Anda di halaman 1dari 14

CARA MENGHITUNG PAJAK

A. Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan

Tarif Pajak Penghasilan Pph Pasal 21  


Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, tarif pajak penghasilan
pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut:

Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan 50 juta 5%
50 juta sampai dengan 250 juta 15%
250 juta sampai dengan 500 juta 25%
Diatas 500 juta 30%

PTKP 2017/2018 : Update Catatan Penting


Perlu Anda ketahui bahwa nilai PTKP untuk Tahun 2017/2018 sampai saat ini perhitungannya
masih menggunakan peraturan dari Menteri Keuangan : PMK: 101/PMK.010/2016, atau besaran
tarifnya masih menggunakan Tarif PTKP 2016.

Tarif PTKP Tahun 2016/2017/2018 Sesuai PMK 101-PMK.010-2016 :


1. Wajib Pajak Tidak Kawin (TK)
Uraian Status PTKP
Wajib Pajak  TK0 54.000.000,-
Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-
Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-
Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-

2. Wajib Pajak Kawin 


Uraian Status PTKP
WP Kawin K0 58.500.000,-
Tanggungan 1 K1 63.000.000,-
Tanggungan 2 K2 67.500.000,-
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-
3. Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri dan suami digabung

Uraian Status PTKP


WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-
Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-
Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-
 Catatan: 
 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang
 TK : Tidak Kawin
 K : Kawin
 K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung

Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pph 21 Tahun 2018


Untuk menghitung pajak penghasilan Pph 21 langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Hitung penghasilan bruto dalam setahun, seperti gaji pokok ditambah dengan tunjangan-
tunjangan lainnya.
2. Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sesuai dengan status dan ketentuan
PTKP.
3. Hitung pengurang lainnya seperti : Tunjangan Biaya Jabatan 5% & Iuran Pensiun 5%
dari penghasilan bruto, catatan: Tunjangan Biaya Jabatan Maksimal Rp. 6 juta per tahun,
dan Tunjangan Iuran Pensiun maksimal 2,4 juta per tahun.
4. Hitung Penghasilan netto Anda : Penghasilan Bruto – PTKP – Iuran Jabatan & Pensiun.
5. Kalikan Penghasilan Netto dengan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku.

Contoh soal
Misalnya A adalah seorang karyawan status kawin dengan anak 1, dengan asumsi data
penghasilan sebagai berikut:
Gaji Pokok Rp. 5 juta
Tunjangan Transportasi, Uang Makan dan lain-lain : Rp. 2 jutaTotal Penghasilan Bruto : Rp. 7
juta Membayar Iuran Pensiun Rp. 200 ribu per bulan kepada lembaga dana pensiun dimana
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Dari data di atas perhitungan pajak
penghasilan Pph 21 atas penghasilan dalam setahun adalah sebagai berikut:
(dalam Rupiah)

Gaji Pokok 60.000.000,-


Tunjangan 24.000.000,-
Penghasilan-Bruto 84.000.000,-

Pengurangan (-)
PTKP 63.000.000,-
Biaya Jabatan 4.200.000,-
Iuran Pensiun 2.400.000,-
Total 69.600.000,-
Penghasilan Kena Pajak-Netto 14.400.000,-
Pajak Pph (5%) Per Tahun 720.000,-
Angsuran Pajak Pph Per Bulan 60.000,-

