Anda di halaman 1dari 22

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Jien Hwie atau Surya
Wonowidjoyo. Sebelum mendirikan perusahaan ini, saat berumur sekitar dua puluh
tahun, Tjoa Jien Hwie mendapat tawaran bekerja dari pamannya di pabrik rokok Cap
93 yang merupakan salah satu pabrik rokok terkenal di Jawa Timur pada waktu itu.
Berkat kerja keras dan kegigihannya beliau mendapatkan promosi dan akhirnya
menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut. Pada tahun 1956 Tjoa Jien Hwie
meninggalkan Cap 93. Beliau memilih lokasi di jalan Semampir II/l, Kediri, di atas
tanah seluas ± 1000 m2 milik Bapak Muradioso yang kemudian dibeli dan
dipergunakan untuk perusahaan rokok yang saat ini dikenal dengan unit I. Beliau
memulai industri rumah tangga dengan memproduksi rokok sendiri, diawali dengan
rokok kretek dari kelobot dengan merek Ing Hwie. Setelah dua tahun berjalan Ing Hwie
mengganti nama perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam. PT
Gudang Garam Tbk tidak mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT
Surya Madistrindo lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen atau
produsen (Gudang Garam. 2017).
PT. Gudang Garam, Tbk adalah perusahaan rokok yang berpusat di Kota
Kediri, provinsi Jawa Timur. Dalam kurun 50 tahun, perusahaan berkembang
sangat pesat. Berawal dari perusahaan keluarga dan kini menjadi perusahaan
rokok terbesar di Indonesia (PT. Gudang Garam, Tbk. Tt:28)
I.1 Visi dan Misi Perusahaan.

Visi PT Gudang Garam


Menjadi perusahaan terkemuka kebanggaan nasional yang bertanggung
jawab dan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham, serta manfaat
bagi segenap pemangku kepentingan secara berkesinambungan.
Misi PT Gudang Garam adalah Catur Dharma
• Kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas
merupakan suatu kebahagiaan.
• Kerja keras, ulet, jujur, sehat dan beriman adalah prasyarat kesuksesan
• Kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerja sama dengan
orang lain.
• Karyawan adalah mitra usaha yang utama
I.3 Tujuan Perusahaan.
• Menjadi perusahaan yang masuk skala international
• Menjadi perusahaan rokok terkemuka di Indonesia bahkan di dunia
• Memberikan kualitas yang terbaik untuk konsumen
• Menjadi pusat rokok nomer 1 di indonesia
I.4 Arah Pengembangan Perusahaan.
Perseroan memiliki komitmen untuk menunaikan tanggung jawab
sosial serta terus berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Bagi kami,
perwujudan tanggung jawab sosial pada masyarakat merupakan sebuah
investasi bagi masa depan sekaligus kesempatan untuk memastikan agar
perusahaan dan masyarakat dapat tumbuh bersama dan saling mendukung.
Perseroan telah melaksanakan program Corporate Social Responsibility pada
beberapa aspek, antara lain:
1. Lingkungan
2. Mayarakat
3. Pendidikan
4. Keagamaan
5. Olahraga
6. Kesehatan
BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA JANGKA PANJANG


II.1 Evaluasi Realisasi Terhadap RKAP Dan RJP Lama
Evaluasi realisasi terhadap RKAP & RJP Saat ini faktor citra
perusahaan menjadi variabel penting bagi calon konsumen dalam menentukan
keputusan pembelian terhadap suatu produk atau jasa yang kemudian akan
menumbuhkan rasa loyalitas pelanggan terhadap perseroan. Loyalitas yang
berarti membeli produk secara berulang kali tanpa adanya pikiran akan beralih
kepada produk kompetitor atau perusahaan lain. Pada konteks pembangunan
yang berkelanjutan Program Corporate Social Responsibility secara pasti
mengubah yang awalnya perseroan adalah shareholder orientation menjadi
stakeholder orientation. Namun dalam membangun citra perseroan yang baik
dimata masyarakat tidaklah mudah, pasalnya perilaku konsumen pada era
sekarang sudah sangat selektif dalam memilih produk. Karenanya perseroan
berlomba dalam memberi kesan positif terhadap usaha mereka. Pada tahun
2014 beberapa produk PT. Gudang Garam Tbk
II.1.1 Aspek Pemasaran Dan Penjualan

