Anda di halaman 1dari 26

Nama : Dwi Nanda Rachmayanti

NIM : 1900111
UTS Perpajakan

Soal UTS
1. Seorang wajib pajak mempunyai pendapatan dari usahanya pada tahun 2019 sebesar Rp 545.000.000,00 dan pendapatan dari dividen sebesar
Rp 15.000.000,00
a. Hitung berapa besarnya pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak tersebut, jika wajib pajak seorang bujangan (Tidak
Kawin/TK) ?

Jawaban :

- PPh Pasal 21 (TK/0)


Pendapatan Bruto Usaha = RP 545.000.000,00/tahun
PTKP (TK/0) = Rp 54.000.000,00
PKP (Penghasilan Kena Pajak) = Rp 491.000.000,00
PPh Terutang tahun 2020

Tarif = 25% 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00


15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp 241.000.000,00 = Rp 60.250.000,00
= Rp 92.750.000,00
- PPh Pasal 23 atas Deviden Wajib pajak

Pendapatan Deviden = Rp 15.000.000,00


Tarif 15% = 15% x 15.000.000.00
= Rp 2.250.000,00/ tahun
Rp 92.750.000,00
Rp 2.250.000,00
Total PPh terutang = +
𝐑𝐩 𝟗𝟓.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎,𝟎𝟎/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏

b. Hitung berapa besarnya pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak tersebut , jika wajib pajak mempunyai isteri yang tidak
bekerja dan 3 orang anak (K/3) ?
Jawaban :

- PPh Pasal 21 (K/3)

Pendapatan bruto usaha = RP 545.000.000,00/tahun


PTKP (K/3) = Rp 54.000.000,00 + Rp. 4.500.000,00 (3)
= Rp 72.000.000,00
PKP (Penghasilan Kena Pajak) = Rp 473.000.000,00
PPh Terutang tahun 2020

Tarif = 25% 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00


15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp 223.000.000,00= Rp 55.750.000,00
= Rp 88.250.000,00

- PPh Pasal 23 atas Deviden Wajib pajak

Pendapatan Deviden = Rp 15.000.000,00


Tarif 15% = 15% x Rp 15.000.000.00
= Rp 2.250.000,00/ tahun
Total PPh terutang Rp 88.250.000,00
Rp 2.250.000,00
= +
𝐑𝐩.𝟗𝟎.𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎,𝟎𝟎/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏

c. Jika wajib pajak mempunyai isteri yang bekerja dan pendapatannya digabungkan kepada wajib pajak serta tanggungan 2 orang anak
(K/I/2). Hitung berapa besarnya pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak tersebut ?
Jawaban :
- PPh Pasal 21 (K/1/2)

Pendapatan Bruto Usaha = RP 545.000.000,00/tahun


PTKP (K/1/2) = Rp 54.000.000,00 + Rp 54.000.000,00 + Rp. 4.500.000,00 + Rp. 4.500.000,00 + Rp
4.500.000,00
= Rp 121.500.000,00
PKP (Penghasilan Kena Pajak) = Rp 423.500.000,00
PPh Terutang tahun 2020
Tarif = 25% 5% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
15% x Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
= 25% x Rp 173.500.000,00 = Rp 43.375.000,00
= Rp. 75.875.000,00

- PPh Pasal 23 atas Deviden Wajib pajak

Pendapatan Deviden = Rp. 15.000.000,00


Tarif 15% = 15% x 15.000.000.00
= Rp. 2.250.000,00/ tahun
Total PPh terutang Rp.75.875.000,00
Rp.2.250.000,00
= +
𝐑𝐩.𝟕𝟖.𝟏𝟐𝟓.𝟎𝟎𝟎,𝟎𝟎/𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏

2. Lakukan identifikasi perbedaan pph pasal 21, pph pasal 22, pph pasal 25, dan pph pasal 26

Pajak PPh pasal 21 PPh pasal 22 PPh pasal 25 PPh pasal 26

Pengertian Pajak atas penghasilan Menurut UU Pajak Penghasilan Merupakan pajak yang Pajak penghasilan pasal 26
berupa gaji, upah (PPh) Nomor 36 tahun 2008, dikenakan untuk wajib pajak adalah PPh yang dikenal khusus
honorarium, tunjangan, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh atas penghasilan yang untuk wajib pajak luar negeri
dan pembayaran lainnya Pasal 22) adalah bentuk didapatkan dan dibayarkan yang memperoleh penghasilan
dengan nama dalam bentuk pemotongan atau pemungutan secara angsuran. di Indonesia. Menurut undang-
apapun sehubungan pajak yang dilakukan satu pihak undang nomor 36 tahun 2008
dengan pekerjaan atau terhadap wajib pajak dan PPh pasal 26 adalah pajak
jabatan, jasa, dan kegiatan berkaitan dengan kegiatan penghasilan yang dikenakan
yang dilakukan oleh orang perdagangan barang. atas penghasilan yang diterima
pribadi sebagai subjek wajib pajak luar negeri dari
pajak dalam negeri. Indonesia selain bentuk usaha
tetap (BUT) di Indonesia

Objek 1. Penghasilan pegawai 1. Impor barang dan ekspor Penghasilan yang diperoleh 1. Dividen
tetap dari kegiatan usaha yang 2. Bunga, termasuk premium,
2. Pembayaran atas pembelian
dilakukan wajib pajak. diskonto, dan imbalan
2. Penghasilan pensiun barang
sehubungan dengan
3. Penghasilan PHK 3. pembayaran atas pembelian jaminan pengembalian
barang kepada pihak ketiga
4. Penghasilan pegawai utang
tidak tetap 4. pembayaran atas pembelian 3. Royalti, sewa, dan
barang untuk BUMN penghasilan lain
5. Imbalan bukan pegawai
sehubungan dengan
5. Penjualan hasil produksi
6. Imbalan peserta kegiatan penggunaan harta
kepada distributor,
7. Honorarium komisaris 4. Imbalan sehubungan
6. Penjualan kendaraan bermotor dengan jasa, pekerjaan, dan
8. Penghasilan diterima
7. Penjualan migas kegiatan
mantan pegawai
5. Hadiah dan penghargaan
9. Penarikan dana pensiun
8. pembelian bahan-bahan dari 6. Pensiun dan pembayaran
pedagang pengumpul berkala lainnya
7. Premi swap dan transaksi
9. penjualan barang yang
lindung nilai lainnya
tergolong sangat mewah.

Subyek 1. Pegawai; 1. Badan usaha yang bergerak - Subjek yang dikenakan PPh Menurut Undang Undang
dalam bidang usaha industri 25: Nomor 36 Tahun 2006 tentang
2. Penerima uang
semen, industri kertas, industri Pajak Penghasilan, maka
pesangon, pensiun atau 1. WP pribadi yang
baja, industri otomotif, dan berikut individu atau usaha
uang manfaat pensiun, melakukan kegiatan usaha
industri farmasi, atas penjualan yang termasuk WPLN.
tunjangan hari tua, atau (pedagang ,pengecer atau
hasil produksinya kepada
jaminan hari tua, termasuk penyerahan jasa) 1. Individu yang tak
distributor di dalam negeri.
ahli warisnya; tinggal di Indonesia, individu
2. WP badan yang melakukan
2. Agen Tunggal Pemegang bertempat tinggal tak lebih dari
3. Bukan pegawai yang kegiatan usaha (pedagang,
Merek (ATPM), Agen Pemegang 183 hari selama satu tahun atau
menerima atau pengecer, atau penyerahan
Merek (APM), dan importir 12 bulan di Indonesia, serta
memperoleh penghasilan jasa)
umum kendaraan bermotor, atas perusahaan yang tak dibangun
sehubungan dengan
- Subjek Pemotong Pph 25
penjualan kendaraan bermotor di atau berada di Indonesia, yang
pemberian jasa (meliputi
dalam negeri. Tidak ada pihak menjalankan usaha dengan
tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan pemungut/pemotongnya, akan BUT di Indonesia.