Catatan :
1. Perhitungan diatas dengan asumsi pegawai A memiliki nomor pokok wajib pajak
(NPWP), namun apabila tidak memiliki NPWP maka wajib pajak tersebut dikenakan
biaya tambahan 20% dari perhitungan normal.
2. Apabila Karyawan A asumsi perhitungan Penghasilan Kena Pajak (Netto) di atas
nilainya di atas Rp. 50 juta, maka tarif pajak disesuaikan dengan tabel pajak progresif di
atas sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Latihan Soal
1. Di ketahui Pak Jaya yang bekerja sebagai pegawai negeri yang memiliki penghasilan Rp.
8.000.000,00 perbulannya. Akan tetapi Pak Jaya belum menikah sehingga belum
mempunyai anak. Hitung besra pajak penghasilan yang harus dibayar perbulannya?
2. Tersebutlah Pak Roni yang bekerja sebagai Direktur perusahaan dengan gaji perbulannya
Rp. 9.000.000,00. Dan Ia sudah mempunyai istri namun belum memiliki anak. Berapa pajak
penghasilan yang harus dibayar oleh Pak Roni?
3. Tuan Doni memiliki penghasilan kena pajak sebesar Rp.60.000.000,00 berapa penghasilan
terutang Tuan doni?
4. Hiduplah sebuah keluarga disebuah desa. Ia adalah Bapak Deni dan istrinya beserta 4
anaknya. Untuk mencukupi kebutuhannya ia bekerja sebagi Kepala Sekolah denagn upah
sebesar Rp. 9.800.000,00. Hitunglah besar pajak penghasilannya yang harus dibayarkan
perbulannya?
5. Terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Bapak Dwi dan 3
anaknya. Istrinya sudah lama meninggal, sehingga kini Bapaknya yang harus mencukupi
kebutuhan keluarganya. Untuk menunjang itu, ia bekerja sebagai Pegawai Bank dengan
upah yang diterimanya sebesar Rp. 6.500.000,00 perbulannya. Berapa besar pajak
penghasilan yang harus dibayarkan perbulannya?
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek
(siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. Dasar hukum Pajak Bumi dan
Bangunan adalah Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12 Tahun 1994.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, tahu kah Anda bahwa Pajak Bumi dan Bangunan dibagi
menjadi dua jenis yaitu

1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (P2), dan

2. Pajak Bumi dan Bangunan Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (P3).

Saat ini Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (P2) dikelola oleh pemerintah
daerah, sementara Pajak Bumi dan Bangunan Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan
(P3) masih dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Nah, untuk pembahasan kali ini kita akan membahas semua hal tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (P2) mulai dari objek pajaknya hingga cara
menghitungnya, dan sebagai dasar hukumnya kita menggunakan aturan UU No.28/2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan P2

Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah Tanah dan atau Bangunan.
Yang dimaksud dengan bumi adalah Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang
ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah,
pekarangan.

Sedangkan bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung
bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain
yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang.

Mengapa harus dibedakan antara bumi dan bangunan nya?


Hal ini dikarenakan objek pajak yang Anda miliki bisa berupa bumi (tanah) saja atau bisa juga
bumi dan bangunan. Selain itu, penentuan harga per meter untuk bumi berbeda dengan harga per
meter untuk bangunan. Bahkan untuk bangunan, berbeda objek bangunan pun akan berbeda
harga yang dihitung.

Yang Tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan

Perlu diketahui juga, tidak semua bangunan dikenakan pajak. Mungkin dalam pengurusan awal
Anda butuh IMB, namun untuk pajaknya tidak semua bangunan dikenakan pajak. Kriteria Objek
pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek yang:

1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial,


kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti
asuhan, candi.

2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.

3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu
hak.

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

5. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.

Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)


Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Sesuai
dengan UU No.28/2009 NJOP ditetapkan per wilayah berdasarkan pertimbangan
Bupati/Walikota serta memperhatikan :
1. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar;

2. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan
fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;

3. nilai perolehan baru;

4. penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.


Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya
NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota tidak lah sama, dalam UU No.28/2009
disebutkan NJOPTKP sekurang-kurangnya sebesar Rp 10.000.000,- dengan ketentuan
sebagai berikut :

1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu
Tahun Pajak.

2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan
pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa
digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)


Nilai Jual Kena Pajak adalah nilai bersih dari NJOP dikurangi dengan NJOPTKP. Sehingga
rumus untuk NJKP=NJOP-NJOPTKP.
CARA MENGHITUNG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

Bagi Anda yang memiliki bisnis dengan mendirikan bangunan di atas tanah seperti ruko, kios,

kantor, rumah kontrakan, hotel, dan lainnya, pasti Anda sering mendengar istilah PBB. PBB atau

Pajak Bumi Bangunan adalah pajak yang ditanggungkan atas tanah dan bangunan karena adanya

keuntungan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik, karena hak atas tanah dan bangunan

yang sudah ditempatinya.

Berarti bagi siapa saja yang memperoleh manfaat atas tanah dan bangunan yang ditempatinya,

wajib membayar pajak PBB setiap tahunnya. Pembayaran dilakukan maksimal 6 bulan setelah

diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Tertuang (SPPT).