Aspek pemasaran dan Penjualan PT.Gudang Garam menggunakan


aspek Marketing mix atau bauran pemasaran memiliki 4 unsur yaitu : produk,
price, promosidan place. Salah satu strategi yang berperan penting adalah
kebijakan harga, dimanadengan penetepan harga yang tepat sesuai dengan
target marketnya, diharapkan tingkat penjualan produk perusahaan dapat
meningkat dan bersaing dengan produk lain yangsejenis. usaha untuk
mempertahankan atau bahkan meningkatkan volume penjualan ini dapat juga
ditempuh perusahaan dengan cara melakukan promosi. tujuan dari promosi
adalah menumbuhkan stimulasi atau ransangan dan image pada orang terhadap
produkyang bersangkutan.
Perusahaan di dalam memproduksi suatu produk supaya laku di
pasaran, perlu melakukan peninjauan terhadap situasi pasar sehingga produk
yang dihasilkan sesuai dengankebutuhan dan keinginan konsumen. Pemilihan
saluran distribusi juga ikut berperandalam memperluas pasar sasaran atau target
market dikarenakan semakin luas jaringandistribusi semakin banyak pula
konsumen yang dapat diraih oleh perusahaan. Semakin banyaknya perusahaan
yang sejenis, perusahaan akan tertantang menghadapi persaingandalam
memasarkan produknya maka perusahaan perlu memperhatikan salah
satunyaadalah harga produk. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perbaikan
perubahan harga.keputusan harga dipengruhi oleh desain produk,
saluran distribusi dan promosi.

II.1.2 Aspek Engineering


Perseroan memiliki komitmen untuk menunaikan tanggung jawab
sosial serta terus berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Bagi kami,
perwujudan tanggung jawab sosial pada masyarakat merupakan sebuah
investasi bagi masa depan sekaligus kesempatan untuk memastikan agar
perusahaan dan masyarakat dapat tumbuh bersama dan saling mendukung.
Perseroan telah melaksanakan program Corporate Social Responsibility pada
beberapa aspek, antara lain: 1. Lingkungan 2. Mayarakat 3. Pendidikan 4.
Keagamaan 5. Olahraga 6. Kesehatan
II.1.3 Aspek Organisasi Dan SDM

Salah satu langkah strategis yang diambil oleh Gudang Garam adalah
menanamkan investasi pada program pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) secara profesional, berupa upaya untuk mencetak individu-individu
yang gemar berinovasi, memiliki visi, mampu berpikir strategis, serta memiliki
kapasitas dalam memimpin dan mengembangkan sebuah organisasi secara
berkesinambungan.

Di Gudang Garam, kami percaya bahwa SDM merupakan aset utama


yang berperan penting dalam mencapai keberhasilan bisnis serta tujuan
perusahaan lainnya. Karena itulah, sebagai bagian dari strategi bisnis
perusahaan, Gudang Garam menerapkan program People Development untuk
meningkatkan kemampuan segenap karyawan. Dengan berkembang bersama
karyawan, kami yakin bahwa Gudang Garam akan mampu mencetak prestasi
sebagai salah satu perusahaan terbaik di tanah air.

Dalam rangka mengapresiasi serta memberi kesempatan bagi karyawan


untuk mengembangkan kemampuan profesional dan pencapaian dalam karier,
Gudang Garam memiliki program pengembangan SDM yang terstruktur rapi.
Program pengembangan SDM ini dirancang khusus untuk menajamkan dan
meningkatkan kompetensi, kemampuan teknis, serta kualitas kepemimpinan
seluruh karyawan. Dengan demikian, peluang untuk mengasah kemampuan dan
merencanakan karier akan senantiasa terbuka lebar bagi karyawan yang
berprestasi.