bebas; pemain musik, tetapi wajib pajak 2. Individu yang tak


pembawa acara, penyanyi, pribadi/badan menyetor tinggal di Indonesia, individu
pelawak, bintang film, 3. Produsen atau importir bahan sendiri kewajiban PPh 25 dan bertempat tinggal tidak lebih
bintang sinetron, bintang bakar minyak, bahan bakar tidak bisa diwakilkan. dari 183 hari selama satu tahun
iklan, sutradara, kru film, minyak, dan pelumas. atau 12 bulan, serta perusahaan
foto model, peragawan/ yang tak dibangun atau berada
4. Badan usaha yang bergerak
peragawati, pemain drama, di Indonesia, tidak mendapat
dalam bidang usaha industri baja.
penari, pemahat, pelukis, pendapatan dari Indonesia
dan seniman lainnya; 5. Pedagang pengumpul melalui BUT di Indonesia.
olahragawan; penasihat, (pengumpul hasil kehutanan,
pengajar, pelatih, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan).
penceramah, penyuluh, dan
moderator; pengarang, 6. Badan yang melakukan
peneliti, dan penerjemah; penjualan barang yang tergolong
pemberi jasa dalam segala sangat mewah (pesawat udara
bidang termasuk teknik, pribadi (>20M); Kapal pesiar dan
komputer dan sistem sejenisnya (>10M); Rumah
aplikasinya, beserta tanahnya (>10M dengan
telekomunikasi, luas banguanan > 500 m2);
elektronika, fotografi, Apartemen, kondominium,dan
ekonomi dan sosial serta sejenisnya (>10M dengan luas
pemberi jasa kepada suatu bangunan > 400 m2); Kendaraan
kepanitiaan; agen iklan; roda empat (>5M dengan
pengawas atau pengelola kapasitas silinder > 3.000cc);
proyek; pembawa pesanan; Kendaraan bermotor roda dua
petugas penjaja barang dan tiga (>300 JT dengan
dagangan; petugas dinas kapasitas silinder > 250cc).
luar asuransi; distributor
perusahaan multilevel
marketing)

