Anda di halaman 1dari 15

USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

UJIAN SERTIFIKASI KONSULTAN PAJAK


JAWABAN PPh ORANG PRIBADI dan SPT
PERIODE JUNI 2014

I. Multiple Choice

1. Jawaban : D

a. Tentang PPh Atas Penghasilan WP Dengan Peredaran Usaha Tertentu (PP No.46)
Sejak 1 Juli 2013 berlaku PP No.46 Tahun 2013, yang diantaranya mengatur sbb :

Tarif PPh Dan Sifatnya


Pasal 2 ayat 1 : Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang
memiliki peredaran bruto  tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Pasal 3 ayat 1 : Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 adalah  1% (satu persen).

Kriteria Wajib Pajak & Batasan Peredaran Bruto


Pasal 2 ayat 2 : Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah  Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap; dan
b) Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan
dengan  pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
(empat miliar  delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Pasal 2 ayat 3 : Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi :
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang
iklan, sutradara, kru  film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan  moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi; dan
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan
langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya

Pasal 5 : Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak berlaku atas
penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan.

Penentuan Peredaran Bruto

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 1


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Pasal 3 ayat 2 : Pengenaan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan
pada peredaran bruto  dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun
Pajak yang bersangkutan.

Ketentuan Angsuran PPh Pasal 25


PMK 107/PMK.011/2013 sebagai peraturan pelaksanaan PP No.46 tahun 2013 mengatur sbb :

Pasal 9 ayat 1 : Wajib Pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), tidak
diwajibkan melakukan pembayaran angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
Undang-Undang Pajak Penghasilan.

b. Kesimpulan
- PPh final adalah ketentuan PPh yang bersifat khusus yang mengalahkan ketentuan umum.
- Usaha Ibu S adalah pedagang batik tidak termasuk yang dikecualikan.
- Di tahun 2013 peredaran usaha Ibu S tidak melebihi Rp.4,8 M sehingga di tahun 2014
dikenakan PPh final 1% dari peredaran bruto per bulan. Pilihan jawaban D – benar.

2. Jawaban : C
Pasal 7 ayat 1 UU PPh mengatur tentang besarnya PTKP. PMK 162/PMK.011/2012 mengatur
penyesuaian besarnya PTKP yang berlaku sejak 1 Januari 2013, sbb :

a. Rp 24.300.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;


b. Rp 2.025.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp.24.300.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
d. Rp 2.025.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

Dari ketetuan tersebut dapat disimpulkan :


- Tidak ada penggabungan penghasilan isteri.
- Y (Anak), karena bekerja paruh waktu, maka tidak ditanggung sepenuhnya dan tidak dapat
menjadi tanggungan Bapak A.
- F (Anak), karena belum mempunyai penghasilan maka masih menjadi tanggungan sepenuhnya
Bapak A.
- Ibu A, karena memperoleh penghasilan uang pensiun, maka tidak ditanggung sepenuhnya dan
tidak dapat menjadi tanggungan Bapak A.
- PTKP Bapak A adalah K/1

WP Sendiri 24.300.000
Status Kawin 2.025.000
Tanggungan 2.025.000
28.350.000

3. Jawaban : C

a. Penggunaan SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi


PER 34/PJ./2010 jo PER 26/PJ./2013 mengatur tentang formulir SPT Tahunan PPh bagi WP Orang
Pribadi yang berlaku tahun pajak 2013 sbb :

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 2


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Pasal 1 ayat 1 : Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi (Formulir 1770 dan Lampiran-Lampirannya) bagi Wajib Pajak yang
mempunyai penghasilan :
a) dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau Norma Penghitungan
Penghasilan Neto;
b) dari satu atau lebih pemberi kerja;
c) yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan atau bersifat Final; dan/atau
d) penghasilan lain

Pasal 2 ayat 1 : Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
Sederhana (Formulir 1770 S dan Lampiran-Lampirannya) bagi Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan :
a) dari satu atau lebih pemberi kerja;
b) dari dalam negeri lainnya; dan/atau;
c) yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final.