Berbagai langkah strategis tersebut menjadikan Gudang Garam sebuah


perusahaan dengan lingkungan kerja konstruktif yang berkomitmen tinggi
terhadap pengembangan potensi karyawan pada saat ini dan di masa depan
nanti. Anda
II.1.4 Aspek Keuangan
II.1.4.1 Aktiva Dan Pasiva Perusahaan
Neraca Keuangan
Arus Kas

Rasio
II.1.4.2 Laba Perusahaan

II.1.4.3 Tingkat Kesehatan Perusahaan


Tingkat kesehatan perusahaan PT Gudang Garam Tbk, yaitu dengan
mengadakan program Corporate Social Responsibility agar perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan hidup dan kelancaran proes produksinya.
II.2 Permasalahan Dan Upaya Pemecahannya
Perseroan harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi kepada para
stakeholder nya dan harus memperhatikan keseimbangan lingkungan dengan
cara menaati segala sistem nilai yang ada di masyarakat. Program Corporate
Social Responsibility telah lama menjadi kesadaraan bersama di banyak negara
tentang besarnya berpengaruh pertumbuhan perseroan atas masyarakatnya, jika
perseroan hanya mengandalkan pada aspek finansial yang sehat saja maka tidak
akan menjamin perseroan akan tumbuh secara berkelanjutan. Menurut Heinkel
et al. (2001) perusahaan harus menganggap Corporate Social Responsibility
sebagai strategi jangka panjang yang menguntungkan, bukan sebagai aktivitas
yang merugikan, Chariri (2008) juga berpendapat bahwa pengungkapan CSR
dapat digunakan sebagai alat manajerial untuk menghindari masalah social dan
lingkungan. Awal 2001 isu tentang Corporate Social Responsibility mulai
muncul dimana perusahaan swasta maupun BUMN mulai menjalankan
program Corporate Social Responsibility untuk memberdayakan masyarakat
sekitar. Singkatnya 7 perseroan harus meningkatkan partisipasinya dan
berperan aktif dalam mengembangkan masyarakat sekitar kantor dan pabrik
perseroan.
BAB III
ANALISA POSISI PERUSAHAAN
III.1 Analisa Lingkungan Usaha
Setiap organisasi tentunya menginginkan adanya pertumbuhan dan keberlanjutan
dalam setiap aktivitasnya. Perusahaan tersebut tentunya ingin terus meningkatkan
keuntungan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai, bertumbuh,
bertahan dan melakukan ekspansi bisnis supaya lebih besar lagi.

Menganalisis suatu perusahaan dapat dilihat dari lingkungan umum(general


environmental) perusahaan tersebut baik dari situasi internal perusahaan maupun
lingkungan eksternal. Analisis industri dan persaingan menekankan pada pengaruh
lingkungan eksternal sedangkan analisis situasi perusahaan berdasarkan pada pengaruh
lingkungan internal.

Faktor yang termasuk dalam lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang lebih
luas di luar perusahaan seperti situasi politik, hukum,sosial, ekonomi, teknologi dan
kependudukan. Lingkungan bisnis eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar
organisasi, namun perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Sedangkan yang tergolong lingkungan internal adalah faktor-faktor yang lebih sempit
dan dekat dengan perusahaan seperti faktor internal perusahaan, pesaing,suplier,
distributor, konsumen dan lain-lain. Perubahan dalam bidang teknologi juga
mempengaruhi perusahaan, karena perusahaan akan mengoptimalkan teknologi yang
ada untuk mendukung tata Kelola perusahaan yang baik, akan mengoptimalkan kinerja
mereka dalam mendukung pencapaian tujuan.

Dari sudut pandang perusahaan semua faktor di atas merupakan faktor yang berada
di luar kendali perusahaan (faktor eksternal). Maka dari itu keberhasilan kinerja tidak
saja dari aspek keuangan, namun lebih dari itu, faktor-faktor non keuangan
kenyataannya mempunyai kontribusi jauhlebih besar, seperti peningkatan kualitas
produk dan jasa, peningkatan efisiensi usaha, keterlibatan karyawan dengan berbagai
kemampuan dan inovasinya serta akhirnya bermuara pada bagaimana memberikan
pelayanan yang prima kepada pelanggan.