4. Anggota dewan
komisaris dan dewan
pengawas yang tidak
merangkap jabatan di
perusahaan yang sama

5. Mantan pegawai

6. Peserta kegiatan yang


memperoleh atau
menerima penghasilan
sehubungan dengan
keikutsertaannya dalah
suatu kegiatan
Tarif Tarif PPh 21 : 1. Atas impor Wajib pajak orang pribadi Tarif PPh Pasal 26 :
pengusaha atau badan tertentu
• Wajib Pajak dengan a. Menggunakan Angka - Tarif 20% final atas jumlah
adalah 0,75% dari jumlah
penghasilan tahunan Pengenal Importir (API) = 2,5% bruto yang dikenakan atas
peredaran bruto per bulan dari
hingga Rp 50.000.000,- x nilai impor 1.dividen
masing-masing tempat usaha
adalah 5%
b. non-API = 7,5% x nilai impor 2. bunga termasuk premium
• Wajib Pajak dengan diskonto insentif yang terkait
c. Tidak dikuasai = 7,5% x harga
penghasilan tahunan Rp dengan jaminan pembayaran
jual lelang
50.000.000, - Rp pinjaman
250.000.000,- adalah 15%. 2. Atas pembelian barang oleh
3. Royalti, sewa, dan
DJPB, Bendahara Pemerintah,
• Wajib Pajak dengan pendapatan lain yang terkait
BUMN/BUMD = 1,5% x harga
penghasilan tahunan Rp dengan penggunaan aset.
pembelian (tidak termasuk PPN
250.000.000,- Rp
dan tidak final) 4. Insentif yang berkaitan
500.000.000,- adalah 25%.
dengan jasa pekerjaan dan
3. Atas penjualan hasil produksi
• Wajib Pajak dengan kegiatan
ditetapkan berdasarkan
penghasilan tahunan di atas
keputusan DJP 5. Hadiah dan penghargaan
Rp 500.000.000, - adalah
30%. a. Kertas = 0.1% x DPP PPN 6. Pensiun dan pembayaran
(Tidak Final) berkala
• Wajib Pajak yang tidak
memiliki NPWP, dikenai
tarif 20% lebih tinggi dari b. Semen = 0.25% x DPP PPN 7. premi swap dan transaksi
tarif yang diterapkan (Tidak Final) lindung lainnya
terhadap wajib pajak yang
c. Baja = 0.3% x DPP PPN 8. perolehan keuntungan dari
memiliki NPWP. Sehingga
(Tidak Final) penghapusan utang.
total PPh 21 yang dipotong
adalah sebesar 120% dari d. Otomotif = 0.45% x DPP PPN - Tarif 20% final dari laba
(Tidak Final) bersih yang diharapkan selama
jumlah yang seharusnya
dipotong. penjualan atau pengalihan
4. Atas penjualan hasil produksi
saham perusahaan antara
atau penyerahan barang oleh
perusahaan media atau
produsen atau importir bahan
perusahaan tujuan khusus yang
bakar minyak, gas, dan pelumas
didirikan atau bertempat di
adalah sebagai berikut:
negara yang memberikan
Pungutan PPh Pasal 22 kepada perlindungan pajak yang
penyalur/agen, bersifat final. memiliki hubungan khusus
Selain penyalur/agen bersifat untuk suatu entitas atau bentuk
tidak final
usaha tetap (BUT) didirikan di
5. Atas pembelian bahan-bahan Indonesia.
untuk keperluan industri atau - Tarif 20% (final)dari laba
ekspor dari pedagang pengumpul bersih yang diharapkan dari:
ditetapkan = 0,25 % x harga - Pendapatan dari penjualan
pembelian (tidak termasuk PPN). aset Indonesia

6. Atas impor kedelai, gandum, - Premi asuransi, premi


dan tepung terigu oleh importir reasuransi yang dibayarkan
yang menggunakan API = 0,5% x langsung maupun melalui
nilai impor. pialang kepada perusahaan
asuransi di luar.
7. Atas penjualan barang mewah
ditetapkan 5% dari harga jual - Tarif 20% yang dipungut dari
tidak termasuk PPN dan PPnBM penghasilan kena pajak setelah
dikurangi dengan pajak suatu
8. Untuk yang tidak memiliki
bentuk usaha tetap (BUT) di
NPWP dipotong 100% lebih
Indonesia, kecuali penghasilan
tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia

Mekenisme Mekanisme pembayaran PPh Pasal 22 adalah Cicilan PPh Dilakukan sesuai besarnya Mekanisme pembayaran PPh
pembayaran PPh pasal 21 bisa dengan pada tahun berjalan. angsuran pembayaran PPh pasal 26
menggunakan Withholding pasal 25 adalah sebagai
Pada akhir tahun, cicilan ini akan - Besar potongan PPh pasal 26
system. Withholding berikut. Nilai angsurannya
diperhitungkan menjadi kredit yang tercantum dalam bukti
system adalah sistem akan dihitung berdasarkan
pemungutan yang pajak PPh badan atau PPh orang pajak penghasilan terutang pemotongan selama satu bulan
memberikan otoritas pribadi. sesuai dengan SPT tahun lalu dijumlahkan
kepada pihak ketiga dalam dikurangi kredit pajak (bukti
PPh Pasal 22 yang berbentuk - Jumlah PPh pasal 26 yang
penentuan besaran pajak potong PPh pasal 24,23,22,
SSE, artinya PPh Pasal 22 telah dipotong selama 1 bulan
terutang wajib pajak. Atau dan 21) lalu dibagi 12 bulan
tersebut dibayar langsung ke disetor ke bank persepsi atau
bisa juga Penyetoran Pajak
bank yang diterima oleh wajib kantor pos dengan
Penghasilan bisa dilakukan
pajak yang bersangkutan pada menggunakan surat setoran
dengan cara Online
saat transaksi. pajak (SSP) paling lambat
Banking, menyetor lewat
tanggal 10 bulan berikutnya.
Teller Bank atau Kantor Transaksi yang wajib dibayar
Apabila tanggal 10 jatuh pada
Pos, dan bisa juga langsung adalah transaksi yang
hari libur nasional maka
dibayarkan lewat pajakku. berkaitan dengan impor dan
pernyataan dilakukan pada hari
Setelah dilakukan bendahara.
kerja berikutnya
penyetoran pajak oleh
Wajib Pajak, Wajib Pajak - Penyetoran dilakukan melalui

