Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

ANALISIS PRINSIP OECD PADA PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY

Dosen: Dr. Choirunnisa Arifa, M.Sc., Ak., CA

KELAS A

Kelompok 8
1. Nada Salsabillah Nazifa 450857

2. Okta Ameliana Sipayung 450861

3. Ritma Aulia Halim 450869

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk


meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan atau
pemantauan kinerja manajemen dan jaminan akuntabilitas manajemen kepada stakeholder
berdasarkan kerangka aturan tertentu. Peran dewan direksi, dewan komisaris dan komite memiliki
tanggung jawab dalam memantau dan mengawasi efisiensi manajemen. Tujuan utama dari tata
kelola perusahaan adalah untuk mencapai transparansi manajemen perusahaan bagi para pengguna
laporan keuangan. Jika perusahaan bisa menerapkan konsep GCG ini maka transparansi kinerja
manajemen akan berjalan dengan baik serta profitabilitas perusahaan diharapkan bisa terus
meningkat.
Manfaat perusahaan menerapkan GCG adalah sumber daya (resources) yang dimiliki
pemegang saham perusahaan dapat dikelola dengan baik, efisien dan dapat digunakan sematamata
untuk kepentingan pertumbuhan (nilai) perusahaan. Hal ini berarti bahwa Good Corporate
Governance tidak hanya berakibat positif bagi pemegang saham namun juga bagi masyarakat luas
berupa pertumbuhan perekonomian nasional. Krisis ekonomi yang terjadi di kawasan Asia
Tenggara dan negara-negara lain terjadi bukan hanya akibat faktor ekonomi makro namun juga
karena lemahnya tata kelola perusahaan yang ada di negara - negara tersebut. Faktor - faktor itu
meliputi, lemahnya penegakan hukum (law enforcement), standar akuntansi dan pemeriksaan
(audit) yang belum mapan, pasar modal yang masih dibawah aturan (under-regulated), serta
lemahnya pengawasan dan terabaikannya hak minoritas. Melihat fenomena ini, maka menjadi
suatu keharusan bagi perusahaan-perusahaan untuk menerapkan dan melaksanakan GCG agar
tujuan perusahaan dapat tercapai. Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba. Untuk itu,
perusahaan melaksanakan berbagai aktivitas baik aktivitas operasional, pendanaan dan investasi.
Dalam pelaksanaan ketiga aktivitas tersebut, perusahaan akan menggunakan modalnya.
Penggunaan modal tersebut harus efektif dan efisien agar mampu menghasilkan profitabilitas yang
maksimal dan berkualitas. Begitu banyak organisasi dunia yang menaungi berbagai sektor dalam
rangka menjalin kerjasama yang menguntungkan. Seperti halnya OECD (Organization for
Economic Co-operation and Development) ini. Prinsip-prinsip corporate governance OECD
banyak dijadikan sebagai acuan masyarakat internasional dalam pengembangan corporate
governance.
Pengertian OECD secara umum adalah sebuah organisasi internasional yang dibentuk
dalam rangka berkoordinasi dalam pembangunan ekonomi dan lainnya agar tercipta keadaan yang
tentram dan sejahtera. Negara-negara di dunia ini memang terbagi menjadi negara maju dan negara
berkembang. Ketika suatu negara sedang mengalami kesulitan, maka negara lain baik itu maju
maupun berkembang tidak seharusnya menutup mata. Justru sebaiknya saling bahumembahu agar
tercipta kehidupan yang harmonis satu sama lain. Fakta sederhana inilah yang patut dicontoh
dalam hubungan bernegara. Latar belakang dibentuknya OECD tak luput dari faktor-faktor
ekonomi yang menjadi landasan utamanya. Setiap negara pasti memiliki permasalahan tersendiri
yang berkaitan dengan perputaran ekonomi di dalamnya. Baik secara internal maupun eksternal.
Misalnya adalah persoalan tentang pengelolaan perusahaan, investasi, ekonomi informasi dan
masih banyak lagi. Oleh karena itu, organisasi ini akan melakukan kerjasama dan membantu
negara mana saja yang membutuhkan uluran tangan. Dengan semua peraturan dan partisipasi dari
anggota, maka permasalahan ekonomi tersebut pasti dapat terpecahkan. Cara kerjanya adalah
dengan melakukan perundingan, kemudian mengidentifikasi seperti apa permasalahan yang
dialami, selanjutnya adalah mencari solusi bersama-sama. Keputusan yang diambil dapat
disesuaikan dengan kebijakannya.
Mengenai pembentukan organisasi dalam skala internasional, tentu mempunyai tujuan
yang jelas. Sementara misi dan tujuan OECD ini adalah mengenalkan kebijakan-kebijakan untuk
membantu pengusutan masalah ekonomi. Selain itu, kemungkinan sektor lain pun bisa dijamah
juga, seperti masalah sosial dan kesejahteraan. Orientasi kedepannya adalah dengan mengatasi isu-
isu perekonomian dalam suatu negara dengan cara membagi pengalaman satu sama lain. Para
anggota akan mencari jawaban atas segala permasalahan dan menindaklanjutinya dengan
kebijakan-kebijakan yang sudah ditentukan. Hal ini akan mewujudkan sebuah perdamaian dan
keseimbangan perekonomian yang terjaga.
ISI