III.1.1 Tinjauan Dari Sisi Pendatang Baru


Pendatang baru akan menambah tingkat kompetisi dalam suatu industri. Masuknya
pendatang baru kedalam suatu industri tergantung pada hal-hal berikut:

• Loyalitas pelanggan Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap produk


akan terus menggunakan produk dari industri.
• Diferensiasi produk Diferensiasi produk artinya perusahaan mempunyai
identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan yang disebabkan oleh iklan,
pelayanan pelanggan, perbedaan produk atau karena merupakan perusahaan
pertama yang memasuki industri.
• Biaya investasi Kebutuhan investasi yang besar menciptakan penghalang
untuk masuk ke suatu industri.
• Biaya beralih pemasok (switching cost)Besarnya biaya yang harus dikeluarkan
pendatang baru untuk beralih dari suatu pemasok ke pemasok yang lain akan
menciptakan penghalang untuk masuk.
• Akses ke saluran distribusi Mendapatkan jalur distribusi pelanggan dan jalur
pemasok yang tepat adalah tantangan bagi setiap pendatang baru.
• Kebijakan pemerintah Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
penyelenggaraan jaringan bisa merupakan salah satu hambatan untuk masuk.
III.1.2 Tinjauan Dari Sisi Pembeli
Daya tawar pembeli pada industri berperan dalam menekan harga, serta
memberikan penawaran dalam peningkatan kualitas ataupun layanan lebih, dan
menciptakan persaingan antar kompetitor. Pembeli memiliki daya tawar yang kuat
apabila memenuhi beberapa hal sebagai berikut :

• Kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar.


• Produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi.
Sehingga pembeli yakin akan menemukan penjual alternatif yang
memberikan penawaran lebih baik. Pembeli menghadapi switching cost
yang kecil. Hal ini salah satunya dialami apabila switching cost
ditanggung oleh penjual.
• Pembeli mempunyai informasi lengkap mengenai suatu produk.
Seperti informasi tentang permintaan, harga pasar yang aktual, dan
bahkan biaya yang dikeluarkan penjual sehingga posisi tawar-menawar
menjadi lebih kuat.

Berdasarkan Tinjauan dari sisi pembeli menunjukan adanya indikasi


bahwa penurunan pembelian produk Gudang Garam didasari dari rendahnya Citra
Produk Gudang Garam akibat dari masih kurangnya display produk milik Gudang
Garam dibandingkan dengan competitor produk rokok lainnya, lemahnya
konsistensi dalam maintenance pemajangan produk, dan kemasan Pack Rokok
Gudang Garam kurang baik, sehingga tidak menarik pembeli untuk melakukan
keputusan pembelian.

III.1.3 Tinjauan Dari Sisi Produk & Substitusi


Implementasi bauran pemasaran pada PT. Gudang Garam, Tbk yang
pertama produk, karena semakin ketatnya persaingan khususnya produk rokok
sehingga perusahaan harus mampu menjaga kualitas bahan baku. Melalui proses
produksi yang ada perusahaan berusaha untuk membuat produk yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen. PT. Gudang Garam, Tbk merupakan
perusahaan yang memproduksi rokok kretek dengan tujuan produk yang diproduksi
dapat dinikmati oleh seluruh lapisan konsumen.

PT. Gudang Garam,Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi


rokok kretek dengan selalu mengedepankan kualitas produk yang diproduksi,
dimana hal tersebut dapat diketahui dari pemilihan tembakau sebagai bahan utama
rokok. Selain itu untuk mendapatkan produk yang berkualitas perusahaan juga
mengimport tembakau dari luar negeri yaitu RRC dan Amerika. Hal tersebut sangat
jelas bahwa perusahaan sangat memperhitungkan kualitas produk agar dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen.
III.1.4 Tinjauan Dari Sisi Pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap
pembeli dalam industri dengan cara menaikkan harga atau menurunkan kualitas
produk atau jasa yang dibeli. Kondisi-kondisi yang membuat posisi pemasok
kuat cenderung menyerupai kondisi yang membuat pembeli kuat. Pemasok
memiliki posisi yang kuat apabila :

• Pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terpusat


pada industry dimana mereka menjual.
• Tidak terdapat produk pengganti lain yang dijual pada suatu industri.
• Industri bukan satu-satunya tempat pemasok menjual produknya.
Apabila suatu industri bukan merupakan pelanggan utama dari
suatu pemasok maka kecenderungan pemasok dapat memaksakan
kekuatannya pada industri tersebut.
• Produk pemasok sangat penting demi keberhasilan proses
pembuatan atau kualitas dari produk yang dihasilkan pembeli.
• Switching cost yang dibutuhkan untuk beralih ke produk pemasok tidak
besar.
• Kelompok pemasok melakukan integrasi maju pada suatu industri.