Pasal 3 : Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sangat
Sederhana (Formulir 1770 SS) bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan selain dari usaha
dan/atau pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp60.000.000,00
(enam puluh juta rupiah) setahun ..dst.

b. Kesimpulan
Walaupun total penghasilan masih dibawah Rp.60 juta, karena memperoleh penghasilan dari
usaha, Bapak R harus menggunakan SPT 1770. SPT 1770 SS digunakan untuk WP Orang Pribadi
yang mempunyai penghasilan selain dari usaha/pekerjaan bebas.

4. Jawaban : B
UU PPh mengatur sbb :

Pasal 17 ayat 1 : Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi :
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


 Sampai Dengan Rp 50 Juta 5%
 Diatas Rp. 50 Juta s/d Rp. 250 Juta 15%
 Diatas Rp. 250 Juta s/d Rp. 500 Juta 25%
 Diatas Rp. 500 Juta 30%

Kesimpulan
Atas penghasilan kena pajak Ibu D sebesar Rp.280 juta terutang PPh sbb :

- 5% x Rp.50 juta 2.500.000


- 15% x Rp.200 juta 30.000.000
- 25% x Rp.30 juta 7.500.000
40.000.000

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 3


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

5. Jawaban : B

Asumsi : Usaha bengkel dimulai sejak Juli 2013, sehingga dikenakan PPh final sesuai PP No.46 tahun
2013. Lihat pembahasan soal 1.

  Obyek Obyek Non Dasar


Penghasilan Non Final Final Obyek Hukum
- Bunga Deposito 1.000.000 PP No.131 Tahun 2000
- Warisan 50.000.000 Pasal 4 ayat 3.b UU PPh
- Hadiah Lomba Mancing 2.500.000 Pasal 4 ayat 1.b UU PPh
- Gaji PT. BM 96.000.000 Pasal 4 ayat 1.a UU PPh
- Usaha Bengkel Motor 300.000.000 PP No.46 Tahun 2013
- Honor Guru Tamu 500.000 Pasal 4 ayat 1.a UU PPh
- Sewa Rumah 15.000.000 PP No.5 Tahun 2002 jo PP No.29 Tahun 1996
- Sewa Mobil 3.000.000 Pasal 4 ayat 1.i UU PPh
  102.000.000 316.000.000 50.000.000  

Penghasilan yang dihitung di SPT Tahunan PPh tahun 2013 adalah penghasilan yang merupakan
obyek pajak tidak final, yaitu Rp.102 juta.

Catatan atas soal :


Usaha Bapak A, bengkel motor, tidak termasuk jenis usaha yang dikecualikan PP No.46 tahun 2013.
Dalam soal tidak ada data kapan usaha bengkel dimulai.
- Bila dimulai sebelum berlakunya PP No.46 tahun 2013 (1 Juli 2013), maka untuk periode
Januari-Juni 2013 dikenakan PPh tidak final dengan tarif umum, dan untuk periode Juli-
Desember 2013 dikenakan PPh final 1%. Soal tidak dapat dijawab.
- Bila dimulai sejak Juli 2013, maka seluruh penghasilan bengkel dikenakan PPh final 1%. Pilihan
jawaban B – benar.
- Bila usahanya berakhir sebelum 1 Juli 2013, maka seluruh penghasilan bengkel seluruhnya
dikenakan PPh tidak final dengan tarif umum. Pilihan jawaban A – benar.

6. Jawaban : D
Penghasilan yang dikenakan PPh final adalah Rp.316 juta. Lihat pembahasan soal 5 diatas.

7. Jawaban : B

a. Tentang Penggabungan Penghasilan Anak Belum Dewasa


Pasal 8 UU PPh mengatur tentang penggabungan penghasilan suami dan isteri.
Pasal 8 ayat 4 : Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan orang
tuannya.

