NIM : 1900111
UTS Perpajakan
Soal UTS
1. Seorang wajib pajak mempunyai pendapatan dari usahanya pada tahun 2019 sebesar Rp 545.000.000,00 dan pendapatan dari dividen sebesar
Rp 15.000.000,00
a. Hitung berapa besarnya pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak tersebut, jika wajib pajak seorang bujangan (Tidak
Kawin/TK) ?
Jawaban :
b. Hitung berapa besarnya pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak tersebut , jika wajib pajak mempunyai isteri yang tidak
bekerja dan 3 orang anak (K/3) ?
Jawaban :
c. Jika wajib pajak mempunyai isteri yang bekerja dan pendapatannya digabungkan kepada wajib pajak serta tanggungan 2 orang anak
(K/I/2). Hitung berapa besarnya pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak tersebut ?
Jawaban :
- PPh Pasal 21 (K/1/2)
2. Lakukan identifikasi perbedaan pph pasal 21, pph pasal 22, pph pasal 25, dan pph pasal 26
Pengertian Pajak atas penghasilan Menurut UU Pajak Penghasilan Merupakan pajak yang Pajak penghasilan pasal 26
berupa gaji, upah (PPh) Nomor 36 tahun 2008, dikenakan untuk wajib pajak adalah PPh yang dikenal khusus
honorarium, tunjangan, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh atas penghasilan yang untuk wajib pajak luar negeri
dan pembayaran lainnya Pasal 22) adalah bentuk didapatkan dan dibayarkan yang memperoleh penghasilan
dengan nama dalam bentuk pemotongan atau pemungutan secara angsuran. di Indonesia. Menurut undang-
apapun sehubungan pajak yang dilakukan satu pihak undang nomor 36 tahun 2008
dengan pekerjaan atau terhadap wajib pajak dan PPh pasal 26 adalah pajak
jabatan, jasa, dan kegiatan berkaitan dengan kegiatan penghasilan yang dikenakan
yang dilakukan oleh orang perdagangan barang. atas penghasilan yang diterima
pribadi sebagai subjek wajib pajak luar negeri dari
pajak dalam negeri. Indonesia selain bentuk usaha
tetap (BUT) di Indonesia
Objek 1. Penghasilan pegawai 1. Impor barang dan ekspor Penghasilan yang diperoleh 1. Dividen
tetap dari kegiatan usaha yang 2. Bunga, termasuk premium,
2. Pembayaran atas pembelian
dilakukan wajib pajak. diskonto, dan imbalan
2. Penghasilan pensiun barang
sehubungan dengan
3. Penghasilan PHK 3. pembayaran atas pembelian jaminan pengembalian
barang kepada pihak ketiga
4. Penghasilan pegawai utang
tidak tetap 4. pembayaran atas pembelian 3. Royalti, sewa, dan
barang untuk BUMN penghasilan lain
5. Imbalan bukan pegawai
sehubungan dengan
5. Penjualan hasil produksi
6. Imbalan peserta kegiatan penggunaan harta
kepada distributor,
7. Honorarium komisaris 4. Imbalan sehubungan
6. Penjualan kendaraan bermotor dengan jasa, pekerjaan, dan
8. Penghasilan diterima
7. Penjualan migas kegiatan
mantan pegawai
5. Hadiah dan penghargaan
9. Penarikan dana pensiun
8. pembelian bahan-bahan dari 6. Pensiun dan pembayaran
pedagang pengumpul berkala lainnya
7. Premi swap dan transaksi
9. penjualan barang yang
lindung nilai lainnya
tergolong sangat mewah.
Subyek 1. Pegawai; 1. Badan usaha yang bergerak - Subjek yang dikenakan PPh Menurut Undang Undang
dalam bidang usaha industri 25: Nomor 36 Tahun 2006 tentang
2. Penerima uang
semen, industri kertas, industri Pajak Penghasilan, maka
pesangon, pensiun atau 1. WP pribadi yang
baja, industri otomotif, dan berikut individu atau usaha
uang manfaat pensiun, melakukan kegiatan usaha
industri farmasi, atas penjualan yang termasuk WPLN.
tunjangan hari tua, atau (pedagang ,pengecer atau
hasil produksinya kepada
jaminan hari tua, termasuk penyerahan jasa) 1. Individu yang tak
distributor di dalam negeri.
ahli warisnya; tinggal di Indonesia, individu
2. WP badan yang melakukan
2. Agen Tunggal Pemegang bertempat tinggal tak lebih dari
3. Bukan pegawai yang kegiatan usaha (pedagang,
Merek (ATPM), Agen Pemegang 183 hari selama satu tahun atau
menerima atau pengecer, atau penyerahan
Merek (APM), dan importir 12 bulan di Indonesia, serta
memperoleh penghasilan jasa)
umum kendaraan bermotor, atas perusahaan yang tak dibangun
sehubungan dengan
- Subjek Pemotong Pph 25
penjualan kendaraan bermotor di atau berada di Indonesia, yang
pemberian jasa (meliputi
dalam negeri. Tidak ada pihak menjalankan usaha dengan
tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan pemungut/pemotongnya, akan BUT di Indonesia.
