Anda di halaman 1dari 30

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pajak


Kantor Wilayah DJP Jawa Timur II
Tahun 2013

Aspek Perpajakan
Apotek dan Apoteker

Sidoarjo, 6 November 2013


Penggunaan APBN 2013
1
.

P
e
m
b
a
Energi
n
g Perhubungan dan
u lainnya
n
a
n

Pemukiman Irigasi
S
P
L
K
P
L
K
S
a
e
u
a
e
u
tyn
b
tyn
b
sa
sa
Penggunaan APBN 2013
n
ih
n
ih
g
a
d
g
a
d
2. Meringankan Beban dan
g
in
g
in
u
a
Menyejahterakan Rakyat
u
a
ln
n
l
a
a
L
n
L
n
a
g
a
g
ya
a
y
a
n
a
n
n
n
a
a
n
n
Penggunaan APBN 2013
3
.

Pertahanan Negara Keamanan dan


Ketertiban
KEWAJIBAN UMUM
PERPAJAKAN
SANKSI TERLAMBAT SETOR
Menurut Pasal 9 ayat (2a) UU No. Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009,
pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan
setelah tanggal jatuh tempo penyetoran dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan
dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran s.d.
tanggal pembayaran.
SANKSI TIDAK ATAU TERLAMBAT
MELAPOR
Menurut Pasal 7 UU No. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009,
apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana telah ditentukan, dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp
100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan serta sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah)
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak orang pribadi.
Aspek Perpajakan Apotek
1. Aspek Pajak Penghasilan
a. Subjek Pajak
- WP berbentuk badan : PT, CV, Firma, yayasan, dll
- WP perseorangan (WP Orang Pribadi)
b. Kewajiban menggunakan Pembukuan atau Pencatatan
c. Bentuk SPT Tahunan PPh
- Form 1771 bagi WP Badan;
- Form 1770 bagi WP Orang Pribadi
2. Aspek PPh Pemotongan dan Pemungutan
a. Kewajiban sebagai Pemotong/Pemungut PPh
- PPh Pasal 21
- PPh Pasal 23
- PPh Pasal 4 ayat (2)
b. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21, Pasal 23 dan pasal 4 ayat (2)
Aspek Perpajakan Apotek
3. Aspek PPN
a. Kewajiban mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP)
b. Cara menghitung PPN
c. Faktur Pajak
d. Bentuk SPT Masa PPN
- Form 1111; atau
- Form 1111 DM
1 Aspek Pajak Penghasilan

Pembukua Pencatatan
n
WP Badan

WP Orang Pribadi
WP Orang Pribadi yang
yang melakukan
Peredaran Brutonya dalam 1
kegiatan usaha atau tahun < 4,8 M
pekerjaan bebas

Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan


dengan Menggunakan Bahasa Asing dan
Satuan Mata Uang selain Rupiah
Peraturan Menteri Keuangan No. 24/PMK.011/2012
2 Aspek PPh Pemotongan dan Pemungutan

a. PPh Pasal 21
WP wajib melakukan pemotongan atas penghasilan berupa
gaji, bonus, upah, honor dan pembayaran lain yang
dibayarkan dalam rangka pekerjaan atau hubungan kerja atau
kegiatan orang pribadi wajib memotong PPh Pasal 21.
Kewajiban apotek (diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012):
1.Ketika Apotek membayar penghasilan tsb diatas kepada
pegawai maupun bukan pegawai, termasuk penghasilan/gaji
Apoteker (bagi apotek yang melakukan kerjasama dan secara
substansi apoteker digaji secara bulanan), wajib melakukan
penghitungan PPh atas penghasilan tersebut dan memotong
PPh-nya jika terutang;
2.Wajib menyetor dan melaporkan pemotongan PPh dengan
PTKP
Keterangan Setahun Sebulan

Untuk diri Wajib Pajak 24.300.000 2.025.000

Tambahan pegawai kawin 2.025.000 168.750

Tambahan anggota keluarga sedarah & 2.025.000 168.750


semenda dlm grs keturunan lurus, anak
angkat, maximum 3 orang

Tambahan untuk seorang istri yang 24.300.000 2.025.000


penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami
BIAYA JABATAN & BIAYA PENSIUN

(MAKSIMAL) (MAKSIMAL)
SETAHUN SEBULAN
BIAYA JABATAN

5%x
PENGHASILAN BRUTO 6.000.000 500.000
(GAJI)

BIAYA PENSIUN

5%x
PENGHASILAN BRUTO 2.400.000 200.000
(PENSIUN)
TARIF BERDASARKAN
PASAL 17 AYAT (1) A UU NO.36/2008 ( UU PPh)

KETENTUAN BARU (Mulai tahun pajak 2009):

NO Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d. Rp 50.000.000 5%

2. Di atas Rp50.000.000 - s.d. Rp 15%


250.000.000
3. Di atas Rp250.000.000 - 25%
s.d.Rp500.000.000-
4. Di atas Rp500.000.000 30%

15
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21:
Apotek Karya pada bulan Januari 2013 membayarkan penghasilan kepada
pegawainya Tn. Danang (status kawin & mempunyai 2 anak) sebesar Rp
5.000.000.-. Jika iuran pensiun yang dibayar oleh Tn. Danang sebesar Rp.
300.000,- Berapa PPh terutang Tn. Danang….?