Penjelasan pasal 8 ayat 4 : Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa” adalah anak
yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.

b. Pemotongan PPh Atas Honor Artis & Sifat Pemotongannya

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 4


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Atas penghasilan berupa honor arti

Pasal 21 ayat 1 : Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :
a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai

Pasal 28 ayat 1 : Bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak yang terutang
dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan, berupa
a. pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21

c. Kesimpulan
- Walaupun masih berusia 17 tahun tetapi Karena sudah pernah menikah, maka nona S tidak
termasuk anak yang belum dewasa, sehingga penghasilannya tidak perlau digabung dengan
penghasilan orang tuanya. Pilihan jawaban A & C – salah. Pilihan jawaban B – benar.
- Karena pemotongan PPh pasal 21 bersifat tidak final, maka penghasilan honor harus
dilaporkan dan dhitung di SPT Tahunan. Pilihan jawaban D – salah.

8. Jawaban : A & B

a. Penghasilan Dari Praktek Dokter Dan Usaha Apotik

Praktek Dokter
Dari pembahasan di soal 1, profesi dokter termasuk pekerjaan bebas yang dikecualikan dari
pengenaan PPh final 1%. Dalam hal ini PP No.46 tahun 2013 mengatur sbb :

Pasal 6 : Atas penghasilan dari usaha selain dari usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat 1 yang diterima atau diperoleha wajib pajak, dikenakan pajak penghasilan berdasarkan
ketentuan Undang-undang pajak penghasilan. Pilihan jawaban D – benar.

Usaha Apotik
Usaha apotik tidak termasuk yang dikecualikan sehingga dikenakan PPh final 1%. Pilihan
jawaban C – benar.

b. Tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto


UU PPh mengatur tentang norma penghitungan penghasilan neto sbb :

Pasal 14 ayat 2 : Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat
milyar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dengan syarat
memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama
dari tahun pajak yang bersangkutan.

Karena penghasilan usaha apotik tahun 2013 tidak melebihi Rp.4,8 M, maka Bapak S berhak
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto pada tahun 2014. Pilihan jawaban A –
salah.

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 5


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Pasal tersebut juga mengatur bahwa penggunaan norma untuk tahun 2013 harus diberitahukan
ke DJP paling lambat dalam jangka waktu 3 bulan pertama tahun 2013, yaitu bulan Maret 2013,
bukan pada bulan Maret 2014 seperti dalam soal. Pilihan jawaban B – salah.

9. Jawaban : B
Dalam hal ini Ibu R memperoleh penghasilan dari pekerjaan dan usaha, serta memilih menjalankan
hak dan kewajiban pajaknya sendiri. Tentang hal tersebut UU PPh mengatur sbb :

a. Tentang Penggabungan Penghasilan Isteri


Pasal 8 UU PPh mengatur tentang penggabungan penghasilan suami dan isteri.

Pasal 8 ayat 1 : Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal
tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang berasal dari
tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya, kecuali :
- penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang
telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan
- pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau
anggota keluarga lainnya.

Pasal 8 ayat 2 : Penghasilan suami-isteri dikenakan pajak secara terpisah apabila :


a. suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim;
b. dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan; atau
c. dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan

Pasal 8 ayat 3 : Penghasilan netto suami-isteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dan huruf c dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami-isteri, dan
besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-masing suami-isteri dihitung sesuai dengan
perbandingan penghasilan netto mereka. Pilihan jawaban A – benar.

SE 29/PJ/2010 kemudian memberikan penegasan bagi isteri yang memilih menjalankan hak dan
kewajiban pajaknya sendiri, sbb :

Butir 3.a : bagi wanita kawin yang melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan atau
yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri wajib
menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi atas namanya sendiri terpisah
dengan SPT Tahunan PPh suaminya.

Dengan demikian Ibu R wajib menyampaikan SPT Tahunan sendiri dan PPh pasal 21 yang
dipotong PT. CI dapat dikreditkan terhadap PPh Terutangnya. Pilihan jawaban C – benar. (lihat
juga pembahasan soal 8).

Terlepas apakah penghasilan Ibu R hanya dari PT. CI atau juga dari usaha toko ATK, karena
memilih manjalankan hak dan kewajiban pajaknya sendiri, PPh pasal 21 yang dipotong PT. CI
tidak dapat dikreditkan di SPT Tahunan suaminya. Pilihan jawaban D – benar.

b. Tentang PTKP
Ketentuan tentang PTKP telah dibahas di soal 2.

