Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PERPAJAKAN

Nama : Yohana Aritonang


Nim : 2310020061
Kelas : 2A
Prodi : Akuntansi

REVIEW MATERI PPH 21

1. PENGERTIAN

PPH 21 atau Pajak Penghasilan 21 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pendapatan
yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi. PPh 21 dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya yang diterima sehubungan dengan
pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan. PPh 21 merupakan kependekan dari Pajak Penghasilan
Pasal 21

2. MEKANISME PEMBAYARAN

Mekanisme pembayaran PPh 21 (Pajak Penghasilan Pasal 21) terdiri dari dua aspek utama,
yaitu penerima penghasilan dan pemberi penghasilan. Penerima penghasilan adalah orang-
orang yang dikenai pajak atas penghasilannya atau penerima penghasilan yang dipotong,
seperti pekerja, jabatan, jasa, dan kegiatan. Pemberi penghasilan, kemudian, adalah pihak
yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mengirimkan pajak tersebut kepada
pemerintah.

Untuk pembayaran PPh 21, wajib pajak dapat melakukan pelaporan dan pembayaran
melalui sistem online, seperti yang tersedia di OnlinePajak. Anda dapat mengakses
menu "Semua Pembayaran Pajak" di OnlinePajak, pilih ID Billing yang Anda buat, dan
mencentang kotak untuk membayar PPh 21.

PPh pasal 21 adalah pemotongan atas pendapatan yang dibayarkan kepada orang
pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan

3. PIHAK YANG DIKENAKAN PPH 21

Namun, sebenarnya PPh Pasal 21 juga digunakan secara luas untuk berbagai kegiatan lainnya
dengan subjek pajaknya terdiri dari:

● Pekerja formal atau karyawan/pegawai


● Pekerja bebas atau bukan pegawai
● Sebagai pekerja sekaligus pengusaha
● Wajib pajak pribadi sebagai pengusaha
Perlakuan atas PPh 21 dan berapa persen pajak yang akan dikenakan sangat variatif
tergantung penerima penghasilan, di antaranya:

● Penghasilan bagi Pegawai/karyawan Tetap


● Penghasilan bagi Pegawai/karyawan Tidak Tetap
● Penghasilan bagi Bukan Pegawai/karyawan
● Penghasilan karyawan yang dikenakan PPh 21 Final
● dan penghasilan Lainnya
PPh 21 Final adalah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan karyawan
dari uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua

4. JENIS PENGHASILAN YANG DIKENAI PPH 21

Jenis penghasilan yang dikenai PPH 21 (Pajak Penghasilan Akhir Pasal 21) termasuk:
● Upah Harian
● Upah Mingguan
● Upah Satuan
● Honorarium
● Komisi
● Biaya
● Uang Saku
● Representasi Uang
● Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk
ahli warisnya
● Pendapatan karyawan dari uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua
● Berbagai jenis pendapatan lainnya seperti pendapatan usaha dan pendapatan bunga
deposito

5. PENGECUALIAN PPH 21

Pengecualian PPH Pasal 21 adalah penghasilan yang tidak dikenai pajak penghasilan Pasal
21. Berikut adalah beberapa contoh penyampaian PPH Pasal 21:

a. Klaim asuransi kesehatan/kecelakaan/jiwa


b. Iuran pensiun yang dibayar oleh pemberi kerja
c. Zakat atau donasi
d. Penghasilan dari usaha yang tidak memiliki kategori pajak

6. TARIF PPH 21

Pemerintah telah mengatur kembali pemotongan PPh 21 yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 58 Tahun 2023 tentang Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan WP Orang Pribadi.

1
Melalui beleid ini, skema tarif pemotongan pajak penghasilan pasal 21 ada dua, yakni:

1. Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

Skema tarif progresif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh ini untuk menghitung PPh 21 setahun di
Masa Pajak Terakhir.

2. Tarif efektif rata-rata (TER) pemotongan PPh Pasal 21

Skema tarif efektif rata-rata PPh 21 ini untuk menghitung pajak penghasilan pasal 21 di masa
pajak selain Masa Pajak Terakhir atau secara bulanan dan harian.

