Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Perpajakan Sesi 6

Ritma Aulia Halim – 450869 (PPAk – Kelas B)

A. Resume Rekaman
Apakah solusi pajak termasuk Hiburan atau Ujian ? Orang salah mengelola pajak, maka
ujian akan datang bertubi-tubi. Salah satu pengelolaan pajak yang akan dijauhkan dari masalah
pajak, yaitu ketika kita menyajikan atau melaporkan SPT Tahunan , karena SPT yang
disampaikan bulan maret adalah waktu untuk penyusunan pajak. Salah satu masalah dari
sengketa pajak adalah penyusunan SPT yang tidak valid yang tidak cermat.

SOLUSI MENGHIDARI SENGKETA PAJAK


Bahwa untuk menghindari sengketa pajak adalah profil dari diri kita harus tersaji di SPT, kalau
tidak sinkron antara profil diri dengan laporan pajak.
Kasus :
- Si A memiliki NPWP
- Memiliki usaha jualan jus
- Pinjam bank 2,4 Milyar.
- Input SPT, omset ditulis 200 juta dalam setahun. (laporan penjualan setahun)
( SPT Masuk, kantor pajak memperoleh data, pinjaman itu digunakan untuk beli rumah mewah.
Kantor Pajak memiliki data (kantor pajak memiliki data terkait property, keuangan dapat
diakses )

SPT, ada 3 unsur yang saling terkait :


1. Penghasilan
2. Harta yang dimiliki
3. Utang

Pada kasus diatas, Omset 200 juta, utang 2,4Milyar itu tidak dapat dijelaskan profilnya
berbeda, profil SPT 200 juta dan dapat utang 2,4 M, kalau itu dianggap 5 tahun cicilan per
bulannya berapa ?

Nah, Menurut (Gunadi, 2003) untuk keperluan pajak, kondisi yang mendasari transaksi itu harus
wajar. Sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang Undang Pajak Penghasilan, untuk
perhitungan pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan kembali penghasilan atau
pengurangan (menurut pembukuan) apabila transaksi antar (Wajib Pajak) itu menyimpang dari
harga wajar atau kelaziman bisnis.
B. Perhitungan PPh Orang Pribadi
1. Kriteria Orang Pribadi yang wajib membayarkan/ melaporkan SPT Tahunan di Indonesia di
sertai dasar hukumnya.
Jawab
- Wajib Pajak Orang Pribadi wajib bayar:
1. WP OP karyawan yang penghasilannya diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak
2. Pembayarannya dilakukan oleh pemberi kerja tiap bulan
3. WP OP usahawan yang omset setahun sampai 4,8 M sesuai PP 23 208 dikenakan
pph final setengah persen dari omset per bulan
- Wajib Pajak Orang Pribadi wajib lapor:
Yang memiliki NPWP dengan status aktif
Kriteria OP yang wajib bayar dan lapor ada pada UU No. 6 Tahun 1983,
Pasal 3,
Ayat (1), Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan, menandatangani, dan
menyampaikannya ke Dirjen Pajak dalam wilayah WP bertempat tinggal.
Ayat (3), Batas waktu penyampaian SPT (a) untuk SPT Masa, selambat-lambatnya dua
puluh hari setelah akhir masa pajak (b) Untuk SPT Masa, selambat-lambatnya tiga bulan
setelah akhir Tahun Pajak.
Pasal 4,
Ayat (1) WP wajib mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi dapat memiliki sumber penghasilan dari


a. Usaha, Pekerjaan bebas, Pekerjaan
• WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari 4,8 M.
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan
pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan lainnya, penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai
pajak yang bersifat final.
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari 4,8 M boleh menghitung penghasilan
netto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto, dengan syarat
memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
• WP orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
dari luar usaha dan pekerjaan bebas, pencatatannya hanya mengenai penghasilan
bruto, pengurang, dan penghasilan netto yang merupakan objek Pajak Penghasilan,
penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
b. Investasi/ barang modal, lain-lain yang insidentil
1) Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa Seluruh
penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau
pada awal bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang berasal dari tahun-tahun
sebelumnya yang belum dikompensasikan dianggap sebagai penghasilan atau
kerugian suaminya, kecuali:
- Penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 pemberi kerja
yang telah dipotong PPh Pasal 21
- Pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga lainnya.
2) Pasal 8 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa Penghasilan
suami-isteri dikenai pajak secara terpisah apabila:
- Suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim
- Dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan
- Dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri. Penghasilan netto suami-isteri sebagaimana dimaksud
pada huruf b dan huruf c dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan
netto suami isteri dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-masing
suami- isteri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan netto mereka.
Penghasilan suami-isteri dikenakan pajak secara terpisah apabila dikehendaki
oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya
sendiri. Tata cara penghitungan PPh terutang sama dengan suami-isteri yang
melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

Buatkan masing-masing contoh untuk perhitungan pajak penghasilan akhir tahun jika Orang
Pribadi menerima penghasilan dari sumber-sumber tersebut. Satu perhitungan untuk satu
sumber penghasilan.
- Tarif PPh Orang Pribadi (PPh OP)
Pasal 17 ayat (1) UU PPh mengatur bahwa tarif pajak yang diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi WP Orang pribadi dalam negeri sebagai berikut :

Contoh perhitungan pajak yang terutang untuk WP orang pribadi :


Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp. 600.000.000
PPh yang terutang :
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25% x Rp. 250.000.000 = Rp. 62.500.000
30% x Rp. 100.000.000 = Rp. 30.000.000
Rp. 125.000.000
3. Seperi yang diceritakan, bagaimana caranya apparat kantor pajak mendeteksi kewajaran/
kebenaran penjualan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak OP pengusaha percetakan yang
melaporkan penjualan sebesar 500 juta setahun. Buat ilustrasi hitungannya.
Langkah Aparat Kantor Pajak mendeteksi kewajaran dari WP Orang Pribadi, dimana apparat
kantor pajak telah mengobservasi pada usaha percetakan tersebut dan menemukan 100 motor
yang sama (mungkin itu motor karyawannya) (?)
Misal pengguna jasa nya ada percetakan bendahara sekolah, berarti harusnya bendahara
sekolah memotong PPh 22 atas trasaksi pengadaan.
1) Identifikasi Bidang Usaha apakah sudah terdapat data yang sesuai dan akurat. (NPWP,
Alamat tempat tinggal pemilik usaha, alamat tempat usaha, susunan anggota keluarga
pemilik usaha)
2) Omset sebesar Rp. 500.000.000
Mengidentifikasi dari pembelian bahan baku, persediaan, biaya-biaya, biaya listrik per
bulan, biaya gaji, dsb.

Anda mungkin juga menyukai