I. Profil PT. Ultrajaya Milk Industry

A. Riwayat Singkat

Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak tahun 1960-an oleh Bapak Achmad
Prawirawidjaja (alm), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (“Perseroan”) dari
tahun ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang
terkemuka di bidang industri makanan & minuman di Indonesia.
Pada periode awal pendirian, Perseroan hanya memproduksi produk susu yang
pengolahannya dilakukan secara sederhana. Pada pertengahan tahun 1970-an Perseroan mulai
memperkenalkan teknologi pengolahan secara UHT (Ultra High Temperature) dan teknologi
pengemasan dengan kemasan karton aseptik (Aseptic Packaging Material).
Pada tahun 1975 Perseroan mulai memproduksi secara komersial produk minuman susu
cair UHT dengan merk dagang “Ultra Milk”, tahun 1978 memproduksi minuman sari buah
UHT dengan merk dagang “Buavita”, dan tahun 1981 memproduksi minuman teh UHT dengan
merk dagang “Teh Kotak”. Sampai saat ini Perseroan telah memproduksi lebih dari 60 macam
jenis produk minuman UHT dan terus berusaha untuk senantiasa memenuhi kebutuhan dan
selera konsumennya.
Pada tahun 1981 Perseroan menandatangani perjanjian lisensi dengan Kraft General
Food Ltd, USA, untuk memproduksi dan memasarkan produk- produk keju dengan merk
dagang “Kraft”. Pada tahun 1994 kerjasama ini ditingkatkan dengan mendirikan perusahaan
patungan: PT Kraft Ultrajaya Indonesia, yang 30% sahamnya dimiliki oleh Perseroan.
Perseroan juga ditunjuk sebagai exclusive distributor untuk memasarkan produk yang
dihasilkan oleh PT Kraft Ultrajaya Indonesia.Sejak tahun 2002 -untuk bisa berkonsentrasi
dalam memasarkan produk sendiri. Perseroan tidak lagi bertindak sebagai distributor dari PT
Kraft Ultrajaya Indonesia.
Pada bulan Juli 1990 Perseroan melakukan penawaran perdana saham-sahamnya kepada
masyarakat (Initial Public Offering = IPO). Pada tahun 1994 Perseroan melakukan ekspansi
usaha dengan memasuki bidang industri Susu Kental Manis (Sweetened Condensed Milk), dan
di tahun 1995 mulai memproduksi susu bubuk (Powder Milk). Sejak tahun 2000 Perseroan
melakukan kerjasama produksi (toll packing) dengan PT Sanghiang Perkasa yang menerima
lisensi dari Morinaga Milk Industry Co. Ltd., untuk memproduksi dan mengemas produk-
produk susu bubuk untuk bayi. Pada tahun 2008 Perseroan telah menjual merk dagang
“Buavita” dan “Go-Go” kepada PT Unilever Indonesia, dan mengadakan Perjanjian Produksi
(Manufacturing Agreement) untuk memproduksi dan mengemas minuman UHT dengan merk
dagang Buavita dan Go-Go. Perseroan telah 3 kali melakukan penawaran umum dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Right Issue, yaitu pada tahun 1994, tahun 1999,
dan tahun 2004. Perseroan juga telah 2 kali melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock
split) yaitu pada tahun 2000 dengan rasio 1: 5, dan tahun 2017 dengan rasio 1:4
B. Visi, Misi, Nilai

Visi

Menjadi perusahaan industri makanan dan minuman yang terbaik dan terbesar di
Indonesia, dengan senantiasa mengutamakan kepuasaan konsumen, serta menjunjung
tinggi kepercayaan para pemegang saham dan mitra kerja perusahaan.

Misi

Menjalankan usaha dengan dilandasi kepekaan yang tinggi untuk senantiasa berorientasi
kepada pasar/konsumen, dan kepekaan serta kepedulian untuk senantiasa memperhatikan
lingkungan, yang dilakukan secara optimal agar dapat memberikan nilai tambah sebagai
wujud pertanggungjawaban kepada para pemegang saham.

Nilai

Perusahaan memiliki standar tata nilai yang berlaku sebagai aspirasi bagi seluruh kegiatan
dan aktifitas yang dilakukan oleh seluruh organ perusahaan. Nilai-nilai seperti kepuasaan
pelanggan, kualitas produk, dan etika dalam berusaha, membentuk satu pedoman dasar
dan filosofi gotong-royong di perusahaan.

C. Lokasi

Kantor pusat dan pabrik Perseroan berdiri di atas tanah milik Perseroan seluas lebih dari
20 ha yang terletak di jalan Raya Cimareme no. 131, Padalarang, Kabupaten Bandung
Barat. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di daerah lintasan hasil peternakan dan
pertanian sehingga memudahkan Perseroan untuk memperoleh pasokan bahan baku dan
memudahkan pendistribusian hasil produksinya.

D. Bidang Usaha

Kegiatan usaha utama Perseroan, berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan yang terakhir,
adalah bidang industri makanan dan minuman, dan bidang perdagangan. Di kelompok
minuman, Perseroan memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti minuman susu cair,
minuman teh, minuman untuk kesehatan dan minuman tradisional.

