Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Jien Hwie atau Surya
Wonowidjoyo. Sebelum mendirikan perusahaan ini, saat berumur sekitar dua puluh
tahun, Tjoa Jien Hwie mendapat tawaran bekerja dari pamannya di pabrik rokok Cap
93 yang merupakan salah satu pabrik rokok terkenal di Jawa Timur pada waktu itu.
Berkat kerja keras dan kegigihannya beliau mendapatkan promosi dan akhirnya
menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut. Pada tahun 1956 Tjoa Jien Hwie
meninggalkan Cap 93. Beliau memilih lokasi di jalan Semampir II/l, Kediri, di atas
tanah seluas ± 1000 m2 milik Bapak Muradioso yang kemudian dibeli dan
dipergunakan untuk perusahaan rokok yang saat ini dikenal dengan unit I. Beliau
memulai industri rumah tangga dengan memproduksi rokok sendiri, diawali dengan
rokok kretek dari kelobot dengan merek Ing Hwie. Setelah dua tahun berjalan Ing Hwie
mengganti nama perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam. PT
Gudang Garam Tbk tidak mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT
Surya Madistrindo lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen atau
produsen (Gudang Garam. 2017).
PT. Gudang Garam, Tbk adalah perusahaan rokok yang berpusat di Kota
Kediri, provinsi Jawa Timur. Dalam kurun 50 tahun, perusahaan berkembang
sangat pesat. Berawal dari perusahaan keluarga dan kini menjadi perusahaan
rokok terbesar di Indonesia (PT. Gudang Garam, Tbk. Tt:28)
I.1 Visi dan Misi Perusahaan.
Salah satu langkah strategis yang diambil oleh Gudang Garam adalah
menanamkan investasi pada program pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) secara profesional, berupa upaya untuk mencetak individu-individu
yang gemar berinovasi, memiliki visi, mampu berpikir strategis, serta memiliki
kapasitas dalam memimpin dan mengembangkan sebuah organisasi secara
berkesinambungan.
Rasio
II.1.4.2 Laba Perusahaan
Faktor yang termasuk dalam lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang lebih
luas di luar perusahaan seperti situasi politik, hukum,sosial, ekonomi, teknologi dan
kependudukan. Lingkungan bisnis eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar
organisasi, namun perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Sedangkan yang tergolong lingkungan internal adalah faktor-faktor yang lebih sempit
dan dekat dengan perusahaan seperti faktor internal perusahaan, pesaing,suplier,
distributor, konsumen dan lain-lain. Perubahan dalam bidang teknologi juga
mempengaruhi perusahaan, karena perusahaan akan mengoptimalkan teknologi yang
ada untuk mendukung tata Kelola perusahaan yang baik, akan mengoptimalkan kinerja
mereka dalam mendukung pencapaian tujuan.
Dari sudut pandang perusahaan semua faktor di atas merupakan faktor yang berada
di luar kendali perusahaan (faktor eksternal). Maka dari itu keberhasilan kinerja tidak
saja dari aspek keuangan, namun lebih dari itu, faktor-faktor non keuangan
kenyataannya mempunyai kontribusi jauhlebih besar, seperti peningkatan kualitas
produk dan jasa, peningkatan efisiensi usaha, keterlibatan karyawan dengan berbagai
kemampuan dan inovasinya serta akhirnya bermuara pada bagaimana memberikan
pelayanan yang prima kepada pelanggan.
Berdasarkan dari sisi Pemasok Bahan Baku dibeli dari petani baik secara
langsung maupun melalui anak perusahaan dimana telah dilakukan kesepakatan
antar kedua pihak, kekuatan tawar menawar dari pemasok relative kecil karena di
Indonesia terdapat banyak lahan cengkeh dan tembakau sehingga petani tidak dapat
terlalu menekan untuk melakukan tawar menawar.
Pesaing yang dimaksud ialah : PT. HM Sampoerna, Tbk, PT. Djarum dan
PT. Bantoel International Investama, Tbk.
Weakness
1. Kurang cepatnya perusahaan dalam mengikuti tren pasar yang terjadi dapat
terlihat dari ketertinggalannya inovasi-inovasi produk dari PT. Gudang
Garam, Tbkdibanding kompetitornya.
2. Biaya yang cukup mahal baik dari segi bahan baku maupun teknologi yang di
gunakan oleh perusahaan dalam proses produksi.
3. PT. Gudang Garam, Tbk masih mengandalkan produk sigaret kretek
mesinnya yang kadar tar ataupun nikontinnya masih relatif tinggi padahal
dipasar telah terjadi pergeseran konsumen cenderung lebih menyukai kategori
low nikotin.
4. Produk Gudang Garam sudah telanjur dicitrakan sebagai rokok orang tua;
sehingga rokok ini agak sulit melakukan penterasi kepada segmen pasar anak
muda kota yang tumbuh pesat.Kurang diminatinya produk rokok Gudang
Garam di pasar internasional.
5. Para perokok luar negeri sudah terbiasa dengan rokok putih dan sudah candu
dengan rasa yang diberikan oleh rokok putih, kehadiran rokok kretek tidak
bisa menggeser kedudukan rokok putih sebagai rokok no. 1 di luar negeri
untuk saat ini.