4. Anggota dewan
komisaris dan dewan
pengawas yang tidak
merangkap jabatan di
perusahaan yang sama
5. Mantan pegawai
Mekenisme Mekanisme pembayaran PPh Pasal 22 adalah Cicilan PPh Dilakukan sesuai besarnya Mekanisme pembayaran PPh
pembayaran PPh pasal 21 bisa dengan pada tahun berjalan. angsuran pembayaran PPh pasal 26
menggunakan Withholding pasal 25 adalah sebagai
Pada akhir tahun, cicilan ini akan - Besar potongan PPh pasal 26
system. Withholding berikut. Nilai angsurannya
diperhitungkan menjadi kredit yang tercantum dalam bukti
system adalah sistem akan dihitung berdasarkan
pemungutan yang pajak PPh badan atau PPh orang pajak penghasilan terutang pemotongan selama satu bulan
memberikan otoritas pribadi. sesuai dengan SPT tahun lalu dijumlahkan
kepada pihak ketiga dalam dikurangi kredit pajak (bukti
PPh Pasal 22 yang berbentuk - Jumlah PPh pasal 26 yang
penentuan besaran pajak potong PPh pasal 24,23,22,
SSE, artinya PPh Pasal 22 telah dipotong selama 1 bulan
terutang wajib pajak. Atau dan 21) lalu dibagi 12 bulan
tersebut dibayar langsung ke disetor ke bank persepsi atau
bisa juga Penyetoran Pajak
bank yang diterima oleh wajib kantor pos dengan
Penghasilan bisa dilakukan
pajak yang bersangkutan pada menggunakan surat setoran
dengan cara Online
saat transaksi. pajak (SSP) paling lambat
Banking, menyetor lewat
tanggal 10 bulan berikutnya.
Teller Bank atau Kantor Transaksi yang wajib dibayar
Apabila tanggal 10 jatuh pada
Pos, dan bisa juga langsung adalah transaksi yang
hari libur nasional maka
dibayarkan lewat pajakku. berkaitan dengan impor dan
pernyataan dilakukan pada hari
Setelah dilakukan bendahara.
kerja berikutnya
penyetoran pajak oleh
Wajib Pajak, Wajib Pajak - Penyetoran dilakukan melalui
Mekanisme PPh Pasal 21 adalah Dalam Pasal 5 PMK No. 1. Pemerintah memberikan Mekanisme pemotongan PPh
pemotongan pemotongan pajak yang 34/PMK.010/2017, yakni: bantuan berupa adanya pasal 26:
dilakukan oleh pihak keringanan pembayaran Pajak
1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas 1. Dipotong pada saat
pemberi penghasilan Penghasilan Pasal 25 sebesar
impor barang dilaksanakan melakukan pembayaran.
kepada Wajib Pajak Orang 50 persen. Adapun Wajib
dengan penyetoran ke kas negara 2. Memberikan bukti
Pribadi dalam negeri Pajak (WP) yang berhak
melalui Pos Persepsi, Bank pemotongan yang telah diisi
sehubungan dengan mendapatkan diskon ini
Devisa Persepsi, atau Bank lengkap, lembar ke-1 bukti
pekerjaan atau kegiatan adalah WP yang bergerak
Persepsi yang ditunjuk Menteri pemotongan diserahkan
yang dilakukan. pada 1.013 bidang usaha
Keuangan, oleh: kepada WP yang
tertentu, perusahaan yang
Misalnya pembayaran gaji bersangkutan sebagai bukti
Importir yang bersangkutan
mendapat fasilitas kemudahan
yang diterima oleh pegawai pemotongan.
impor tujuan ekspor, serta
dipotong oleh perusahaan Direktorat Jenderal Bea dan perusahaan di kawasan berikat
pemberi kerja. Wajib Pajak Cukai (DJBC) berhak mendapatkan
berbentuk badan ditunjuk tambahan potongan angsuran
2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas
oleh UU Perpajakan PPh Pasal 25.