Penghasilan Bruto : 5.000.000


Dikurangi - Biaya 250.000
Jabatan : 5% X 5.000.000
- Iuran 300.000
Pensiun
Penghasilan Neto Sebulan 4.450.000
Penghasilan Neto Setahun 53.400.000
: 12 X 4.450.000
PTKP (K/2) : 30.375.000
- WP/ Budi 24.300.000
- Status menikah 2.025.000
- 2 anak 2.025.000 X 2
Penghasilan Kena Pajak 23.025.000
SPT Masa PPh Pasal 21
(PER-14/PJ/2013

Mulai berlaku 1 Januari 2014


Beberapa Pokok-Pokok Perubahan :
•Penambahan Lampiran Daftar Pemotongan PPh Pasal
21/26 terhadap Pegawai Tetap yang harus disampaikan
pada setiap masa pajak.
•Standarisasi penomoran bukti potong
• Kewajiban penggunaan e-SPT bagi pemotong yang
dalam satu masa pajak:
a. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap
pegawai tetap dan penerima pensiun atau tunjangan hari
tua/jaminan hari tua berkala dan/atau terhadap PNS,
Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara dan Pensiunannya
yang jumlahnya lebih dari 20 orang; dan/atau
b. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 (tidak final)
dan/atau Pasal 26 selain pemotongan PPh sebagaimana
2 Aspek PPh Pemotongan dan Pemungutan

b. PPh Pasal 23
WP wajib melakukan pemotongan atas penghasilan berupa dividen,
sewa, imbalan dan pembayaran lain yang dibayarkan dalam rangka
pekerjaan atau hubungan kerja atau kegiatan kepada WP badan.
Kewajiban :
1.Wajib memotong PPh Pasal 23 dan menyetorkannya;
2.Wajib lapor SPT Masa PPh 23, jika ada kewajiban memotong
objek PPh 23. Apabila tidak ada PPh 23 yang harus dipotong tidak
perlu lapor SPT Masa PPh 23;
3.Wajib membuat bukti potong PPh pasal 23 setiap melakukan
pemotongan PPh Pasal 23.
1
9

TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN


PPh PASAL 23

HADIAH DAN
SEWA
PENGHARGAAN,
DAN
DEVIDEN, BUNGA
JASA LAINNYA
DAN ROYALTI

TARIF TARIF
15 % 2%

JUMLAH BRUTO

DASAR PEMOTONGAN

JIKA TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
2
0 CONTOH PENGHITUNGAN
PPh PASAL 23

PT. Sembuh Jaya di Sidoarjo menggunakan jasa pemeliharaan


komputer Rp 11.000.000, (harga yg tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 11.000.000,- x 100/110 x 2% = Rp 200.000,-
*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera dikuitansi tsb

dikalikan 100/110

Apabila pengusaha komputer tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal


23 terutang :
Rp11.000.000 x 100/110 x 2% x200%= Rp400.000,-
2 Aspek PPh Pemotongan dan Pemungutan

c. PPh Pasal 4 ayat (2)


WP wajib melakukan pemotongan atas penghasilan berupa
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau atas
penghasilan sewa tanah dan/atau bangunan.
Kewajiban :
1.Memotong PPh Pasal 4 ayat (2) dan menyetorkannya;
2.Wajib lapor SPT Masa PPh 4 ayat (2), jika ada kewajiban
memotong objek PPh Pasal 4 ayat (2). Apabila tidak ada PPh
Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong tidak perlu lapor SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2).
3.Membuat bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2).
PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final.
2 Aspek PPh Pemotongan dan Pemungutan

d. PPh Pasal 22
1.PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dikenakan
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang
dan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang
lainnya.
2.Tarif PPh Pasal 22 = 1,5%
3.Jika tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 22 100%
lebih tinggi
Contoh Penghitungan PPh Pasal 22
Apotek Sembuh Jaya melakukan penjualan kepada bendaharawan
pemerintah (misal : bendaharawan RSUD/Dinkes), maka pemungutan
PPh Pasal 22 oleh bendaharawan tersebut.
Mekanisme :
Nilai kontrak (termasuk PPh dan PPN) Rp. 11.000.000,00
Harga jual obat :
100/110 x Rp11.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00
PPh 22 dipungut bendaharawan
1,5% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 150.000,00

Hak dan kewajiban apotek :