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 6


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Karena penghitungan PPh didasarkan pada penghasilan suami dan isteri yang digabung, maka
Tn. A berhak tambahan PTKP untuk penghasilan isteri yang digabung, sehingga status PTKP nya
adalah K/I/1. Pilihan jawaban B – salah.

10.Jawaban : A
SE 10/PJ.46/1996 memberikan penegasan tentang PTKP bagi warisan yang belum terbagi sbb :

Butir 3 : Penghasilan dari Warisan yang belum terbagi pada prisnsipnya merupakan hak dan dapat
dibagikan kepada para ahli Waris yang berhak, dan penghasilan tersebut harus digunakan dengan
penghasilan lainnya yang diterima atau diperoleh masing-masing ahli Waris. Oleh karena dalam
menghitung penghasilan Kena Pajak masing-masing ahli Waris telah memperoleh pengurangan
berupa PTKP, maka dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak atas penghasilan yang berasal dari
Warisan yang belum terbagi tidak diberikan pengurangan berupa PTKP. (SE 10/PJ.46/1996)

11.Jawaban : C

a. Tentang Warisan Belum Terbagi


Tentang warisan yang belum terbagi, UU PPh menjelaskan sbb :

Penjelasan pasal 2 ayat 1.a : Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan
warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan
pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

Penjelasan pasal 2 ayat 3.c : Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi
subjek pajak dalam negeri dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri dalam pengertian
Undang-Undang ini mengikuti status pewaris. Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan
kewajiban perpajakannya, warisan tersebut menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak.
Apabila warisan tersebut telah dibagi, kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.

Dari penjelasan tersebut, pada prinsipnya kewajiban pajak warisan belum terbagi meneruskan
kewajiban subyek pajak yang meninggalkan warisan.

b. PPh Usaha Perdagangan Bangunan Dan Alat Listri


Penghasilan usaha perdagangan termasuk yang dapat dikenakan PPh final 1% sesuai PP No.46
tahun 2013. Lihat pembahasan soal 1.

Karena peredaran bruto tidak melebihi Rp.4,8 M dalam setahun, maka WP dikenakan PPh final
1%

12.Jawaban : B
Dari pembahasan soal 9, penghitungan PPh yang didasarkan pada penggabungan penghasilan neto
suami dan isteri dan PPh masing-masing berdasarkan porsi penghasilan neto, berlaku bagi :
- Suami dan isteri mengadakan perjanjian pisah harta dan penghasilan.
- Isteri memilih menjalankan hak dan kewajiban pajak sendiri.

Pilihan jawaban B – benar.


Pilihan jawaban A – salah.

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 7


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Dalam hal isteri adalah karyawati dan memilih menjalankan hak dan kewajiban pajak sendiri, SE
29/PJ/2010 menjelaskan sbb :

Butir 3.c : Penghitungan PPh terutang dalam SPT Tahunan PPh wanita kawin sebagaimana
dimaksud pada huruf a didasarkan pada penggabungan penghasilan neto suami isteri dan
besarnya PPh terutang bagi isteri tersebut dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto
antara suami dan isteri.

Butir 3.d : Penghitungan PPh terutang sebagaimana dimaksud pada huruf c, berlaku juga bagi
wanita kawin sebagai pegawai yang mempunyai penghasilan semata-mata diterima atau diperoleh
dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pilihan jawaban C – salah.


Pilihan jawaban D – salah.

13.Jawaban : C
KEP 50/PJ./1996 mengatur penunjukan WP Orang Pribadi tertentu sebagai pemotong PPh atas
penghasilan sewa tanah/bangunan. Dalam hal ini Ir. TR telah ditujuk sebagai pemotong PPh.

PPh penghasilan sewa tanah/bangunan diatur di PP No.29 Tahun 1996 jo PP No.5 Tahun 2002.

Pasal 1 : Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari persewaan
tanah dan/ataubangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, wajib dibayar Pajak
Penghasilan.

Pasal 3 : Besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dipotong atau dibayar sendiri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan
tanah dan/atau bangunan dan bersifat final.