Berdasarkan dari sisi Pemasok Bahan Baku dibeli dari petani baik secara
langsung maupun melalui anak perusahaan dimana telah dilakukan kesepakatan
antar kedua pihak, kekuatan tawar menawar dari pemasok relative kecil karena di
Indonesia terdapat banyak lahan cengkeh dan tembakau sehingga petani tidak dapat
terlalu menekan untuk melakukan tawar menawar.

III.1.5 Tinjauan Dari Sisi Persaiangan Internal Dalam Industri


Kompetitor dalam hal ini adalah pemain yang menghasillkan serta
menjual produk sejenis, yang akan bersaing dalam memperebutkan marketshare.
Intensitas persaingan akan tinggi apabila :
• Jumlah pesaing yang seimbang. Banyaknya pemain dengan kekuatan
masing-masing tentu saja akan meningkatkan intensitas persaingan dalam
kompetisi.
• Pesaing yang beragam. Pesaing mempunyai strategi beragam, asal-
usul, karakteristik serta tujuan dan strategi bersaing yang berlainan.
• Pertumbuhan industri yang lamban, akan mengubah persaingan
menjadi ajang perebutan pangsa pasar untuk perusahaan-perusahaan
yang ingin melakukan ekspansi.
• Kurangnya diferensiasi produk. Ketika suatu produk atau jasa dipandang
sebagai komoditas, maka pilihan oleh pembeli banyak didasarkan atas
harga dan pelayanan, dan desakan untuk persaingan harga dan pelayanan
yang tajam dapat terjadi.
• Biaya tetap. Biaya tetap yang tinggi menciptakan tekanan yang besar
terhadap semua perusahaan untuk mengisi kapasitas yang sering kali
menyebabkan penurunan harga yang cepat pada saat terjadi kapasitas
berlebih.

Pesaing yang dimaksud ialah : PT. HM Sampoerna, Tbk, PT. Djarum dan
PT. Bantoel International Investama, Tbk.

III.2 Analisa SWOT


Strength

1. Perusahaan menggunakan teknologi pencampuran tembakau secara khusus


serta berbagai teknologi pendukung lainnya untuk menghasilkan rokok
dengan rendah tar dan dengan rasa yang sesuai keinginan konsumen
2. Produk unggulan yang diproduksi PT. Gudang Garam, Tbk seperti Gudang
Garam filter, Gudang Garam Surya Signature, Gudang Garam merah dan
Gudang Garam Surya Slim memiliki brand awareness yang cukup tinggi
dengan low tar nicotine (LTN) yang menjadi lini terdepan dalam pemasaran.
3. PT. Gudang Garam, Tbk memproduksi produk-produknya ke dalam berbagai
kelas dan ragam yang memenuhi ragam pasar di Indonesia yang besar
dan beragam.
4. Perusahaan memiliki jangkauan distribusi yang luas dengan sistem distribusi
terorganisir dan bantuan beberapa perusahaan distributor serta kantor cabang
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
5. Kualitas bahan baku rokok Gudang Garam sudah terpercaya dari masa ke
masa , kualitas bahan baku dan citarasa yang khas menjadi andalan Gudang
garam untuk bersaing dengan empat perusahaan rokok besar Indonesia
lainnya (Sampoerna, Djarum, Bentoel Prima dan Wismilak)
6. Perusahaan yang telah berdiri setengah abadpastinya memiliki kredibilitas
perusahaan yang baik. Kredibilitas Gudang Garam tidak dibangun dalam
semalam, tetapi melalui jalan yang panjang dan berbagai prestasi yang
telah ditorehkan. Kredibilitas perusahaan inilah yang menjadi dasar
terbentuknya kepercayaan(trust)dari para stakeholder yang terbukti menjadi
poin krusial dalam pengembangan suatu bisnis.
7. Selain itu pada tahun 2010 PT. Surya Airdidirikan yang merupakan anak
perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh PT. Gudang Garam, Tbk
dimana bergerak di bidang jasa pengangkutan niaga tidak berjadwal yang
bertujuan untuk mengoptimalisasi pendistribusian menggunakan prasarana
transportasi udara.