harus melaporkan SPT bank atau kantor pos dari bank

Masa PPh Pasal 21. atau kantor pos pihak


pernyataan menerima SSP
lembar 1 dan 3.
Mekanisme pelaporan PPh
pasal 26

- Lembar kedua bukti


pemotongan PPh pasal 26 yang
dibuat selama 1 bulan dicatat
dalam daftar bukti pemotongan
pajak rangkap 2

- Bendahara atau pemotong


pajak mengisi dengan lengkap
dan benar form SPT masa PPh
pasal 26 rangkap 2 dilampiri
lembar ke-3 SSP, daftar bukti
pemotongan PPh pasal 26 dan,
lembar kedua bukti
pemotongan.

3. Atas SPT masa PPh pasal 26


yang telah diisi lengkap beserta
lampirannya dilaporkan ke KPP
selambat-lambatnya tanggal 20
bulan berikutnya. Apabila
tanggal 20 jatuh pada hari libur
nasional maka pernyataan
dilakukan pada hari kerja
berikutnya.

4. Bendahara menerima tanda


terima pelaporan SPT dari
kantor ke negara pajak (lembar
LPAD) sebagai bukti telah
melapor.

Mekanisme PPh Pasal 21 adalah Dalam Pasal 5 PMK No. 1. Pemerintah memberikan Mekanisme pemotongan PPh
pemotongan pemotongan pajak yang 34/PMK.010/2017, yakni: bantuan berupa adanya pasal 26:
dilakukan oleh pihak keringanan pembayaran Pajak
1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas 1. Dipotong pada saat
pemberi penghasilan Penghasilan Pasal 25 sebesar
impor barang dilaksanakan melakukan pembayaran.
kepada Wajib Pajak Orang 50 persen. Adapun Wajib
dengan penyetoran ke kas negara 2. Memberikan bukti
Pribadi dalam negeri Pajak (WP) yang berhak
melalui Pos Persepsi, Bank pemotongan yang telah diisi
sehubungan dengan mendapatkan diskon ini
Devisa Persepsi, atau Bank lengkap, lembar ke-1 bukti
pekerjaan atau kegiatan adalah WP yang bergerak
Persepsi yang ditunjuk Menteri pemotongan diserahkan
yang dilakukan. pada 1.013 bidang usaha
Keuangan, oleh: kepada WP yang
tertentu, perusahaan yang
Misalnya pembayaran gaji bersangkutan sebagai bukti
Importir yang bersangkutan
mendapat fasilitas kemudahan
yang diterima oleh pegawai pemotongan.
impor tujuan ekspor, serta
dipotong oleh perusahaan Direktorat Jenderal Bea dan perusahaan di kawasan berikat
pemberi kerja. Wajib Pajak Cukai (DJBC) berhak mendapatkan
berbentuk badan ditunjuk tambahan potongan angsuran
2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas
oleh UU Perpajakan PPh Pasal 25.
ekspor komoditas tambang
sebagai pemotong PPh
batubara, mineral logam dan 2. Untuk dapat memperoleh
Pasal 21 atas penghasilan
mineral bukan logam tambahan diskon ini, bila
yang dibayarkan kepada
dilaksanakan dengan cara Wajib Pajak masuk dalam
karyawannya maupun yang
penyetoran oleh eksportir yang kategori yang berhak, mereka
bukan karyawannya. Wajib
bersangkutan ke kas negara dapat mengajukan
Pajak perseorangan dapat
melalui Pos Persepsi, Bank permohonan secara online
juga ditunjuk sebagai
Devisa Persepsi, atau Bank melalui situs resmi Ditjen
pemotong PPh Pasal 21
Persepsi yang ditunjuk oleh Pajak.
sepanjang ada
Menteri Keuangan.
penunjukannya dari KPP 3. Apabila WP sudah