7. DASAR HUKUM

Dasar Hukum
Dasar hukum skema penghitungan PPh 21 terbaru ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 21
ayat (5) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) s.t.d.t.d. UU
No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), yang menyebutkan
bahwa:

“Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan
Peraturan Pemerintah.”

Kemudian pemerintah menerbitkan regulasi teknis sebagai aturan pelaksana dari PP 58/2023
melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 168 Tahun 2023 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan
Orang Pribadi.

Maka skema penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 terbaru berdasarkan penerima dan
jumlah penghasilan yang dikenakan pajak.

8. PERUBAHAN SKEMA HITUNG

Skema perhitungan PPh Pasal 21 terbaru atau skema To Be adalah dengan mendasarkan
pada subjek penerima dari jenis penghasilannya dan penerapan waktu perhitungan pajaknya.

Pokok perubahan skema perhitungan PPh 21 di antaranya:

1. Perubahan seluruh skema penghitungan PPh 21

Skema penghitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dipotong untuk pegawai tetap (untuk
masa pajak selain masa pajak terakhir) dan pegawai tidak tetap telah diubah.

2
2. Perluasan lingkup penghitungan PPh 21

Memperluas lingkup penghitungan PPh Pasal 21 untuk peserta program pensiun yang masih
berstatus pegawai yang menarik dana pensiun.

Perluasan tersebut dari sebelumnya hanya Dapen saja, kini juga berlaku untuk lingkup
BPJSTK, ASABRI, TASPEN.

3. Pengurangan zakat/sumbangan keagaaman

Zakat / sumbangan keagamaan wajib yang dibayar melalui pemberi kerja dapat dikurangkan
dalam penghasilan bruto PPh 21.

4. Penambahan pengecualian penghasilan yang dipotong PPh 21

Menambah pengecualian penghasilan yang dipotong PPh 21 yakni DTP.

5. Penggabungan seluruh penghasilan dalam masa pajak

Menggabungkan seluruh penghasilan pegawai tetap dalam 1 bulan atau dalam masa pajak.

6. Pemotongan PPh 21 atas natura/kenikmatan

Dilakukan pemotongan PPh 21 atas natura dan/atau kenikmatan bagi wajib pajak orang pribadi.

9. TARIF PEMOTONGAN PPH PASAL 21 PROGRESIF & TER

Tarif pemotongan pajak penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh menggunakan tarif pajak
progresif berdasarkan lapisan penghasilan kena pajak.

Untuk diketahui, sebelumnya penghasilan yang dikenakan pajak mulai dari Rp50 juta setahun
dengan tarif pajak progresif PPh 21 mulai dari 5% hingga 30% untuk penghasilan kena pajak di
atas Rp500 juta dalam UU PPh 36/2008.

Lalu dilakukan perubahan lapisan penghasilan kena pajak mulai dari Rp60 juta setahun dengan
tarif progresifnya 5% hingga 35% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp5 miliar melalui UU
HPP 7/2021.

3
Kemudian skema perhitungan PPh 21 TER sesuai PP 58/2023 terdiri dari dua kategori tarif
efektif, yakni:

A. Tarif efektif bulanan (sesuai PTKP)

1. Tarif Kategori TER A


Rincian tarif efektif rata-rata bulanan untuk TER kategori A yakni PTKP TK/0 (Rp54 juta) dan
PTKP TK/1 & K/0 (Rp58,5 juta):