Weakness

1. Kurang cepatnya perusahaan dalam mengikuti tren pasar yang terjadi dapat
terlihat dari ketertinggalannya inovasi-inovasi produk dari PT. Gudang
Garam, Tbkdibanding kompetitornya.
2. Biaya yang cukup mahal baik dari segi bahan baku maupun teknologi yang di
gunakan oleh perusahaan dalam proses produksi.
3. PT. Gudang Garam, Tbk masih mengandalkan produk sigaret kretek
mesinnya yang kadar tar ataupun nikontinnya masih relatif tinggi padahal
dipasar telah terjadi pergeseran konsumen cenderung lebih menyukai kategori
low nikotin.
4. Produk Gudang Garam sudah telanjur dicitrakan sebagai rokok orang tua;
sehingga rokok ini agak sulit melakukan penterasi kepada segmen pasar anak
muda kota yang tumbuh pesat.Kurang diminatinya produk rokok Gudang
Garam di pasar internasional.
5. Para perokok luar negeri sudah terbiasa dengan rokok putih dan sudah candu
dengan rasa yang diberikan oleh rokok putih, kehadiran rokok kretek tidak
bisa menggeser kedudukan rokok putih sebagai rokok no. 1 di luar negeri
untuk saat ini.
6. Produk Gudang Garam yang banyak, namun kurangnya promosi
mengakibatkan banyak konsumen tidak mengetahui aneka produk yang
ditawarkan oleh Gudang Garam.Lambatnya pengembangan produk dan
inovasi membuat produk ini mulai ditinggalkan konsumen muda.Opportunity
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan ini merupakan pasar yang
potensial untuk produk Gudang Garam. Harga yang murah mengakibatkan
produk ini diminati konsumen Indonesia khususnya dari kelangan menengah
kebawah dan akan selalu menjadi pilihan.

Threat

1. Regulasi dan perda mengenai anti-rokok, Perda ini memungkinkan penurunan


jumlah perokok dan permintaan atas rokok yang terjadi disuatu daerah
yang memiliki perda anti-rokok.
2. Tingginya pajak rokok membuat rendahnya daya beli masyarakat terhadap
rokok sehingga terjadi penurunan permintaan rokok.
3. Berkurangnya event yang disponsori perusahaan rokok.
4. Berkurangnya event yang disponsori rokok merupakan impact dari mindset
masyarakat yang mendukung anti-rokok dan ingin mengurangi promosi rokok
yang terdapat pada event khususnya event anak muda. Dengan berkurangnya
event yang disponsori perusahaan rokok membuat perusahaan rokok sulit
untuk mempromosikan produknya dan seiring berjalannya waktu tingkat
awareness akanberkurang.Trend pasar untuk rokok Low Tar LowNicotine
(LTLN) di Indonesia.
III.3 Analisa Daya Saing Perusahaan
Lingkungan bisnis saat ini meningkat secara kompetitif, setiap perusahaan
dituntut untuk memiliki kekuatan untuk bersaing di perdagangan global. PT Gudang
Garam sebagai pasar dalam industri tembakau, untuk mempertahankan kondisi ini
harus pandai dalam menentukan kebijakan manajemen .

Alternatifnya adalah dengan menggunakan Strategi Analisis The Boston


Consulting Group, sebuah analisis untuk mengukur pertumbuhan dan pasar untuk
produk SBU. Dengan analisis ini akan diketahui strategi apa yang harus dilakukan
untuk mencapai keunggulan biaya serta bagaimana menentukan investasi yang tepat.
Hal ini dapat dilihat dari analisis posisi kekuatan dan daya tarik perusahaan. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini fokus untuk mempelajari (a)
Produksi (b) penjualan (c) daya tarik industri (d) posisi kompetitif (e) atribut produk
perusahaan (f)pajak/cukai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam adalah pimpinan pasar
di posisi pangsa pasar tinggi BCG, GE - Mc. Kinsey, menang / kuat pada SKM dan
SKT, SKL pada Mean Business, posisi PLC yang menurun untuk SKM, SKT dan SKL
sekarang ini.

III.4 Analisa Perubahan Lanskap Ekonomi & Bisnis


Lingkungan yang tidak seimbang akibat eksploitasi dan pencemaran telah
memperparah kondisi alam. Bencana yang dipicu perubahan cuaca dan pemanasan
global mulai menjadi isu yang ditakuti.