tempat Wajib Pajak 3. Pemungutan PPh Pasal 22 atas mendapatkan potongan 30


terdaftar. Selain pembelian barang oleh pemungut persen sebelumnya, dapat pula
diwajibkan memotong PPh pajak (bendahara pemerintah, mengajukan untuk

Pasal 21, Wajib Pajak KPA, bendahara pengeluaran, pemindahbukuan sehingga

perseorangan juga pejabat penerbit SPM) wajib dapat menambah


bisa diskon
menjadi 50 persen.
dilakukan pemotongan PPh disetor oleh pemungut ke kas
negara melalui Pos Persepsi,
Bank Devisa Persepsi, atau Bank
Pasal 21 atas penghasilan Persepsi yang ditunjuk oleh
yang diterimanya. Menteri Keuangan, dengan
menggunakan Surat Setoran
Pajak (SSP) yang telah diisi atas
nama rekanan serta
ditandatangani oleh pemungut
pajak.

4. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh


pemungut pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
huruf e, huruf f, huruf g, huruf h,
huruf i, huruf j , dan huruf k PMK
16/2016 wajib disetor oleh
pemungut ke kas negara melalui
Pos Persepsi, Bank Devisa
Persepsi, atau Bank Persepsi
yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan
SSP.
Sanksi/denda Berdasarkan ketentuan UU Sanksi serta denda telat bayar dan Terdapat sanksi apabila Wajib Sanksinya berupa teguran
No 28/2007, sanksi untuk lapor SPT Pajak secara umum Pajak terlambat melakukan hingga pencabutan izin usaha.
yang terlambat/ tidak diatur dalam Undang-Undang pembayaran PPh Pasal
melaporkan SPT tahunan Ketentuan Umum dan Tata Cara 25yaitu akan dikenai bunga
pajak penghasilan adalah: Perpajakan (UU KUP) Nomor 28 sebesar 2% per bulan yang
Tahun 2007 yang merupakan dihitung dari tanggal jatuh
1.Wajib Pajak Orang
Perubahan Ketiga atas UU No. tempo hingga tanggal
Pribadi yang terlambat/
6/1983 tentang KUP. pembayaran. Sementara
tidak melaporkan SPT
sanksi keterlambatan
Tahunan PPh 21 wajib a. Sanksi Administrasi
menyampaikan SPT Masa
membayar denda sebesar
Sesuai Pasal 7 UU KUP, bagi PPh Pasal 25 adalah
Rp100.000,-
yang tidak menyampaikan SPT dikenakan denda administrasi
2. Bila wajib pajak Badan/ Pajak dalam batas
waktu sebesar Rp100.000,00.
Perusahaan yang terlambat perpanjangan SPT akan dikenai
atau tidak melaporkan SPT sanksi administrasi berupa:
Tahunan PPh 22 dikenakan
- Denda Rp500.000 untuk SPT
denda sebesar
Masa PPN
Rp1.000.000.-
- Denda Rp100.000 untuk SPT
3. Sanksi administrasi Masa lainnya
dikenakan untuk Surat - Denda Rp1.000.000 untuk
Pemberitahuan Masa Pajak SPT PPh WP Badan
Pertambahan Nilai sebesar - Denda Rp100.000 untuk SPT
Rp500.000.- PPh WP Orang Pribadi