 

Dasar Pengenaan Pajak PBB

Setelah Anda mengetahui tentang pajak PBB, selanjutnya Anda harus mengetahui tentang

pengenaan pajak PBB yang harus dibayarkan setiap tahun. Jangan sampai saat Anda menerima

SPPT tahunan tetapi tidak mengetahui dari mana hitung-hitungannya. Dasar utama pengenaan

pajak PBB adalah dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).


 

NJOP adalah harga rata-rata atau harga pasar dari objek pajak pada transaksi jual beli bumi dan

bangunan. NJOP biasanya sudah ditentukan dari KEMENKEU dan nilai NJOP setiap daerah

berbeda-beda, tergantung faktor-faktor yang memengaruhinya. Berikut beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap besarnya nilai NJOP Bumi dan Bangunan.

a. Faktor NJOP Bumi: lokasi, pemanfaatan, peruntukan, dan kondisi lingkungan sekitar

b. Faktor NJOP Bangunan: bahan baku yang digunakan untuk membangun, lokasi

bangunan, kondisi lingkungan sekitar bangunan, dan rekayasa.


Semakin banyak faktor yang memengaruhi, maka akan semakin besar pula pajak PBB tahunan

yang harus dibayarkan. Lain halnya jika bumi atau bangunan adalah hasil hibah, warisan, dan

sejenisnya yang tidak terjadi transaksi jual beli, maka bisa dilakukan dengan beberapa hal berikut

untuk mengetahui nilai NJOP:

a. Membandingkan dengan obyek lain yang sejenis dengan lokasi yang berdekatan.

b. Menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek pajak tersebut

dengan dikurangi nilai penyusutan harga objek pajak tersebut.

c. Menetapkan besarnya nilai NJOP berdasarkan hasil produk yang dihasilkan oleh objek

pajak.

Cara Menghitung Pajak PBB

Lalu bagaimana cara menghitung pajak PBB tersebut? Untuk rumus dasar perhitungan pajak

PBB adalah 0.5% dikali dengan NJKP (Nilai Jual Kena Pajak). Sedangkan untuk memperoleh

nilai NJKP adalah 20 persen dikali NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). Jadi, bagi Anda para pebisnis

yang memiliki banyak bangunan dengan harga yang tinggi, Anda harus menyisihkan sebagian

uang Anda untuk membayar pajak PBB tahunan.

Contoh Perhitungan Pajak PBB

Pak Agung adalah pemilik bisnis rumah kost di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara dengan

memiliki area kost seluas 300 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi. Diketahui

bahwa harga tanah per meter adalah 10 juta dan harga bangunannya 5 juta/meter.

Jawab

Langkah Pertama,

Anda harus cari dulu nilai total tanah dan bangunannya:


Tanah = 300 x 10.000.000 = Rp3.000.000.000

Bangunan = 240 x 5.000.000 = Rp1.200.000.000

Langkah Kedua,

hitung nilai NJOP dengan menjumlahkan nilai tanah dan bangunan:

NJOP = Rp3.000.000.000 + Rp1.200.000.000 = Rp 4.200.000.000

Langkah Terakhir,

hitung besaran PBB :

NJKP = 20% x Rp4.200.000.000 = Rp840.000.000

PPB = 0,5% x Rp840.000.000  = Rp4.200.000

Dari hasil dari hitung-hitungan di atas, didapatkan besaran pajak PBB yang harus dibayarkan

oleh Pak Agung setiap tahunnya adalah Rp4.200.000.


Bayar PBB Udah Mau Jatuh Tempo, Gini Cara Hitungnya Biar Gak Salah

Bentar lagi bulan Agustus nih. Cuma mau ingetin aja. Selain merayakan hari kemerdekaan
tanggal 17 Agustus nanti, kamu juga jangan sampai lupa buat bayar pajak bumi dan bangunan.

Bisa-bisa karena kamu gak aware, kamu diwajibkan buat bayar denda keterlambatan sebesar 2
persen dari nilai pajak yang kamu bayarkan. Udah keluar uang buat bayar pajak, ditambah lagi
dengan pembayaran denda. Capek deh!