Meski terlambat untuk menyadari, semua kalangan di belahan dunia mulai


tergerak melakukan tindakan untuk mencegah, menjaga, dan mengurangi kerusakan
lingkungan. Termasuk perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk.
Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), PT Gudang Garam Tbk
berkontribusi pada pelestarian alam, sekaligus memberi nilai tambah ekonomi
masyarakat. Salah satunya dengan penanaman pohon bambu di bagian timur lereng
Gunung Wilis, Jawa Timur.

Pada penanaman tahap pertama yang dilakukan 13 Februari 2016, PT Gudang


Garam Tbk. bekerjasama dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Kediri, KPH Nganjuk, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Program CSR ini menanam 15.600 bibit bambu di lahan seluas 100 hektar di Desa
Tarokan, Kabupaten Kediri.

Tanaman bambu itu tersebar di wilayah KPH Kediri yang meliputi BKPH Kediri
(3.640 pohon), BKPH Pace (3.640 pohon), dan BKPH Pare (3.640 pohon). Sedangkan
sisanya ditanam di BKPH Berbek Nganjuk (4.680 pohon).

Sukses dengan penanaman tahap pertama, program ini berlanjut pada tahap
kedua 9 Februari 2017. PT Gudang Garam Tbk kembali menanam 79.498 bibit bambu
di lahan seluas 500 hektar di Dusun Klepu, Desa Parang, Kecamatan Banyakan,
Kabupaten Kediri. Penanaman ini dilakukan bersama Perum Perhutani KPH Kediri dan
LMDH. Tanaman bambu ini tersebar di kawasan BPKH Kediri (43.766 pohon), BKPH
Pace (30.887 pohon), dan BKPH Pare (4.845 pohon).

Kepala Bagian Humas PT Gudang Garam Tbk Iwhan Tricahyono menjelaskan


penanaman ini memilih jenis Bambu Petung (Dendrocalamus Asper) karena kelebihan
yang dimiliki. Selain ukuran lingkar batang yang besar mencapai 20 cm dengan
konstruksi dinding tebal serta kokoh, Bambu Petung juga bisa tumbuh hingga
ketinggian di atas 20 meter.

Selain pelestarian lingkungan, program CSR PT Gudang Garam Tbk juga


berupaya membangun pertumbuhan ekonomi kreatif kerajinan bambu masyarakat
lereng Gunung Wilis. Memanfaatkan tanaman bambu yang ada, masyarakat diberi
keterampilan memproduksi kerajinan bambu hingga berdaya jual tinggi.
Perajin Bambu di lereng Wilis

Selain bercocok tanam, sebagian masyarakat di lereng Gunung Wilis bekerja


sebagai perajin bambu. Mereka tersebar di Kecamatan Mojo, Tarokan, dan Banyakan,
dengan jumlah perajin sebanyak 31 orang. Terdiri atas Desa Sukoanyar, Kecamatan
Mojo (5 perajin), Desa Ngadi, Kecamatan Mojo (3 perajin), Desa Blimbing,
Kecamatan Tarokan (18 perajin), dan Desa Mayaran, Kecamatan Banyakan (5 perajin).

Hingga saat ini para perajin tersebut masih menjalankan usaha secara
konvensional. Produk mereka masih berupa cagak bangunan, gedek (sesek), tusuk sate,
tompo, cikrak, dan kurungan ayam. Itupun diproduksi dalam jumlah terbatas karena
keterbatasan biaya serta pemasaran. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
ketersediaan bahan baku bambu yang cukup melimpah.

Program CSR PT Gudang Garam Tbk berkomitmen mengembangkan industri


kerajinan bambu di sana, sekaligus merawat kelestarian alam. Untuk itu dibutuhkan
peran semua pihak, termasuk media massa dalam memberikan ruang informasi
terhadap upaya ini. Melalui Media Gathering 2019, rekan wartawan diajak berkunjung
ke Dusun Bambu dan Saung Angklung Udjo, untuk menyaksikan secara langsung
pengelolaan ekowisata berbasis pelestarian lingkungan yang memberi nilai ekonomi
masyarakat.