Karena itu Ir. TR wajib memotong PPh final atas sewa ruko yang dibayarkan kepada Ir. V

14.Jawaban : C

a. Tentang Penggabungan Penghasilan Isteri


Soal 9 dan 12 telah dibahas ketentuan penggabungan penghasilan isteri dan penghitungan PPh
nya.

Dalam soal ini dr. Y, tidak perlu digabungkan dengan penghasilan Ir. V, dengan alasan :
- dr. Y tidak memilih menjalankan hak dan kewajiban pajaknya sendiri, karena NPWP nya sama
dengan (menggunakan) NPWP suami,
- Penghasilan dr. Y hanya dari satu pemberi kerja, dan
- dr. Y (PNS) bekerja di Instansi pemerintahan, sehingga pekerjaannya tidak ada hubungan
dengan usaha suaminya.

Penghasilan (gaji) dr. Y akan dilaporkan di SPT Tahunan Ir. V di lampiran PPh final.

b. Kesimpulan
Dari penghasilan-penghasilan Ir. V, yang harus diperhitungan dalam menghitung PPh terutang di
SPT Tahunan adalah penghasilan yang merupakan obyek pajak tidak final, sbb :

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 8


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

  Obyek Obyek Non Dasar


Penghasilan Non Final Final Obyek Hukum
1. Gaji Istri PNS 45.000.000 Pasal 4 ayat 1.a UU PPh
2. Bagian Laba CV. S 300.000.000 Pasal 4 ayat 3.1 UU PPh
3. Penjualan Tanah/Bangunan 600.000.000 PP No.48 tahun 1994 stdd PP No.71 tahun 2008
4. Jasa Konsultan Elektronik 1.000.000.000 Pasal 4 ayat 1.a UU PPh
5. Hadiah Undian 2.000.000 PP No.132 tahun 2000
6. Sewa Ruko   100.000.000   PP No.5 Tahun 2002 jo PP No.29 Tahun 1996
  1.000.000.000 747.000.000 300.000.000  

15.Jawaban : A
Melanjutkan pembahasan soal 13 dan 14 diatas, berikut penghitungan PPh terutangnya.

Penghasilan Bruto 1.000.000.000


Penghasilan Neto (40%) 400.000.000
PTKP (K/3) (32.400.000)
Penghasilan Kena Pajak 367.600.000
PPh Terutang
- 5% x Rp.50 juta 2.500.000
- 15% x Rp.200 juta 30.000.000
- 25% x Rp.117,6 juta 29.400.000
61.900.000

II. Soal Essay

Soal Essay 1
Ketentuan tentang PTKP telah dibahas di soal 2 Multiple Choice. Ketentuan tentang Penggabungan
penghasilan isteri telah dibahas di soal 9 dan 12 Multiple Choice.

a. Tidak Ada Keterangan Tambahan


Dalam hal ini Bapak Y berstatus kawin, sedangkan tanggungan keluarga sbb :
- Frh (anak kandung). Karena mempunyai penghasilan paruh waktu, maka tidak ditanggung
sepenuhnya oleh Bapak Y, sehingga tidak dapat menjadi tanggungan PTKP.
- A (anak kandung). Karena masih berstatus pelajar dan belum mempunyai penghasilan, maka
dapat menjadi tanggungan PTKP.
- F (anak angkat). Anak angkat termasuk dalam tanggungan PTKP. Karena masih berstatus pelajar
dan belum mempunyai penghasilan, maka dapat menjadi tanggungan PTKP.
- S (Ibu Mertua). Karena tidak berpenghasilan maka dapat menjadi tanggungan PTKP.
- Ibu kandung. Karena tidak ada data tentang penghasilan, dianggap tidak berpenghasilan
sehingga dapat menjadi tanggungan PTKP.
- R (paman) & Z (adik kandung). Tidak termasuk hubungan keluarga yang dapat menjadi
tanggungan PTKP.
Dari uraian diatas, ada 4 orang yang memenuhi kriteria tanggungan, tetapi yang dapat menjadi
tanggungan PTKP maksimal 3 orang, sehingga PTKP Bapak Y adalah K/3.