II. Penerapan Prinsip OECD pada PT. Ultrajaya

Kerangka kerja Tata Kelola Perseroan yang baik (Good Corporate Governance)
merupakan suatu prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada para pemegang saham khususnya, dan stakeholders pada
umumnya. Penerapan prinsip Tata Kelola Perseroan Yang Baik dapat memberikan
kontribusi dalam peningkatan kinerja Perseroan. Dengan demikian, penerapan Tata Kelola
Perseroan Yang Baik pada gilirannya nanti diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
para Pemegang Saham Perseroan terhadap pengelolaan Perseroan. Sehubungan dengan hal
itu, di dalam melakukan kegiatannya Perseroan selalu berusaha untuk menerapkan prinsip-
prinsip dasar Tata Kelola Perseroan Yang Baik secara konsisten dan berkesinambungan,
serta terus berusaha menjadikannya sebagai landasan operasional. Adapun prinsip dasar dari
tata kelola perusahaan adalah Keterbukaan, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban,
Kemandirian, dan Kewajaran. . Prinsip-prinsip corporate governance OECD banyak
dijadikan sebagai acuan masyarakat internasional dalam pengembangan corporate
governance. Pengertian OECD secara umum adalah sebuah organisasi internasional yang
dibentuk dalam rangka berkoordinasi dalam pembangunan ekonomi dan lainnya agar
tercipta keadaan yang tentram dan sejahtera. Prinsipprinsip yang terdapat pada OECD antara
lain memastikan kerangka dasar untuk kerangka kerja tata kelola perusahaan yang efektif,
hak-hak pemegang saham dan peran kunci kepemilikan saham, investor Institusional, pasar
modal dan perantara lainnya, peran stakeholders pada tata kelola perusahaan, pengungkapan
dan transparansi, tanggung jawab dewan.

Prinsip I OECD: Memastikan Kerangka Dasar untuk Kerangka Kerja Tata Kelola
Perusahaan yang Efektif

Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus mempromosikan pasar yang transparan dan
adil, dan alokasi sumber daya yang efisien. Ini harus konsisten dengan aturan hukum dan
mendukung pengawasan dan penegakan yang efektif. Tata kelola perusahaan yang efektif
membutuhkan kerangka hukum, peraturan dan kelembagaan yang sehat yang dapat diandalkan
oleh para pelaku pasar ketika mereka membangun hubungan kontrak pribadi mereka. Kerangka
kerja tata kelola perusahaan ini biasanya terdiri dari unsur-unsur perundang-undangan,
peraturan, pengaturan pengaturan mandiri, komitmen sukarela dan praktik bisnis yang
merupakan hasil dari keadaan, sejarah, dan tradisi spesifik suatu negara.

Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus dikembangkan dengan pandangan untuk
dampaknya pada kinerja ekonomi secara keseluruhan, integritas pasar dan insentif yang
diciptakannya untuk para peserta pasar dan promosi pasar yang transparan dan berfungsi
dengan baik. Persyaratan hukum dan peraturan yang mempengaruhi praktik tata kelola
perusahaan harus konsisten dengan aturan hukum, transparan dan dapat ditegakkan. Mekanisme
juga harus ditetapkan bagi para pihak untuk melindungi hak-hak mereka. Untuk menghindari
peraturan yang berlebihan, hukum yang tidak dapat diberlakukan, dan konsekuensi yang tidak
diinginkan yang dapat menghambat atau mendistorsi dinamika bisnis, langkah-langkah
kebijakan harus dirancang dengan pandangan terhadap keseluruhan biaya dan
manfaatnya.Pembagian tanggung jawab di antara otoritas yang berbeda harus diartikulasikan
dengan jelas dan dirancang untuk melayani kepentingan publik.
Penerapan Prinsip I pada PT. Ultrajaya Milk Industry

Prinsip I OECD ini menjelaskan dasar atau basis bagi pengembangan kerangka Corporate
governance yang efektif. Secara umum prinsip I ini menyatakan bahwa “Corporate Governance
harus dapat mendorong terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sejalan dengan
perundangan dan peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan
tanggung jawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan, dan penegakan
hukum”. Prinsip ini menjelaskan pentingnya peranan hukum dan regulator dalam menegakkan
good corporate governance. Prinsip ini tidak secara langsung ditujukan ke perusahaan, maka
prinsip ini tidak dibahas secara rinci dalam subyek Tata Kelola.

Prinsip II : Hak-Hak Pemegang Saham dan Peran Kunci Kepemilikan Saham

Prinsip ini bisa diartikan sebagai prinsip perlindungan terhadap hak pemegang saham.
Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus melindungi dan memfasilitasi pelaksanaan hak-
hak pemegang saham dan memastikan perlakuan yang adil bagi semua pemegang saham,
termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Semua pemegang saham harus memiliki
kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif apabila terjadi pelanggaran atas hak-
hak mereka.

Badan pemegang saham terdiri dari individu dan lembaga yang memiliki minat, tujuan,
cakrawala dan kemampuan investasi yang bervariasi. Selain itu, manajemen perusahaan harus
dapat mengambil keputusan bisnis dengan cepat. Mengingat kenyataan ini dan kompleksitas
mengelola urusan korporasi dalam pasar yang bergerak cepat dan terus berubah, pemegang
saham tidak diharapkan memikul tanggung jawab untuk mengelola aktivitas perusahaan.
Tanggung jawab untuk strategi perusahaan dan operasi biasanya ditempatkan di tangan dewan
dan tim manajemen yang dipilih, dimotivasi dan, bila perlu, digantikan oleh dewan. Sehingga
penting bagi manajemen perusahaan untuk memberikan perlakuan yang adil kepada semua
pemegang saham baik pemegang saham individu maupun institusional. Karena adanya
perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh setiap pihak, sehingga keputusan yang dibuat oleh
manajemen harus bisa mewakili pemenuhan kepentingan dari semua pemegang saham.