1.Menerima bukti pungut PPh Pasal 22
2.Mengkreditkan PPh Pasal 22 dalam SPT Tahunan PPh.
3 Aspek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pengusaha apotek wajib mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Setelah menjadi PKP maka atas penyerahan BKP/JKP yang dilakukan
wajib memungut PPN.
Kecuali pengusaha yang selama tahun buku melakukan penyerahan
BKP/JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari
Rp 600.000.000,00 (disebut Pengusaha Kecil)
Cara menghitung PPN adalah menggunakan mekanisme Pajak Keluaran
vs Pajak Masukan (PK x PM)
Bagi Apotek dengan :
Omset tidak lebih dari 1,8 Milyar setahun boleh menggunakan
mekanisme PK vs deemed PM
Besaran Deemed PM adalah :
a. 60 % dari seluruh PK bagi yang melakukan penyerahan
Jasa Kena pajak (PPN disetor = 4 % x penyerahan JKP)
b. 70 % dari seluruh PK bagi yang melakukan penyerahan
Barang Kena pajak (PPN disetor = 3 % x penyerahan BKP)
FAKTUR PAJAK
PKP apotek wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena
Pajak dan Jasa Kena Pajak
Faktur Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak oleh PKP PE paling sedikit harus
memuat keterangan (Peraturan Dirjen Pajak No.58/PJ/2010):
1.nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena
Pajak;
2.jenis Barang Kena Pajak yang diserahkan;
3.jumlah Harga Jual yang sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau besarnya
Pajak Pertambahan Nilai dicantumkan secara terpisah;
4.Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; dan
5.kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
Faktur Pajak tersebut dapat berupa: bon kontan, faktur penjualan, segi cash
register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau pembayaran lain yang
sejenis.
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan PKP PE.
Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh PKP PE.
Kode dan nomor seri Faktur Pajak dapat berupa nomor nota, kode nota, atau
ditentukan sendiri oleh PKP PE
FAKTUR PAJAK

Contoh APOTEK SEMBUH JAYA


Faktur Pajak
Nama PKP : Slamet
NPWP : 06.123.456.7.617.000
Alamat : Jl. Gajah Mada 1 Sidoarjo
berupa No. Faktur Pajak : 0012255 tgl 12/02/2013

cash register 1 bh Paramex 2.500


1 bh CDR 35.000
Total harga 37.500
(termasuk PPN)

Terima kasih
Kesembuhan Anda Adalah Kebagahiaan Kami
FAKTUR PAJAK
Contoh Faktur Pajak berupa Nota/Bon Penjualan

Nota Penjualan/Faktur Pajak


Nomor : 000123 Tanggal 12/3/2013
Nama : Slamet/Apotek Jaya Yth………………………….
NPWP : 06.123.456.7.617.000 ……………………………….
Alamat : Jl. Gajah Mada 1 Sidoarjo

No. Barang Quantity Harga


Mylanta 1 17.000

Jumlah Total 17.000


(harga sudah termasuk PPN)
CONTOH PERHITUNGAN PPN UNTUK YANG
MENGGUNAKAN MEKANISME PK-PM

Apotek Sehat yang telah dikukuhkan menjadi PKP


melakukan beberapa macam penyerahan :
a. penyerahan terutang PPN = Rp25.000.000
Pajak Keluaran= 10% x Rp25.000.000,- = Rp2.500.000
Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan :
b. penyerahan tidak dikenakan PPN = Rp5.000.000
BKP/JKP terutang PPN = Rp 1.500.000
c. penyerahan dibebaskan dari PPN = Rp5.000.000
BKP/JKP tidak dikenakan PPN = Rp 300.000
BKP/JKP dibebaskan dari PPN = Rp 500.000
PM yang dapat dikreditkan dengan PK Rp2.500.000
hanya sebesar Rp1.500.000

PPN yang disetorkan Apotek Sehat ke Kas Negara:


Rp2.500.000 - Rp1.500.000= Rp1.000.000
CONTOH PERHITUNGAN PPN UNTUK YANG
MENGGUNAKAN PEDOMAN PENGHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Apotek Sumber Waras yang telah dikukuhkan menjadi PKP


melakukan beberapa macam penyerahan BKP : Pajak Masukan yg dibayar atas seluruh
a. penyerahan terutang PPN = Rp25.000.000
Pajak Keluaran= 10% x Rp.25.000.000,- = Rp2.500.000 perolehan : Rp1.500.000, namun karena
b. penyerahan tidak dikenakan PPN = Rp5.000.000 Apotek Sumber Waras menggunakan
c. penyerahan dibebaskan dari PPN = Rp5.000.000 pedoman penghitungan pengkreditan,
maka PM tersebut tidak dapat
dikreditkan

PM= 70%X2.500.000 = Rp1.750.000


PPN yang disetorkan Apotek Sumber Waras ke Kas Negara=
Rp2.500.000 – Rp1.750.000= Rp750.000

Anda mungkin juga menyukai