WP Sendiri 24.300.000
Status Kawin 2.025.000
Tanggungan (3 orang) 6.075.000

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 9


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

32.400.000

b. Ibu H (Isteri) Mempunyai Usaha Salon


Karena penghasilan isteri dari usaha, maka penghasilannya harus digabung dengan penghasilan
Bapak Y dan PTKP nya menjadi K/I/3.

WP Sendiri 24.300.000
Status Kawin 2.025.000
Penggabungan Penghasilan
Isteri 24.300.000
Tanggungan (3 orang) 6.075.000
56.700.000

c. Ibu S (mertua) Menerima Uang Pensiun


Karena Ibu S menerima uang pensiun, maka tidak ditanggung sepenuhnya oleh Bapak Y, sehingga
tidak dapat menjadi tanggungan PTKP. Akan tetapi karena awalnya yang memenuhi kriteria
tanggungan ada 4 orang, maka dengan dikeluarkannya Ibu S jumlah tanggungan PTKP tetap 3
orang. PTKP Bapak Y adalah K/3.

Soal Essay 2
Ketentuan tentang Penggabungan penghasilan isteri telah dibahas di soal 9 dan 12 Multiple Choice.

Usaha klinik yang dilakukan dokter tidak termasuk jenis usaha yang dapat dikenakan PPh final 1%
sesuai PP No.46 tahun 2013, sehingga dikenakan PPh dengan tarif umum.

Dalam hal ini Ibu D memilih menjalankan hak dan kewajiban pajak sendiri, sehingga pengenaan
pajaknya dikenakan secara terpisah dan penghitungan PPh nya didasarkan pada penggabungan
penghasilan neto suami isteri, sbb :

Uraian Dr A Ibu D Total


Penghasilan Neto 450.000.000 120.000.000 570.000.000

PTKP (K/I/3)
- WP Sendiri 24.300.000
- Pengh Istri Digabung 24.300.000
- Status Kawin 2.025.000
- Tanggungan 6.075.000
56.700.000
Penghasilan Kena Pajak 513.300.000
PPh Terutang (tarif ps.17)
- 5% x Rp.50 juta 2.500.000
- 15% x Rp.200 juta 30.000.000
- 25% x Rp.250 juta 62.500.000
- 30% x Rp.13,3 juta 3.990.000
  78.150.000 20.840.000 98.990.000

Porsi PPh Terutang :


Dr A : (Rp.450 juta / Rp.570 juta) x Rp.98.990.000 = 78.150.000
Ibu D : (Rp.120 juta / Rp.570 juta) x Rp.98.990.000 = 20.840.000

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 10


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

98.990.000

III. SPT Tahunan WP OP


- Karena Bapak M menjalankan kegiatan usaha toko material, maka SPT yang digunakan adalah 1770
(Lihat pembahasan soal 3). Karena istri Bapak M memperoleh penghasilan hanya dari satu pemberi
kerja, PT. Berdikari, maka tidak perlu dilakukan penggabungan penghasilan istri.

A. Penghasilan Netto Usaha Dari Usaha (1770 I – Bag B)


a. Usaha Dagang Toko Material
Dikenakan PPh final 1% sesuai PP No.46 tahun 2013.

b. Usaha Jasa Konsultasi Arsitek


M memberikan jasa konsultasi karena memiliki keahlian merancang gedung/bangunan. Apakah
jasa arsitek ini termasuk jasa konstruksi yang dikenakan PPh final tersendiri ? PP No. 51 tahun
2008 menjelaskan sbb :

Pasal 1 angka 2 : Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi
pengawasan pekerjaan konstruksi.

Pasal 1 angka 3 : Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,
sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Pasal 1 angka 4 : Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.

Pasal 1 angka 8 : Penyedia Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap,
yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi,
pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya.

Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa jasa konsultasi perancangan bangunan/gedung
dapat dikategorikan sebagai usaha jasa perencanaan konstruksi.

c. Biaya Usaha Komersial


Dalam soal diketahui bahwa M menyelenggarakan pembukuan. Untuk usaha jasa konsultasi
arsitek, diketahui biaya usahanya, tetapi untuk usaha toko material tidak diketahui. Data tersebut
dibutuhkan untuk melaporkan penghasilan neto komersial dalam SPT 1770-I halaman 1.
Pengenaan PPh final 1% sesuai PP No.46 tahun 2013, tidak meniadakan kewajiban untuk

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 11


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

menyelenggarakan pembukuan bagi WP yang wajib atau memilih untuk menyelenggarakan


pembukuan. Oleh karena itu data biaya usaha toko material diabaikan.

Toko Material Jasa Konsultasi Total


Penghasilan Neto Komersial
- Peredaran Bruto 2.000.000.000 150.000.000 2.150.000.000 A.1.a
- Biaya Langsung (HPP)   (50.000.000) (50.000.000) A.1.b
2.000.000.000 100.000.000 2.100.000.000 A.1.c
- Biaya Usaha   (40.000.000) (40.000.000) A.1.d
2.000.000.000 60.000.000 2.060.000.000 A.1.e
Koreksi Fiskal
- Biaya Untuk 3M Penghasilan Final 90.000.000 A.2.a
- Penghasilan Yg Dikenakan PPh Final (2.150.000.000) A.3.a
Penghasilan Neto Fiskal -

B. Penghasilan Netto Dari Pekerjaan (1770 I – Bag C)


Bapak M bekerja sebagai Direktur Operasional PT. XYZ.

- Penghasilan Bruto 255.000.000


- Pengurangan (15.000.000)
- Penghasilan Neto 240.000.000

C. Penghasilan Dalam Negeri Lainnya (1770 I – Bag D)

    Oby PPh   Oby PPh PPh Kredit


No Penghasilan Tidak Final Non Obyek Final Terutang Pajak
    1770 I D 1770 III B 1770 III A   1770 II
1 Bunga Deposito     10.000.000 2.000.000  
2 Sewa Kios     20.000.000 2.000.000  
3 Traveling Ke Singapura   15.000.000   0  
4 Warisan   100.000.000   0  
5 Honor Pembicara Seminar 5.000.000     125.000 125.000
6 Penghasilan Istri     75.000.000 1.500.000  
7 Peredaran Bruto Toko Material     2.000.000.000 20.000.000  
8 Jasa Konsultasi Arsitek     150.000.000 9.000.000  
    5.000.000 115.000.000 2.255.000.000 34.625.000 125.000

Penjelasan :

a. Bunga Deposito. Dikenakan PPh final 20% sesuai PP No.131 tahun 2000.

b. Sewa Kios. Oleh CV. TJ dilakukan pemotongan PPh final 10%. PP No.5 Tahun 2002 jo PP No.29
Tahun 1996.

c. Hadiah Traveling Ke Singapura. Merupakan imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan


yang bukan merupakan obyek pajak sesuai pasal 4 ayat 3.d UU PPh.

d. Warisan. Bukan merupakan obyek pajak sesuai pasal 4 ayat 3.b UU PPh.

e. Honor Pembicara Seminar. Adalah penghasilan sehubungan dengan jasa yang merupakan obyek
pajak sesuai pasal 4 ayat 1.a UU PPh. Atas honor ini dikenakan pemotongan PPh pasal 21 sesuai
PER 31/PJ./2012, sbb :

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 12


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Pasal 1 angka 21 : Imbalan kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada Bukan Pegawai sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
penghasilan sejenis lainnya.

Pasal 3 : Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang
pribadi yang merupakan :
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian
jasa, meliputi :
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

Pasal 16 ayat 2 : Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
diterapkan atas :
a. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan
kepada Bukan Pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan.

Dengan demikian atas penghasilan honor, Bapak M dipotong PPh pasal 21 :


Rp.5.000.000 x 50% x 5% = Rp.125.000.

f. Penghasilan Istri. Penghasilan istri Bapak M berasal dari satu pemberi kerja, PT. Berdikari,
sehingga tidak perlu digabung dengan penghasilan Bapak M dan dianggap sebagai penghasilan
final.

g. Peredaran Bruto Toko Material. Dikenakan PPh final 1% dari peredaran bruto sesuai PP No.46
tahun 2013.

h. Jasa Konsultasi Arsitek. Lihat pembahasan butir A diatas.