Hak-hak pemegang saham untuk memengaruhi pusat perusahaan pada masalah-masalah


mendasar tertentu, seperti pemilihan anggota dewan, atau cara lain untuk mempengaruhi
komposisi dewan, perubahan terhadap dokumen organik perusahaan, persetujuan transaksi luar
biasa, dan masalah-masalah dasar lainnya seperti yang ditentukan dalam hukum perusahaan
dan anggaran dasar perusahaan internal. Menurut OECD, beberapa hak dasar pemegang saham
harus termasuk hak untuk:
1. Metode yang aman untuk registrasi kepemilikan.
2. Transfer saham.
3. Mendapatkan informasi yang relevan dan material mengenai perusahaan tepat waktu
dan secara regular
4. Berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS
5. Memilih dan mengganti anggota dewanMemperoleh bagian atas laba perusahaan.

Penerapan Prinsip II pada PT. Ultrajaya Milk Industry

Dalam memenuhi hak-hak pemegang sahamnya, PT. Ultrajaya Milk Industry telah
melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham selama tahun 2018 serta membagikan dividen
tunai sebesar 16,1% dari laba bersih tahun buku 2017 atau kira-kira sebesar Rp. 115,5 milyar.
Jumlah saham yang sudah ditempatkan adalah 11.553.528.000 saham, sehingga setiap saham
akan menerima dividen sebesar Rp. 10.- (sepuluh Rupiah). Perseroan juga tidak mengalami
penghentian sementara perdagangan saham (suspension), dan/atau penghapusan pencatatan
saham (delisting).

Pada tahun 2018 PT. Ultrajaya Milk Industry juga menyampaikan bahwa adanya
kenaikan hasil usaha mengalami kenaikan mencapai 12,2% dibandingkan dengan pencapaian
tahun buku 2017, yaitu dari Rp4,9 triliun di tahun 2017 menjadi Rp5,5 triliun di tahun 2018.
Hal ini menunjukkan pula bahwa kinerja Perseroan semakin solid dan semakin baik, dan
mencerminkan upaya dan kerja keras seluruh elemen Perseroan dalam mencapai tujuannya.
Tanpa langkah-langkah dan kebijakan yang tepat, efektif, dan efisien, dan tanpa disertai dengan
kerja keras, maka sangatlah sulit bagi sebuah perusahaan untuk dapat meraih hasil yang baik
sebagaimana diharapkan. Perubahan komposisi anggota Direksi Perseroan turut dilaporkan
pada Laporan Tahunan PT. Ultrajaya Milk Industry, di tahun 2018 tidak ada pergantian ataupun
perubahan anggota Direksi Perseroan. Dengan adanya laporan yang terperinci pada Laporan
Tahunan serta diselenggarakannya RUPS pada tahun ini menunjukkan bahwa perusahaan telah
berusaha memenuhi segala hak yang dimiliki oleh pemegang saham.

PT. Ultrajaya Milk Industry juga telah memiliki upaya untuk mewujudkan penerapan
good corporate governance yang efektif, dalam hal ini perusahaan telah menerbitkan dan
mempublikasikan dokumen mengenai pedoman tugas pokok dan fungsi kerja dari Dewan
Direksi serta Dewan Komisaris. Dengan adanya pedoman ini, maka diharapkan bahwa fungsi
Dewan Direksi dan Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif sesuai dengan pedoman
yang telah ditetapkan. Pedoman ini memuat segala hal terkait dasar hukum, struktur
keanggotaan, persyaratan keanggotaan, pengangkatan, masa jabatan, hingga pemberhentian.
Segala keputusan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan selalu diambil melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), aturan ini menunjukkan bahwa seluruh pemegang saham
memiliki hak untuk berpartisipasi secara aktif mengenai kegiatan perusahaan.

Prinsip III: Investor Institusional, Pasar Modal dan Perantara Lainnya

Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memberikan insentif yang baik di seluruh
rantai investasi dan menyediakan pasar saham untuk berfungsi dengan cara yang berkontribusi
terhadap tata kelola perusahaan yang baik. Agar efektif, kerangka hukum dan peraturan untuk
tata kelola perusahaan harus dikembangkan dengan pandangan terhadap realitas ekonomi di
mana ia akan diimplementasikan. Di banyak yurisdiksi, dunia nyata tata kelola perusahaan dan
kepemilikan tidak lagi ditandai oleh hubungan yang lurus dan tanpa kompromi antara kinerja
perusahaan dan pendapatan penerima manfaat utama dari kepemilikan saham. Pada
kenyataannya, rantai investasi seringkali panjang dan kompleks, dengan banyak perantara yang
berdiri di antara penerima manfaat utama dan perusahaan. Kehadiran perantara yang bertindak
sebagai pengambil keputusan independen mempengaruhi insentif dan kemampuan untuk
terlibat dalam tata kelola perusahaan.