4. Denda untuk Surat Berdasarkan Pasal 8 UU KUP,


Pemberitahuan Masa bagi yang melakukan
Lainnya sebesar pembetulan sendiri SPT Masa
Rp100.000.- bisa dikenakan sanksi
administratif berupa:
Sanksi denda tersebut tidak
berlaku jika: 2% per bulan atas jumlah pajak
yang kurang dibayar, dihitung
1.Wajib Pajak Orang
sejak saat penyampaian SPT
Pribadi telah meninggal
berakhir hingga tanggal
dunia
pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 bulan
2.Wajib Pajak Orang (jika utang pajak jadi lebih
Pribadi sudah tidak besar).
melakukan kegiatan usaha
2% per bulan atas jumlah pajak
3.Wajib Pajak Orang kurang bayar, dihitung sejak
Pribadi berstatus warga jatuh tempo pembayaran hingga
negara asing yang tidak tanggal pembayaran dan bagian
lagi menetap di indonesia dari bulan dihitung penuh 1 bulan
4.Wajib Pajak Badan yang (jika utang pajak jadi lebih
tidak lagi melakukan besar).
kegiatan usaha
150% dari jumlah pajak kurang
5.Wajib pajak yang terkena dibayar, jika ada ketidakbenaran
bencana yang sesuai terkait kewajiban pajaknya
dengan peraturan menteri disertai pelunasan kekurangan
keuangan pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.

50% dari pajak yang kurang


bayar, akibat pengungkapan
ketidakbenaran pengisian SPT.

Berdasarkan Pasal 9 UU KUP,


bagi yang melakukan
pembayaran atau penyetoran
pajak dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo, akan dikenai sanksi
administrasi berupa bunga,
sebesar:

- 2% per bulan yang dihitung


dari tanggal jatuh tempo
pembayaran hingga tanggal
pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 bulan,
jika lewat dari 15 hari setelah
saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak.
- 2% per bulan yang dihitung
mulai dari berakhirnya batas
waktu penyampaian SPT
hingga tanggal pembayaran,
dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 bulan, jika
ada kekurangan pembayaran
pajak terutang.

Dalam Pasal 13 UU KUP ini


terdapat tambahan sanksi
administrasi berupa kenaikan
jika sudah dalam jangka waktu 5
tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak, dengan sanksi
bunga sebesar:

50% dari PPh kurang dibayar


dalam satu tahun pajak.

100% dari PPh yang tidak atau


kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau
kurang disetor, dan dipotong atau
dipungut tetapi tidak atau kurang
disetor.

100% dari PPN badang dan


PPnBM yang tidak atau kurang
dibayar

48% dari jumlah pajak yang


tidak atau kurang dibayar, jika
setelah jangka waktu 5 tahun
tersebut WP dipidana.

b. Sanksi Pidana
Sesuai Pasal 13A UU KUP, jika
lupa tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT dengan
isi yang tidak benar yang
menimbulkan kerugian negara,
akan dikenakan sanksi berupa:

Pidana, dan;

Melunasi kekurangan
pembayaran pajak yang terutang

Sanksi administrasi berupa


kenaikan sebesar 200% dari
jumlah pajak yang kurang
dibayar (ditetapkan melalui
penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar).

c. Denda dari Surat Tagihan


Pajak
Dalam Pasal 14 UU KUP, DJP
akan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak dengan besaran:

2% per bulan untuk paling lama


24 bulan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
sampai dengan diterbitkannya
SPT, jika jumlah kekurangan
pajak terutang dalam Surat
Tagihan Pajak.

2% dari DPP terhadap pengusaha


atau PKP yang terlambat bayar
atau lapor SPT.

2% dari jumlah pajak yang


ditagih kembali, terhadap PKP
pada ayat (1) huruf g.
Dalam Pasal 15 UU KUP, DJP
akan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dengan sanksi
sebagai berikut:

100% dari jumlah kekurangan


pajak yang terutang dalam Surat
Keterangan Pajak Kurang Bayar
Tambahan.