III.5 Analisa Tren Persaingan Bisnis


Kontribusi industri rokok memang tidak kecil. Dari sisi penerimaan negara, cukai
rokok pada 2018 menyumbang sebesar Rp153 triliun. Sementara dari sisi
ketenagakerjaan, industry rokok menyerap lebih dari 7 juta tenaga kerja. Meski
sumbangan industri rokok cukup berarti bagi negara, akan tetapi kondisi industri rokok
saat ini dinilai memprihatinkan. Tarif cukai yang naik setiap tahunnya memberatkan
para pelaku usaha rokok atau tembakau.

Untuk itu, produsen rokok mengapresiasi keputusan pemerintah yang tidak


menaikkan tarif cukai rokok pada 2019. Untuk diketahui, rata-rata tarif cukai rokok
selama kepemimpinan Presiden Jokowi naik 10,5 persen/tahun. Keputusan pemerintah
yang tidak menaikkan tarif cukai rokok juga mendapatkan apresiasi dari sejumlah
asosiasi industri hasil tembakau di antaranya adalah Gabungan Perserikatan Pabrik
Rokok Indonesia (GAPPRI). “Selain tidak menaikkan tarif cukai, kami juga sangat
mengapresiasi penindakan rokok ilegal yang sempat pesat pada 2014. Selama ini,
rokok ilegal turut mengisi pasar anggota GAPPRI,” jelas Ketua GAPPRI Henry Najoan
dikutip dari Kompas.

Kondisi industri rokok yang sedang lesu memang benar demikian. Dalam lima
tahun terakhir ini, tren penjualan rokok terus menurun. Dari 352 miliar batang pada
2014, lalu menjadi 332 miliar batang pada 2018. Rata-rata turun 2 persen/tahun.

Di lain pihak, penjualan ritel rokok dan pasar rokok ilegal terus meningkat.
Menurut kajian Ernst & Young berjudul "Kajian Singkat Dampak Ekonomi Industri
Rokok di Indonesia 2018" (hlm 20), rokok ilegal pada 2013 mencapai 10,1 persen dari
total industri. Pada 2017, pasar rokok ilegal naik menjadi 12,3 persen.

Saat ini, ada empat emiten rokok yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yakni PT Gudang Garam Tbk., PT HM Sampoerna Tbk., PT Wismilak Inti
Makmur Tbk., dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Sementara Djarum sampai
saat ini belum mencatatkan sahamnya di BEI, sehingga keterbukaan laporan
keuangannya tidak bisa diketahui oleh publik. Bagi emiten rokok, industri rokok yang
melesu tidak sepenuhnya berdampak terhadap kinerja mereka. Ada emiten yang
penjualan masih tumbuh di atas pertumbuhan PDB. Namun, ada juga yang terpuruk
sejalan dengan kondisi industri rokok saat ini.

PT Gudang Garam Tbk. adalah salah satu emiten rokok yang kinerjanya cukup
positif. Tahun lalu, pabrikan rokok yang berlokasi di Kediri dan Gempol, Jawa timur
ini membukukan nilai penjualan Rp95,7 triliun naik 15 persen dari tahun sebelumnya.
“Meningkatnya pendapatan dikarenakan adanya penyesuaian harga jual rata-rata per
batang sebesar 5,6 persen dan kenaikan volume penjualan sebesar 8,3 persen,” tutur
direksi Gudang Garam dikutip dari laporan tahunan Gudang Garam 2018 (PDF). Dari
capaian itu, Gudang Garam menjadi emiten dengan pertumbuhan penjualan paling
positif ketimbang emiten rokok lainnya. Sayang, pertumbuhan laba bersih perseroan
justru stagnan. Perseroan hanya meraup laba Rp7,79 triliun atau naik 0,5 persen.

Kinerja positif Gudang Garam berlanjut di kuartal I/2019. Pabrik rokok yang
menguasai pangsa pasar rokok nasional sebesar 23 persen ini membukukan penjualan
Rp26,19 triliun atau naik 19 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pada saat
bersamaan, laba bersih yang diraup perseroan melompat hingga 24 persen menjadi
Rp2,35 triliun. Adapun, sigaret kretek mesin (SKM) menjadi penyumbang terbesar
penjualan perseroan, yakni 92 persen dari total penjualan.

Anda mungkin juga menyukai