PP No.51 tahun 2008 selanjutnya mengatur sbb :

Pasal 2 : Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final.

Pasal 3 ayat 1 : Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut :
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha;
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha

Dengan asumsi bahwa M tidak memliki kualifikasi usaha maka dikenakan PPh final dengan tarif
6% x Rp.150.000.000 = Rp.9.000.000.

D. Penghitungan PPh Terutang & PPh Kurang Bayar Tahun 2014

1 Penghasilan Netto Fiskal


-.Penghasilan Dari Usaha 0
- Penghasilan Dari Pekerjaan 240.000.000
- Penghasilan Dalam Negeri Lain 5.000.000
245.000.000
2 Zakat 0
245.000.000
3 Kompensasi Rugi 0
245.000.000

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 13


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

4 PTKP (K/2) (30.375.000)


5 Penghasilan Kena Pajak 214.625.000
6 PPh Terutang (Tarif Ps.17) 27.193.750
7 PPh dipotong Pihak Lain
- PPh pasal 21 - (PT. XYZ Property) (26.443.750)
- PPh pasal 21 - (PT. ARB) (125.000)
(26.568.750)
8 PPh Harus Dibayar Sendiri 625.000
9 PPh Sudah Dibayar Sendiri 0
10 PPh Kurang Bayar 625.000

Penjelasan

a. Kompensasi Rugi
Di tahun 2013 usaha jasa konsultan arsitek mengalami kerugian Rp.5.000.000, tetapi karena usaha
jasa konsultan arsitek dikenakan PPh final, maka kerugia tersebut tidak dapat dikompensasikan.

b. PTKP
Bapak M mempunyai 2 istri dan 2 anak. Penentuan PTKP adalah untuk status kawin bukan jumlah
istri. Karena tidak ada penggabungan penghasilan istri, PTKP Bapak M adalah K/2. (ketentuan
PTKO lihat soal 2 Multiple Choice)

- WP Sendiri 24.300.000
- Status Kawin 2.025.000
- Tanggungan 4.050.000
30.375.000

c. PPh Terutang
Penghitungan PPh terutang sbb : (Lihat pembahsan soal 4 Multiple Choice)

- 5% x Rp.50 juta = 2.500.000


- 15% x Rp.164,625 juta = 24.693.750
27.193.750

E. Penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2015


Dalam hal terdapat peghasilan tidak teratur, KEP 537/PJ/2000 mengatur sbb :

Pasal 1.d : Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak, yang bersumber dari kegiatan usaha,
pekerjaan bebas, pekerjaan, harta dan atau modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final. Tidak termasuk dalam penghasilan teratur adalah keuntungan
selisih kurs dari utang/ piutang dalam mata uang asing dan keuntungan dari pengalihan harta
(capital gain) sepanjang bukan merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok, serta
penghasilan lainnya yang bersifat insidentil.

Pasal 3 ayat 2 : Dasar penghitungan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah jumlah penghasilan neto menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
pajak yang lalu setelah dikurangi dengan penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan tersebut.

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 14


USKP Juni 2014 Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan SPT

Di tahun 2013 Bapak M memperoleh penghasilan tidak teratur berupa honor sebagai pembicara
seminar. Angsuran PPh pasal 25 dihitung sbb :

1 Penghasilan Netto Fiskal tahun 2014 245.000.000


2 Penghasilan Tidak Teratur (5.000.000)
240.000.000
3 PTKP (K/2) (30.375.000)
4 Penghasilan Kena Pajak 209.625.000
5 PPh Terutang (Tarif Ps.17) 26.443.750
6 PPh dipotong Pihak Lain
- PPh pasal 21 - (PT. XYZ Property) (26.443.750)
7 PPh Harus Dibayar Sendiri 0
8 Angsuran PPh pasal 25 0

PPh Terutang
- 5% x Rp.50 juta = 2.500.000
- 15% x Rp.159,625 juta = 23.943.750
26.443.750

Penghitungan ini dilampirkan di SPT Tahunan Tahun 2014.

IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) 15

Anda mungkin juga menyukai