Prinsip ini merekomendasikan agar investor institusi mengungkapkan kebijakan mereka


sehubungan dengan tata kelola perusahaan. Voting pada rapat pemegang saham,
bagaimanapun, hanya satu saluran untuk keterlibatan pemegang saham. Kontak langsung dan
dialog dengan dewan dan manajemen, mewakili bentuk lain dari keterlibatan pemegang saham
yang sering digunakan. Sehingga prinsip ini ditujukan bagi para pemegang saham institusional,
pasar modal dan perantara lainnya untuk turut aktif dalam segala kegiatan perusahaan yang
melibatkan pemegang saham serta bertujuan untuk mengurangi rasa tidak peduli dari para
pemegang saham institusional. Di beberapa negara, permintaan untuk pengungkapan kebijakan
tata kelola perusahaan ke pasar cukup rinci dan mencakup persyaratan untuk strategi eksplisit
mengenai keadaan di mana lembaga akan melakukan intervensi dalam perusahaan; pendekatan
yang akan mereka gunakan untuk intervensi semacam itu; dan bagaimana mereka akan menilai
efektivitas strategi.

Prinsip ini juga membahas beberapa poin penting yaitu perdagangan orang dalam
(insider trading) dan manipulasi pasar harus dilarang dan aturan yang berlaku ditegakkan. Hal
ini dilarang oleh peraturan sekuritas, hukum perusahaan dan / atau hukum pidana di sebagian
besar negara. Praktik-praktik ini dapat dilihat sebagai pelanggaran tata kelola perusahaan yang
baik karena melanggar prinsip perlakuan yang adil terhadap pemegang saham. Namun,
efektivitas larangan tersebut tergantung pada tindakan penegakan hukum yang kuat. Pasar
modal juga harus menyediakan penemuan harga yang adil dan efisien sebagai sarana untuk
membantu mempromosikan tata kelola perusahaan yang efektif.

Penerapan Prinsip III pada PT. Ultrajaya Milk Industry

a. Investor institusional harus mengungkapkan Corporate Governance dan kebijakan


pemungutan suara sesuai dengan investasinya termasuk prosedur penggunaan hak
pemungutan suara.

Penerapan prinsip ini dapat dilihat dari adanya kegiatan yang diselenggarakan atas permintaan
Dewan Komisaris Perseroan, atau atas permintaan 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham
yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Anggaran
Dasar Perseroan dan/atau peraturan per-undang-undangan yang berlaku. Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) wajib diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat
6 bulan setelah tahun buku berakhir, dan dalam RUPST ini direksi menyampaikan :
1. Laporan Tahunan, termasuk laporan keuangan tahunan serta laporan tugas pengawasan
Dewan Komisaris, untuk disetujui dan disahkan oleh RUPS
2. Usulan penggunaan laba Perseroan
3. Usulan penunjukan Akuntan Publik yang terdaftarkan di OJK
4. Agenda lain sepanjang agenda tersebut diajukan sesuai dengan ketentuan Anggaran
Perseroan dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan status atau kegiatan
usaha Perseroan.

b. Pasar Modal

Dalam agenda RUPS juga dimasukkan usul-usul yang diajukan oleh Dewan Komisaris dan atau
seorang atau lebih pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara. Usul-usul tersebut diajukan secara tertulis dan harus
sudah diterima oleh Direksi 7 hari sebelum tanggal pemuatan iklan Panggilan RUPS, serta harus
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Dalam menyelenggarakan RUPS
Perseroan selalu mematuhi semua ketentuan yang diatur di dalam Anggaran Dasar Perseroan
dan undang-undang serta peraturan-peraturan yang berlaku di bidang Pasar Modal. Sebelum
RUPS dilaksanakan, paling lambat 5 hari kerja sebelum tanggal pemuatan iklan pengumuman
RUPS, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemuatan iklan Pengumuman RUPS, Perseroan
terlebih dahulu menyampaikan pemberitahuan kepada Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek
Indonesia, dan Kustodian Sentral Efek Indonesia tentang rincian jadwal dan mata acara RUPS.
Iklan Pengumuman RUPS ini memuat:
• Tanggal akan diselenggarakannya RUPS
• Tanggal akan dimuatnya iklan panggilan RUPS
• Ketentuan tentang Pemegang Saham yang berhak mengusulkan mata acara RUPS
• Apabila RUPS diselenggarakan atas permintaan pemegang saham sesuai dengan
ketentuan, maka informasi ini wajib disebutkan dalam iklan Pengumuman RUPS.

Prinsip IV: Peran Stakeholders pada Tata Kelola Perusahaan

Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus mengakui hak-hak pemangku kepentingan
yang ditetapkan oleh hukum atau melalui kesepakatan bersama dan mendorong kerja sama aktif
antara perusahaan dan pemangku kepentingan dalam menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan
keberlanjutan perusahaan yang sehat secara finansial. Tata kelola perusahaan juga berkaitan
dengan menemukan cara untuk mendorong berbagai pemangku kepentingan di perusahaan
untuk melakukan investasi tingkat optimal dalam modal manusia dan fisik spesifik perusahaan.
Perusahaan harus menyadari bahwa kontribusi pemangku kepentingan merupakan sumber daya
berharga untuk membangun perusahaan yang kompetitif dan menguntungkan. Karena itu,
adalah kepentingan jangka panjang perusahaan untuk memupuk kerja sama yang menciptakan
kekayaan di antara para pemangku kepentingan. Kerangka kerja tata kelola harus mengakui
kepentingan para pemangku kepentingan dan kontribusinya bagi keberhasilan jangka panjang
perusahaan.
Hak-hak pemangku kepentingan yang ditetapkan oleh hukum atau melalui kesepakatan
bersama harus dihormati. Kepentingan pemangku kepentingan dilindungi oleh undang-undang,
pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif
atas pelanggaran hak-hak mereka. Mekanisme untuk partisipasi karyawan harus diizinkan
untuk berkembang. Pemangku kepentingan berpartisipasi dalam proses tata kelola perusahaan,
mereka harus memiliki akses ke informasi yang relevan, memadai dan dapat diandalkan secara
tepat waktu dan teratur.

