Apa Penghasilan
tersebut?
Bagaimana caranya?
Data PT. Amarta yang berasal dari laporan keuangan sehingga dapat dihitung PPh yang
terutang:
Peredaran Bruto Rp 900.000.000,00
Biaya fiskal 300.000.000,00 (-)
PKP Rp 600.000.000,00
PPh Terutang: 22%X600.000.000
+
Total PPh Terutang Rp 132.000.000
Kredit Pajak:
PPh Pasal 22 = Rp 12.500.000,00
PPh Pasal 23 = 4.000.000,00
PPh Pasal 24 = 30.000.000,00 +
PPh Pasal 25 42.000.000,00 88.500.000
PPh Kurang Bayar
kurang bayar ( PPh pasal 29) Rp 43.500000,00
Penggabungan Penghasilan
Bagaimana
caranya?
Bagaimana
caranya?
Bagaimana perlakuan
pajaknya?
3. Tarif 10% Penghasilan bruto berupa komisi yang diterima oleh para
(Final) penjaja dagangan dan petugas dinas luar asuransi
Kredit Pajak
Apa yang dimaksud dengan
Kredit Pajak?
Seorang Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang belum menikah
memperoleh PKP sebesar Rp 250 juta dalam tahun pajak 2002.
Di samping itu, sebagai petugas dinas luar pada perusahaan asuransi, ia
memperoleh atau menerima penghasilan berupa honorarium-neto
sesudah dipotong PPh Pasal 21 sebesar Rp 81 juta (100%-10% X 90
juta).
Jurnal
Metode Neto
Debit Kas Rp 81.000.000,00
Kredit Penghasilan Honorarium Rp 81.000.000,00
Metode Bruto
Debit Kas Rp 81.000.000,00
Debit Pajak Penghasilan Pasal 21-Final 9.000.000,00
Kredit Penghasilan Honorarium Rp 90.000.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21
Pemilik toko Setia Kawan (WP Orang Pribadi dalam negeri) adalah salah
satu agen penjualan obat-obatan hasil produksi PT. Jogya Pharma.
Dalam tahun 2003, ia memperoleh PKP (penghasilan bruto minus biaya
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan serta
PTKP) sebesar Rp 500 juta termasuk di dalamya penghasilan bruto
berupa komisi dari PT. Jogya Pharma sebesar Rp 300 juta (POP
bersifat tidak final).
Asumsi yang ada bahwa pemilik toko sudah membayar angsuran PPh
Pasal 25 sebesar Rp 37,5 juta (Rp 3,125 juta per bulan)
Penghasilan Bruto PPh 21 Tidak Final
Jumlah
No. Kalkulasi
Jumlah
Kalkulasi