Dan satu lagi yang perlu kamu tahu. Kalau sampai 24 bulan belum bayar pajak bumi dan
bangunan, petugas pajak bakal datang ke kamu buat nagih pajak sekaligus dendanya. Kebayang
gak gimana malunya dilihat tetangga kiri kanan begitu orang pajak datang menagih?

Malahan nih yang lebih buruknya lagi rumahmu bakal dipasangin plakat “Tanah dan Bangunan
Ini Belum Melunasi PBB-P2”. Ini sih lebih malu lagi. Malah semua orang bisa tahu. Dan
pemasangan plakat ini ditemukan di banyak tempat di Jakarta.

Fatalnya lagi nih sekalipun itu rumah yang kamu tempati atas namamu, ujung-ujungnya
rumahmu bakal disita karena pajak bumi dan bangunannya gak pernah dibayar. Waduh, bisa
kehilangan tempat tinggal nih.

Karena itu, siapkan deh uang buat bayar pajak bumi dan bangunan. Kalau kamu bingung gimana
cara siapkannya, nih ulasan tentang cara hitung dan bayarnya. Yuk disimak.

Cara hitung pajak bumi dan bangunan

Penting sekali buat tahu berapa pajak bumi dan bagunan. Sekalipun kamu udah dikirimi Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan terbaru, gak ada salahnya kan buat
verifikasi angkanya dengan menghitung sendiri.

Gak menutup kemungkinan lho angka yang tertera di SPPT PBB keliru. Ya, hitung-hitung
mengantisipasi kerugian lah.
Buat menghitung pajak bumi dan bangunan, kamu gunakan rumus:

PBB Terutang = Tarif (0,5 persen) x NJKP

Sebagai keterangan:

NJKP adalah nilai jual kena pajak. NJKP didapat dari NJOP dikurangi NJOPTKP atau
rumusnya:

NJKP = NJOP – NJOPTKP

NJOP adalah nilai jual objek pajak. Nilai ini menjadi ukuran yang memengaruhi besaran PBB.
Makin tinggi NJOP, makin tinggi pula PBB yang kamu bayarkan.

NJOP sendiri ada dua, yaitu NJOP Bumi dan NJOP Bangunan. Kedua NJOP tersebut nantinya
dijumlah menjadi NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB. Rumusnya:

NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB = NJOP Bumi + NJOP Bangunan

Oh, iya. NJOP ini nantinya bakal digunakan buat perhitungan final NJKP. Seandainya aja NJOP
≥ Rp 1.000.000.000, maka NJKP-nya sebesar 40 persen. Sementara NJOP < Rp 1.000.000.000,
maka NJKP-nya 20 persen.

Satu lagi yang perlu kamu tahu, yaitu Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak atau NJOPTKP.
Besaran NJOPTKP di tiap daerah berbeda-beda, besaran maksimalnya Rp 12 juta.

Ilustrasi cerita perhitungan PBB

Pak Jon tinggal di rumah yang berlokasi di Jl. Raya Pondok Gede, Jakarta Timur dengan luas
150 meter persegi dan luas tanah 200 meter persegi. NJOP-nya, bumi dan bangunan, saat itu
sebesar Rp 1,7 juta per meter persegi.

Berapakah PBB yang mesti dibayar Pak Jon?

NJOP Bangunan 150 x Rp 1,7 juta = Rp 255 juta

NJOP Bumi 200 x Rp 1,7 juta = Rp 340 juta

NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB = Rp 255 juta + Rp 340 juta = Rp 595 juta

NJOPTKP = Rp 12 juta

NJOP = NJOP – NJOTKP = Rp 595 juta – Rp 12 juta = Rp 583 juta (berarti NJKP 20 persen)
NJKP 20 persen x Rp 583 juta = Rp 116.600.000

PBB yang terutang = 0,5 persen x Rp 116.600.000 = Rp 583.000

Nah, itu berarti Pak Jon mesti membayar PBB sebesar Rp 583 ribu setiap tahunnya. Asalkan
tahun depan gak ada kenaikan NJOP. Lumayan besar emang. Maklum aja NJOP di wilayah
Jakarta emang terbilang tinggi.

Lalu gimana cara bayar pajak dan bumi bangunan? Yuk lanjut ke ulasan di bawah ini.

Cara bayar pajak bumi dan bangunan offline dan online

Penggunaan internet yang kian masif juga turut memudahkan kamu dalam membayar pajak bumi
dan bangunan. Selain bayar secara offline, kamu kini bisa bayar secara online.