Penerapan Prinsip IV pada PT. Ultrajaya Milk Industry

PT. Ultrajaya Milk Industry menetapkan ketentuan bahwa Direksi Perseroan membuat
laporan bulanan, triwulanan, tengah tahunan dan tahunan kepada otoritas pasar modal, instansi
terkait atau kepada RUPS. Ketentuan ini juga membuktikan bahwa perusahaan sekali lagi
memiliki usaha untuk memenuhi hak-hak pemegang saham atas segala informasi terkait
perusahaan secara berkala. Dengan kata lain, perusahaan memiliki upaya untuk memberikan
akses kepada pemangku kepentingan terhadap informasi yang relevan, memadai dan dapat
diandalkan secara tepat waktu dan teratur. Selain itu, PT. Ultrajaya Milk Industry juga
menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan laporan tahunan melalui website
resmi perusahaan serta website resmi Bursa Efek Indonesia. Dengan diterbitkannya laporan ini
artinya perusahaan memberikan wewenang kepada stakeholders untuk mengakses informasi
terkait perusahaan sesuai dengan standar pelaporan yang telah ditetapkan secara umum agar
dapat diterima secara publik.

Selain memenuhi kepentingan stakeholders yang berhubungan dengan informasi


keuangan, perusahaan juga telah berusaha mewujudkan peran karyawan dalam proses tata
kelola perusahaan. Berdasarkan laporan tahunan perusahaan yang menyatakan bahwa Dewan
Komisaris menilai bahwa dalam tahun buku 2018, seluruh jajaran Direksi, Staf, dan Karyawan
Perseroan telah menunjukkan kinerja usaha yang baik sebagaimana diharapkan oleh seluruh
manajemen Perseroan dan harapan kami selaku Dewan Komisaris Perseroan. Para stakeholders
perusahaan juga memiliki peran sebagai pihak yang dapat menuntut perusahaan untuk
memperlakukan seluruh stakeholders dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku
sehingga kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh perusahaan tidak akan memberikan kerugian
bagi para stakeholders. Dalam hal ini, perusahaan mewujudkan Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek Lingkungan Hidup


2. Aspek Ketenagakerjaan
3. Aspek Pengembangan Sosial dan Kemasyarakatan
a. Kepedulian Terhadap Masyarakat Sekitar
b. Kepedulian di Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga
4. Aspek Tanggung Jawab Produk

Berdasarkan Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dinilai bahwa


perusahaan telah berusaha sebaik mungkin memenuhi hak yang dimiliki stakeholders
khususnya para stakeholders yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan. Dana yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk memenuhi hak yang dimiliki oleh stakeholders perusahaan juga
terbilang cukup besar, artinya peran stakeholders sangat penting atas terwujudnya tata kelola
perusahaan dengan baik. Apabila stakeholders yang berada di sekitar perusahaan tidak
menuntut hak-nya maka perusahaan belum tentu akan memberikan atau melaksanakan
kewajiban mereka terhadap stakeholders yang terkena dampak buruk akibat aktivitas
perusahaan dan yang berada di sekitar perusahaan.

Prinsip V: Pengungkapan dan Transparansi

Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa pengungkapan yang
tepat waktu dan akurat dilakukan pada semua hal yang material mengenai korporasi, termasuk
situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan. Pengungkapan publik
biasanya diperlukan, setidaknya, secara tahunan meskipun beberapa negara memerlukan
pengungkapan berkala secara semi-tahunan atau triwulanan, atau bahkan lebih sering dalam
kasus perkembangan material yang mempengaruhi perusahaan. Perusahaan sering melakukan
pengungkapan sukarela yang melampaui persyaratan pengungkapan minimum dalam
menanggapi permintaan pasar. Untuk menentukan informasi apa yang harus diungkapkan
minimal, banyak negara menerapkan konsep materialitas. Informasi material dapat
didefinisikan sebagai informasi yang kelalaian atau salah saji dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi yang diambil oleh pengguna informasi. Informasi material juga dapat didefinisikan
sebagai informasi yang dianggap penting oleh investor wajar dalam membuat investasi atau
mengambil keputusan.