6. Produk Gudang Garam yang banyak, namun kurangnya promosi
mengakibatkan banyak konsumen tidak mengetahui aneka produk yang
ditawarkan oleh Gudang Garam.Lambatnya pengembangan produk dan
inovasi membuat produk ini mulai ditinggalkan konsumen muda.Opportunity
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan ini merupakan pasar yang
potensial untuk produk Gudang Garam. Harga yang murah mengakibatkan
produk ini diminati konsumen Indonesia khususnya dari kelangan menengah
kebawah dan akan selalu menjadi pilihan.
Threat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam adalah pimpinan pasar
di posisi pangsa pasar tinggi BCG, GE - Mc. Kinsey, menang / kuat pada SKM dan
SKT, SKL pada Mean Business, posisi PLC yang menurun untuk SKM, SKT dan SKL
sekarang ini.
Tanaman bambu itu tersebar di wilayah KPH Kediri yang meliputi BKPH Kediri
(3.640 pohon), BKPH Pace (3.640 pohon), dan BKPH Pare (3.640 pohon). Sedangkan
sisanya ditanam di BKPH Berbek Nganjuk (4.680 pohon).
Sukses dengan penanaman tahap pertama, program ini berlanjut pada tahap
kedua 9 Februari 2017. PT Gudang Garam Tbk kembali menanam 79.498 bibit bambu
di lahan seluas 500 hektar di Dusun Klepu, Desa Parang, Kecamatan Banyakan,
Kabupaten Kediri. Penanaman ini dilakukan bersama Perum Perhutani KPH Kediri dan
LMDH. Tanaman bambu ini tersebar di kawasan BPKH Kediri (43.766 pohon), BKPH
Pace (30.887 pohon), dan BKPH Pare (4.845 pohon).
Hingga saat ini para perajin tersebut masih menjalankan usaha secara
konvensional. Produk mereka masih berupa cagak bangunan, gedek (sesek), tusuk sate,
tompo, cikrak, dan kurungan ayam. Itupun diproduksi dalam jumlah terbatas karena
keterbatasan biaya serta pemasaran. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
ketersediaan bahan baku bambu yang cukup melimpah.
Kondisi industri rokok yang sedang lesu memang benar demikian. Dalam lima
tahun terakhir ini, tren penjualan rokok terus menurun. Dari 352 miliar batang pada
2014, lalu menjadi 332 miliar batang pada 2018. Rata-rata turun 2 persen/tahun.
Di lain pihak, penjualan ritel rokok dan pasar rokok ilegal terus meningkat.
Menurut kajian Ernst & Young berjudul "Kajian Singkat Dampak Ekonomi Industri
Rokok di Indonesia 2018" (hlm 20), rokok ilegal pada 2013 mencapai 10,1 persen dari
total industri. Pada 2017, pasar rokok ilegal naik menjadi 12,3 persen.
Saat ini, ada empat emiten rokok yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yakni PT Gudang Garam Tbk., PT HM Sampoerna Tbk., PT Wismilak Inti
Makmur Tbk., dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Sementara Djarum sampai
saat ini belum mencatatkan sahamnya di BEI, sehingga keterbukaan laporan
keuangannya tidak bisa diketahui oleh publik. Bagi emiten rokok, industri rokok yang
melesu tidak sepenuhnya berdampak terhadap kinerja mereka. Ada emiten yang
penjualan masih tumbuh di atas pertumbuhan PDB. Namun, ada juga yang terpuruk
sejalan dengan kondisi industri rokok saat ini.
PT Gudang Garam Tbk. adalah salah satu emiten rokok yang kinerjanya cukup
positif. Tahun lalu, pabrikan rokok yang berlokasi di Kediri dan Gempol, Jawa timur
ini membukukan nilai penjualan Rp95,7 triliun naik 15 persen dari tahun sebelumnya.
“Meningkatnya pendapatan dikarenakan adanya penyesuaian harga jual rata-rata per
batang sebesar 5,6 persen dan kenaikan volume penjualan sebesar 8,3 persen,” tutur
direksi Gudang Garam dikutip dari laporan tahunan Gudang Garam 2018 (PDF). Dari
capaian itu, Gudang Garam menjadi emiten dengan pertumbuhan penjualan paling
positif ketimbang emiten rokok lainnya. Sayang, pertumbuhan laba bersih perseroan
justru stagnan. Perseroan hanya meraup laba Rp7,79 triliun atau naik 0,5 persen.
Kinerja positif Gudang Garam berlanjut di kuartal I/2019. Pabrik rokok yang
menguasai pangsa pasar rokok nasional sebesar 23 persen ini membukukan penjualan
Rp26,19 triliun atau naik 19 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pada saat
bersamaan, laba bersih yang diraup perseroan melompat hingga 24 persen menjadi
Rp2,35 triliun. Adapun, sigaret kretek mesin (SKM) menjadi penyumbang terbesar
penjualan perseroan, yakni 92 persen dari total penjualan.