Jadi, udah gak ada alasan lagi malas bayar pajak. Lagi pula kalau gak mau datang ke kantor
pajak, kamu bisa bayar lewat smartphone kok. Tinggal pilih aja mana pilihan mana yang pas
buat kamu.

Di bawah ini adalah dua cara bayar pajak bumi dan bangunan.

1. Bayar PBB offline

Gak melulu di kantor pajak, kamu juga bisa melakukan pembayaran offline di tempat-tempat
yang udah ditunjuk, yaitu:

 Kantor pos

 Bank seperti yang tertulis di di SPPT PBB

Terus gimana langkah-langkahnya? Mudah kok. Kamu tinggal membawa SPPT PBB yang
dikirim ke kamu dan jangan lupa bawa uang sesuai jumlah yang tertera di SPPT PBB kamu.

Sehabis melakukan setoran pajak, kamu bakal menerima Surat Tanda Terima Setoran (STTS)
dengan stempel sebagai bukit bahwa kamu udah melunasi pajak bumi dan bangunan.

2. Bayar PBB online

Malas dengan antrean di kantor pajak, bank, ataupun kantor pos, bayar online aja lewat ATM
ataupun internet banking. Selain cepat, bayarnya praktis pula.

Ada beberapa bank yang udah melakukan kerja sama dengan Direktorat Jenderal Pajak, khusus
buat bayar pajak. Buat yang di Jakarta, sejauh ini ada tujuh bank yang layani pembayaran PBB.
1. BRI

2. Bank DKI

3. BCA

4. Maybank

5. Mandiri Syariah

6. Mandiri

7. BNI 46

Cara bayar pajak lewat ATM:

 Masukkan kartu ATM, ketik PIN, dan pilih Menu Lain.

 Pilih Pembayaran.

 Pilih Pajak/Penerimaan Negara.

 Pilih PBB.

 Masukkan Nomor Objek Pajak kemudian pilih Tekan Jika Benar.

 Masukkan Tahun Pajak SPPT kemudian pilih Tekan Jika Benar.

 Nantinya informasi tagihan PBB bakal muncul di layar.

 Konfirmasi Ya kalau udah benar.

 Struk pun bakal keluar sebagai bukti pembayaran.

Komplain nilai pembayaran pajak bumi dan bangunan

Kamu bisa mengajukan keberatan mengenai PBB kalau menemukan beberapa kejanggalan
dalam SPPT PBB. Ada dua alasan yang membolehkan kamu melakukan komplain:

 Merasa isi dalam SPPT semisal luas objek pajak gak sesuai dengan yang sebenarnya.

 Beda tafsir UU antara petugas pajak dan kamu sebagai Wajib Pajak.

Gimana syarat-syaratnya? Seperti yang dikutip dari pajak.go.id, beginilah syaratnya.

1. Keberatan diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya SPPT.
2. Dalam keadaan terpaksa (force majeur), Wajib Pajak bisa kasih alasan kalau jangka
waktu tersebut gak dapat dipenuhi.

3. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

4. Diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang terbitkan
SPPT/SKP.

5. Kalau dikuasakan, harus melampirkan surat kuasa.

6. Diajukan masing-masing dalam satu Surat Keberatan, kecuali yang diajukan secara
kolektif melalui Lurah atau Kepala Desa setempat.

7. Mengemukakan alasan yang jelas dan mencantumkan besarnya pajak bumi dan
bangungan menurut hitungan kamu sebagai Wajib Pajak.

Walaupun kamu komplain, hal tersebut gak bikin kamu gak bayar pajak. Kamu tetap diharuskan
membayar pajak bumi dan bangunan sebagaimana aturan yang berlaku.

Gimana, udah tahu kan sekarang cara hitung dan bayar pajak bumi dan bangunan? Semoga
informasi di atas bermanfaat ya! Dan ingat tanggal 31 Agustus nanti bayar pajak

Sumber :
1. https://www.moneysmart.id/bayar-pajak-bumi-dan-bangunan-gini-cara-hitungnya/
2. ttps://www.pajakbro.com/2017/09/menghitung-tarif-pajak-bumi-dan-bangunan.html

Anda mungkin juga menyukai