Penerapan Prinsip V pada PT. Ultrajaya Milk Industry

Pada annual report tahun 2018 PT Ultrajaya Milk Industry menuliskan mengenai
keadaan keuangan perusahaan tersebut. Bagian pertama menjelaskan mengenai ikhtisar data
keuangan penting, yang mencakup ikhtisar keuangan, risiko-risiko keuangan dan informasi
tentang saham. Bagian kedua menjelaskan tentang laporan dewan komisaris, bagian ketiga
menjelaskan laporan dewan direksi. Bagian keempat menjelaskan profil perusahaan yang
mencakup tentang identitas perseroan sampai dengan penghargaan dan sertifikasi. Bagian
kelima membahas mengenai analisis dan pembahasan manajemen yang mencakup tentang
analisis kinerja keuangan, analisis kinerja operasional sampai dengan kebijakan lain-lain pada
perseroan. Bagian keenam menjelaskan tata kelola perusahaan. Bagian ketujuh membahas
tanggung jawab sosial perusahaan dan yang terakhir membahas tentang surat pernyataan
pengurus perseroan. Menurut annual report PT Ultrajaya Milk tahun 2018, persentase
kepemilikan saham pada tahun 2018 adalah Samudera Prawirawidjaja 3.25% , PT Indolife
Pensiontama 14.90% , Sabana Prawirawidjaja 31.26%, PT Prawirawidjaja Prakarsa 21.40%,
Masyarakat/ Public 29,19. Sabana Prawirawidjaja adalah Presiden Direktur Perseroan,
sedangkan Samudera Prawirawidjaja adalah Direktur Perseroan. Kepemilikan saham oleh
masyarakat dengan total 29,19% tersebut, terdiri dari 3.033 pemegang saham yang masing-
masing memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dengan klasifikasi kelompok:
a. Perseorangan = 2.899 pemegang saham, kepemilikan saham = 12,38%
b. Perseroan Terbatas = 92 pemegang saham, kepemilikan saham = 13,83%
c. Asuransi = 14 bh, dengan kepemilikan saham = 1,63%
d. Koperasi = 2 bh, dengan kepemilikan saham = 0,85%
e. Dana Pensiun = 5 bh, dengan kepemilikan saham = 0,37%
f. Reksa Dana = 12 bh, dengan kepemilikan saham = 0,13%
g. Bank Komersial = 3 bh, dengan kepemilikan saham < 0,01%
h. Lain-lain = 5 dengan pemilik saham < 0,01%

KRONOLOGIS PENCATATAN SAHAM PERSEROAN


Tanggal pencatatan Jenis Jumlah saham Jumlah setelah
pencatatan

20 Juli 1990 Penawaran Umum Perdana 6.000.000 6.000.000

03 September 1990 Pencatatan Saham Perusahaan 14.500.000 20.500.000

11 September 1992 Dividen Saham 1.506.720 22.006.720

14 April 1994 Penawaran Umum Terbatas ke I 66.020.160 88.026.880

06 Februari 1995 Saham Bonus 132.040.320 220.067.200

19 Agustus 1999 Penawaran Umum Terbatas ke II 165.050.400 385.117.600

16 Januari 2001 Pemecahan Saham 1:5 - 1.925.588.000

29 April 2004 Penawaran Umum Terbatas ke III 962.794.000 2.888.382.000

26 Juni 2017 Pemecahan Saham 1:4 - 11.553.528.000

Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan

Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan,
pemantauan manajemen yang efektif oleh dewan, dan pertanggungjawaban dewan kepada
perusahaan dan pemegang saham. Struktur dan prosedur dewan bervariasi di dalam dan di
antara negara-negara. Beberapa negara memiliki dewan dua tingkat yang memisahkan fungsi
pengawasan dan fungsi manajemen menjadi badan yang berbeda. Sistem tersebut biasanya
memiliki "dewan pengawas" yang terdiri dari anggota dewan non-eksekutif dan "dewan
manajemen" yang seluruhnya terdiri dari eksekutif. Negara-negara lain memiliki dewan
"kesatuan", yang menyatukan anggota dewan eksekutif dan non-eksekutif. Di beberapa negara
ada juga badan hukum tambahan untuk keperluan audit. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk
diterapkan pada struktur dewan apa pun yang dibebankan dengan fungsi mengatur perusahaan
dan manajemen pemantauan.

Dewan tidak hanya bertanggung jawab kepada perusahaan dan pemegang saham tetapi
juga memiliki kewajiban untuk bertindak demi kepentingan terbaik mereka. Selain itu, dewan
diharapkan untuk memperhatikan, dan menangani secara adil, kepentingan pemangku
kepentingan lainnya termasuk karyawan, kreditor, pelanggan, pemasok, dan komunitas lokal.
Kepatuhan terhadap standar lingkungan dan sosial relevan dalam konteks ini. Anggota dewan
harus bertindak atas dasar informasi lengkap, dengan itikad baik, dengan uji tuntas dan
perhatian, dan demi kepentingan terbaik perusahaan dan pemegang saham. Di beberapa negara,
dewan secara hukum diharuskan untuk bertindak demi kepentingan perusahaan, dengan
mempertimbangkan kepentingan pemegang saham, karyawan, dan barang publik. Bertindak
demi kepentingan terbaik perusahaan seharusnya tidak mengizinkan manajemen untuk
mengakar.

Keputusan dewan dapat mempengaruhi kelompok pemegang saham yang berbeda


secara berbeda, dewan harus memperlakukan semua pemegang saham secara adil. Dalam
menjalankan tugasnya, dewan tidak boleh dipandang, atau bertindak, sebagai majelis
perwakilan individu untuk berbagai daerah pemilihan. Sementara anggota dewan tertentu
memang dapat dinominasikan atau dipilih oleh pemegang saham tertentu (dan kadang-kadang
diperebutkan oleh orang lain) itu adalah peran penting dari pekerjaan anggota dewan ketika
mereka menganggap tanggung jawab mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara yang
adil yang berkaitan dengan semua pemegang saham.

Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi. Ini harus mempertimbangkan
kepentingan para pemangku kepentingan. Dewan memiliki peran kunci dalam menetapkan
ethical tones di perusahaan, tidak hanya dengan tindakannya sendiri, tetapi juga dalam
menunjuk dan mengawasi eksekutif kunci dan akibatnya manajemen secara umum. Standar
etika yang tinggi adalah untuk kepentingan jangka panjang perusahaan sebagai sarana untuk
membuatnya kredibel dan dapat dipercaya, tidak hanya dalam operasi sehari-hari tetapi juga
sehubungan dengan komitmen jangka panjang.

Penerapan Prinsip VI pada PT. Ultrajaya Milk Industry

Di dalam Laporan Tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan terdapat Surat Pernyataan
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi tentang Tanggung Jawab atas Laporan Tahunan
tersebut. Sebelumnya, para anggota dewan yang menjabat pada tahun berjalan telah diangkat
berdasarkan akta risalah Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam aturannya disebutkan juga
bahwa Rapat Dewan Komisaris hanya sah dan dapat mengambil keputusan yang mengikat
apabila dihadiri oleh lebih dari 1⁄2 bagian dari jumlah anggota Dewan Komisaris yang hadir
atau diwakili dalam Rapat. Sehingga untuk mewujudkan tanggung jawab atas tugasnya,
anggota dewan diwajibkan untuk menghadiri rapat dalam rangka pengambilan keputusan. Pada
saat anggota dewan diangkat melalui RUPS, maka anggota dewan harus mengikuti pedoman
terkait tugas pokok dan fungsi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam pedoman
tersebut telah dijabarkan secara rinci mengenai apa saja yang harus dilakukan dan merupakan
tanggung jawab bagi seorang anggota dewan perusahaan.

Berdasarkan dokumen pedoman tugas pokok dan fungsi kerja direksi PT. Ultrajaya Milk
Industry, terdapat 17 poin tugas dan tanggung jawab yang dimiliki Direksi. Beberapa di
antaranya yaitu, Direksi wajib menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai
dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi
ditetapkan oleh RUPS, dalam hal RUPS tidak menetapkan, maka pembagian tugas dan
wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Direksi. Direksi
mewakili Perseroan secara sah dan secara langsung baik di dalam maupun di luar pengadilan
tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat Perseroan dengan pihak lain dan pihak
lain dengan Perseroan serta menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai kepengurusan
maupun kepemilikan.

Berdasarkan Laporan Tahunan PT. Ultrajaya Milk Industry, pada tahun 2018 Dewan
Komisaris Perseroan telah melakukan 3 (tiga) kali rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota
Dewan Komisaris, 3 (tiga) kali Rapat bersama Direksi Perseroan, dan melakukan beberapa kali
rapat dengan Komite Audit. Hal ini menunjukkan bahwa anggota Dewan Komisaris dan Direksi
pada PT. Ultrajaya Milk Industry telah memenuhi dua bentuk tanggung jawabnya yaitu
mengadakan Rapat dan membentuk Komite.
KESIMPULAN

Pengertian OECD secara umum adalah sebuah organisasi internasional yang dibentuk
dalam rangka berkoordinasi dalam pembangunan ekonomi dan lainnya agar tercipta keadaan yang
tentram dan sejahtera. Negara-negara di dunia ini memang terbagi menjadi negara maju dan negara
berkembang. Sistem tata kelola yang baik mengacu pada prinsip yang diterbitkan oleh
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang merupakan salah satu
lembaga yang memegang peranan penting dalam pengembangan Good Governance baik untuk
pemerintah maupun dunia usaha. Prinsip-prinsip corporate governance OECD banyak dijadikan
sebagai acuan masyarakat internasional dalam pengembangan corporate governance. Menurut
kelompok kami, apa yang dilaporkan oleh PT. Ultrajaya Milk Industry sudah memperhatikan
keenam prinsip yang ada di OECD. Keenam prinsip tersebut antara lain memastikan kerangka
dasar untuk kerangka kerja tata kelola perusahaan yang efektif, hak-hak pemegang saham dan
peran kunci kepemilikan saham, investor Institusional, pasar modal dan perantara lainnya, peran
stakeholders pada tata kelola perusahaan, pengungkapan dan transparansi, tanggung jawab dewan.
Penerapan prinsip-prinsip OECD ini tentunya dapat memberikan sinyal positif akan keadaan tata
kelola suatu perusahaan. Menurut kelompok kami, PT. Ultrajaya Milk Industry sudah memiliki
tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini dapat kami analis melalui annual report pada tahun 2018.
Setiap prinsip yang diwajibkan sudah ditaati dan dilaksanakan oleh perusahaan ini. Adapun prinsip
dasar dari tata kelola perusahaan adalah Keterbukaan, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban,
Kemandirian, dan Kewajaran. Penerapan prinsip Tata Kelola Perseroan Yang Baik dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja Perseroan. Dengan demikian, penerapan Tata
Kelola Perseroan Yang Baik pada gilirannya nanti diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
para Pemegang Saham Perseroan terhadap pengelolaan Perseroan. Sehubungan dengan hal itu, di
dalam melakukan kegiatannya Perseroan selalu berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar
Tata Kelola Perseroan Yang Baik secara konsisten dan berkesinambungan, serta terus berusaha
menjadikannya sebagai landasan operasional.

Anda mungkin juga menyukai