4
No Penghasilan Bruto Bulanan (Rp) TER
1 sampai dengan 5.400.000 0%
2 5.400.000 – 5.650.000 0,25%
3 5.650.000 – 5.950.000 0,5%
4 5.950.000 – 6.300.000 0,75%
5 6.300.000 – 6.750.000 1%
6 6.750.000 – 7.500.000 1,25%
7 7.500.000 – 8.550.000 1,5%
8 8.550.000 – 9.650.000 1,75%
9 9.650.000 – 10.050.000 2%
10 10.050.000 – 10.350.000 2,25%
11 10.350.000 – 10.700.000 2,5%
12 10.700.000 – 11.050.000 3%
13 11.050.000 – 11.600.000 3,5%
14 11.600.000 – 12.500.000 4%
15 12.500.000 – 13.750.000 5%
16 13.750.000 – 15.100.000 6%
17 15.100.000 – 16.950.000 7%
18 16.950.000 – 19.750.000 8%
19 19.750.000 – 24.150.000 9%
20 24.150.000 – 26.450.000 10%
21 26.450.000 – 28.000.000 11%
22 28.000.000 – 30.050.000 12%
23 30.050.000 – 32.400.000 13%
24 32.400.000 – 35.400.000 14%
25 35.400.000 – 39.100.000 15%
26 39.100.000 – 43.850.000 16%
27 43.850.000 – 47.800.000 17%
28 47.800.000 – 51.400.000 18%
29 51.400.000 – 56.300.000 19%
30 56.300.000 – 62.200.000 20%
31 62.200.000 – 68.600.000 21%
32 68.600.000 – 77.500.000 22%
33 77.500.000 – 89.000.000 23%
34 89.000.000 – 103.000.000 24%
35 103.000.000 – 125.000.000 25%
36 125.000.000 – 157.000.000 26%
37 157.000.000 – 206.000.000 27%
38 206.000.000 – 337.000.000 28%
39 337.000.000 – 454.000.000 29%
40 454.000.000 – 550.000.000 30%
41 550.000.000 – 695.000.000 31%
42 695.000.000 – 910.000.000 32%
43 910.000.000 – 1.400.000.00033%

5
44 1.400.000.000. 34%

2. Tarif Kategori TER B


Rincian tarif efektif rata-rata bulanan untuk TER kategori B yakni PTKP TK/2 & K/1 (Rp63 juta)
dan PTKP TK/3 & K/2 (Rp67,5 juta):

No Penghasilan Bruto Bulanan (Rp) TER


1 sampai dengan 6.200.000 0%
2 6.200.000 – 6.500.000 0,25%
3 6.500.000 – 6.850.000 0,5%
4 6.850.000 – 7.300.000 0,75%
5 7.300.000 – 9.200.000 1%
6 9.200.000 – 10.750.000 1,5%
7 10.750.000 – 11.250.000 2%
8 11.250.000 – 11.600.000 2,5%
9 11.600.000 – 12.600.000 3%
10 12.600.000 – 13.600.000 4%
11 13.600.000 – 14.950.000 5%
12 14.950.000 – 16.400.000 6%
13 16.400.000 – 18.450.000 7%
14 18.450.000 – 21.850.000 8%
15 21.850.000 – 26.000.000 9%
16 26.000.000 – 27.700.000 10%
17 27.700.000 – 29.350.000 11%
18 29.350.000 – 31.450.000 12%
19 31.450.000 – 33.950.000 13%
20 33.950.000 – 37.100.000 14%
21 37.100.000 – 41.100.000 15%
22 41.100.000 – 45.800.000 16%
23 45.800.000 – 49.500.000 17%
24 49.500.000 – 53.800.000 18%
25 53.800.000 – 58.500.000 19%
26 58.500.000 – 64.000.000 20%
27 64.000.000 – 71.000.000 21%
28 71.000.000 – 80.000.000 22%
29 80.000.000 – 93.000.000 23%
30 93.000.000 – 109.000.000 24%
31 109.000.000 – 129.000.000 25%
32 129.000.000 – 163.000.000 26%
33 163.000.000 – 211.000.000 27%
34 211.000.000 – 374.000.000 28%
35 374.000.000 – 459.000.000 29%
36 459.000.000 – 555.000.000 30%
37 555.000.000 – 704.000.000 31%

6
38 704.000.000 – 957.000.000 32%
39 957.000.000 – 1.405.000.00033%
40 di atas 1.405.000.000

3. Tarif Kategori TER C


Rincian tarif efektif rata-rata bulanan untuk TER kategori C yakni PTKP TK/3 (Rp70 juta):

