.250.000
Jumlah Kredit Pajak Rp (108.750.000)
Pajak Penghasilan Kurang Dibayar Rp 32.500.000
Jurnal

Debit Beban Pajak Penghasilan Rp 141.250.000,00

Kredit Pajak Penghasilan – Pasal 21 Rp 71.250.000,00

Kredit Pajak Penghasilan – Pasal 25 37.500.000,00

Kredit Utang Pajak Penghasilan 32.500.000,00

Anda mungkin juga menyukai