ekspor komoditas tambang
sebagai pemotong PPh
batubara, mineral logam dan 2. Untuk dapat memperoleh
Pasal 21 atas penghasilan
mineral bukan logam tambahan diskon ini, bila
yang dibayarkan kepada
dilaksanakan dengan cara Wajib Pajak masuk dalam
karyawannya maupun yang
penyetoran oleh eksportir yang kategori yang berhak, mereka
bukan karyawannya. Wajib
bersangkutan ke kas negara dapat mengajukan
Pajak perseorangan dapat
melalui Pos Persepsi, Bank permohonan secara online
juga ditunjuk sebagai
Devisa Persepsi, atau Bank melalui situs resmi Ditjen
pemotong PPh Pasal 21
Persepsi yang ditunjuk oleh Pajak.
sepanjang ada
Menteri Keuangan.
penunjukannya dari KPP 3. Apabila WP sudah
b. Sanksi Pidana
Sesuai Pasal 13A UU KUP, jika
lupa tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT dengan
isi yang tidak benar yang
menimbulkan kerugian negara,
akan dikenakan sanksi berupa:
Pidana, dan;
Melunasi kekurangan
pembayaran pajak yang terutang
Pengecualian Pengecualian Objek Pajak Pengecualian Pemungutan • Wajib pajak orang Dikecualikan dari Pengenaan
pajak PPh Pasal 21 pribadi yang tidak PPh Pasal 26 adalah:
Berikut ini adalah daftar daftar
menjalankan atau tidak
1. Pembayaran asuransi terhadap pemungutan PPh Pasal 1. BUT dikecualikan dari
melakukan pekerjaan bebas.
dari perusahaan asuransi 22: Impor barang-barang pemotongan PPh Pasal 26
kesehatan,asuransi dan/atau barang yang • Wajib pajak orang apabila Penghasilan Kena Pajak
jiwa,asuransi dwiguna berdasarkan ketentuan peraturan pribadi yang dalam setahun sesudah dikurangi Pajak
perundang-undangan tidak pajak menerima atau Penghasilan dari BUT
2. Penerimaan dalam terutang PPh. Pengecualian memperoleh penghasilan neto ditanamkan kembali di
bentuk natura tersebut , harus dinyatakan tidak lebih dari PTKP. Indonesia dengan syarat:
dan/kenikmatan dalam dengan Surat Keterangan Bebas
a. Penanaman kembali
bentuk apapun yang PPh Pasal 22 yang diterbitkan
dilakukan atas seluruh
diberikan oleh Wajib Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.
penghasilan kena pajak setelah
atau pemerintah, kecuali
Impor barang-barang yang dikurangi PPh dalam bentuk
penghasilan yang
dibebaskan dari bea masuk : penyertaan modal pada
dimaksud diberikan oleh:
perusahaan yang didirikan dan
yang dilakukan ke dalam
a. Bukan Wajib Pajak berkedudukan di Indonesia
Kawasan Berikat (kawasan tanpa
sebagai pendiri atau peserta
b. Wajib Pajak yang bea masuk hingga barang-barang
pendiri, dan;
dikenakan PPh bersifat tersebut dikeluarkan untuk
final impor, ekspor atau re-impor) dan b. dilakukan dalam tahun
Entrepot Produksi Untuk Tujuan berjalan atau selambat-
c. WP yang dikenakan
Ekspor (EPTE), yaitu tempat lambatnya tahun pajak
pajak berdasarkan NPPN
penimbunan barang dagangan berikutnya dari tahun pajak
3. Iuran pensiun dan iuran karena pengimpornya tidak diterima atau diperoleh
jaminan hari tua yang membayar seperti yang terlihat; penghasilan tersebut;
dibayar oleh pemberi kerja
sebagaimana dimaksud dalam c. Tidak melakukan pengalihan
4. Zakat yang diterima oleh Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 atas penanaman kembali
orang pribasi yang berhak Tahun 1969 tentang Pembebanan tersebut sekurangkurangnya
dari badan atau lembaga atas Impor sebagaimana diubah dalam waktu 2 (dua) tahun
amil zakat yang dibentuk dan ditambah terakhir dengan PP sesudah perusahaan tempat
atau disyahkan oleh Nomor 26 tahun 1988 Jo. penanaman dilakukan, mulai
pemerintah, atau Peraturan Pemerintah Nomor 2 berproduksi komersil.
sumbangan keagamaan tahun 1973;
2. Badan-badan Internasional
yang sifatnya wajib bagi
berupa kiriman hadiah; yang ditetapkan oleh Menteri
pemeluk agama yang
Keuangan.
diakui di Indonesia untuk tujuan keilmuan.