No Penghasilan Bruto Bulanan (Rp) TER


1 sampai dengan 6.600.000 0%
2 6.600.000 – p6.950.000 0,25%
3 6.950.000 – 7.350.000 0,5%
4 7.350.000 – 7.800.000 0,75%
5 7.800.000 – 8.850.000 1%
6 8.850.000 – 9.800.000 1,25%
7 9.800.000 – 10.950.000 1,5%
8 10.950.000 – 11.200.000 1,75%
9 11.200.000 – 12.050.000 2%
10 12.050.000 – 12.950.000 3%
11 12.950.000 – 14.150.000 4%
12 14.150.000 – 15.550.000 5%
13 15.550.000 – 17.050.000 6%
14 17.050.000 – 19.500.000 7%
15 19.500.000 – 22.700.000 8%
16 22.700.000 – 26.600.000 9%
17 26.600.000 – 28.100.000 10%
18 28.100.000 – 30.100.000 11%
19 30.100.000 – 32.600.000 12%
20 32.600.000 – 35.400.000 13%
21 35.400.000 – 38.900.000 14%
22 38.900.000 – 43.000.000 15%
23 43.000.000 – 47.400.000 16%
24 47.400.000 – 51.200.000 17%
25 51.200.000 – 55.800.000 18%
26 55.800.000 – 60.400.000 19%
27 60.400.000 – 66.700.000 20%
28 66.700.000 – 74.500.000 21%
29 74.500.000 – 83.200.000 22%
30 83.200.000 – 95.000.000 23%
31 95.600.000 – 110.000.000 24%
32 110.000.000 – 134.000.000 25%
33 134.000.000 – 169.000.000 26%
34 169.000.000 – 221.000.000 27%
35 221.000.000 – 390.000.000 28%
36 390.000.000 – 463.000.000 39%

7
37 463.000.000 – 561.000.000 30%
38 561.000.000 – 709.000.000 31%
39 709.000.000 – 965.000.000 32%
40 965.000.000 – 1.419.000.00033%
41 di atas 1.419.000.000

B.Tarif Efektif Harian

CONTOH PERHITUNGAN PPH 21 TER

*Tuan B berstatus menikah dan memiliki 2 tanggungan (K/1) bekerja sebagai pegawai tetap di
PT CCC selama tahun 2024 dengan gaji bruto yang diterima setiap bulannya, pembayaran
premi JKK dan JKM, iuran pensiun, bonus maupun THR, dengan rincian pada tabel seperti
berikut:

Berikut rincian biaya jabatan dan iuran pensiun yang dibayarkan Tuan B sebagai pengurang
pajak:

No. Pegurang Gaji Bruto Jumlah


1. Biaya jabatan maksimal setahun Rp6 juta
2. Iuran pensiun setahun Rp1,2 juta

Dengan rincian pada tabel tersebut, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 terutang pada
bulan Desember 2024 sebagai berikut:

8
10. KESIMPULAN

Latar belakang diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2023 ini bertujuan untuk
mempermudah wajib pajak dalam menghitung dan melakukan administrasi pemotongan PPh
Pasal 21 agar proses bisnis lebih efektif, efisien dan akuntabel.

Namun penerapan skema perhitungan tarif efektif bulanan ini juga tidak memberikan dampak
tambahan beban pajak baru.

Sebab tarif efektif bulanan hanya merupakan skema yang digunakan dalam penghitungan PPh
21 untuk masa pajak selain Masa Pajak Terakhir (Januari-November) saja.

Artinya, pemotong PPh 21 dapat menghitung pemotongan PPh Pasal 21 di setiap Masa Pajak
(bulanan).

Sedangkan penghitungan PPh 21 setahun di Masa Pajak Terakhir (Desember), tetap


menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh seperti ketentuan yang berlaku saat ini.

REFERENSI

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi/perpajakan/pph-pasal-21.html
https://www.hipajak.id/artikel-pengertian-dan-tarif-pph-21
https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-pasal-21-2/
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Pemberlakukan-Tarif-
Efektif-PPh-Pasal-21

9
10

Anda mungkin juga menyukai