48% dari jumlah pajak yang tidak


atau kurang dibayar, dalam hal
WP setelah jangka 5 tahun
dipidana

Pengecualian Pengecualian Objek Pajak Pengecualian Pemungutan • Wajib pajak orang Dikecualikan dari Pengenaan
pajak PPh Pasal 21 pribadi yang tidak PPh Pasal 26 adalah:
Berikut ini adalah daftar daftar
menjalankan atau tidak
1. Pembayaran asuransi terhadap pemungutan PPh Pasal 1. BUT dikecualikan dari
melakukan pekerjaan bebas.
dari perusahaan asuransi 22: Impor barang-barang pemotongan PPh Pasal 26
kesehatan,asuransi dan/atau barang yang • Wajib pajak orang apabila Penghasilan Kena Pajak
jiwa,asuransi dwiguna berdasarkan ketentuan peraturan pribadi yang dalam setahun sesudah dikurangi Pajak
perundang-undangan tidak pajak menerima atau Penghasilan dari BUT
2. Penerimaan dalam terutang PPh. Pengecualian memperoleh penghasilan neto ditanamkan kembali di
bentuk natura tersebut , harus dinyatakan tidak lebih dari PTKP. Indonesia dengan syarat:
dan/kenikmatan dalam dengan Surat Keterangan Bebas
a. Penanaman kembali
bentuk apapun yang PPh Pasal 22 yang diterbitkan
dilakukan atas seluruh
diberikan oleh Wajib Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.
penghasilan kena pajak setelah
atau pemerintah, kecuali
Impor barang-barang yang dikurangi PPh dalam bentuk
penghasilan yang
dibebaskan dari bea masuk : penyertaan modal pada
dimaksud diberikan oleh:
perusahaan yang didirikan dan
yang dilakukan ke dalam
a. Bukan Wajib Pajak berkedudukan di Indonesia
Kawasan Berikat (kawasan tanpa
sebagai pendiri atau peserta
b. Wajib Pajak yang bea masuk hingga barang-barang
pendiri, dan;
dikenakan PPh bersifat tersebut dikeluarkan untuk
final impor, ekspor atau re-impor) dan b. dilakukan dalam tahun
Entrepot Produksi Untuk Tujuan berjalan atau selambat-
c. WP yang dikenakan
Ekspor (EPTE), yaitu tempat lambatnya tahun pajak
pajak berdasarkan NPPN
penimbunan barang dagangan berikutnya dari tahun pajak
3. Iuran pensiun dan iuran karena pengimpornya tidak diterima atau diperoleh
jaminan hari tua yang membayar seperti yang terlihat; penghasilan tersebut;
dibayar oleh pemberi kerja
sebagaimana dimaksud dalam c. Tidak melakukan pengalihan
4. Zakat yang diterima oleh Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 atas penanaman kembali
orang pribasi yang berhak Tahun 1969 tentang Pembebanan tersebut sekurangkurangnya
dari badan atau lembaga atas Impor sebagaimana diubah dalam waktu 2 (dua) tahun
amil zakat yang dibentuk dan ditambah terakhir dengan PP sesudah perusahaan tempat
atau disyahkan oleh Nomor 26 tahun 1988 Jo. penanaman dilakukan, mulai
pemerintah, atau Peraturan Pemerintah Nomor 2 berproduksi komersil.
sumbangan keagamaan tahun 1973;
2. Badan-badan Internasional
yang sifatnya wajib bagi
berupa kiriman hadiah; yang ditetapkan oleh Menteri
pemeluk agama yang
Keuangan.
diakui di Indonesia untuk tujuan keilmuan.

5. Beasiswa Pembayaran negara/ barang yang


dibebankan kepada
pembelanjaan yang meliputi
jumlah kurang dari Rp
2.000.000,- ( merupakan jumlah
yang dipecah-pecah).

untuk pembelian bahan bakar


minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, benda-benda
pos, dan telepon.

Anda mungkin juga menyukai