Anda di halaman 1dari 13

e-Book

Mengenal Kewajiban
Pajak Perusahaan
Fashion
Mengenal Pajak Perusahaan

Daftar Isi
01 Mengenal Wajib Pajak
03 Kewajiban Perpajakan bagi Badan Usaha
04 Kewajiban Pajak Tahunan
07 Aspek Pajak Bulanan

i
Mengenal Wajib Pajak Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Mengenal Wajib Pajak


Tahukah kamu jika seseorang/badan usaha memiliki NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak) maka seseorang/badan usaha tersebut berstatus
sebagai Wajib Pajak. Lalu, apa saja jenis Wajib Pajak dan kapan
seseorang/badan diwajibkan untuk memiliki NPWP?

1 Wajib Pajak Orang Pribadi


Wajib Pajak Orang Pribadi ini bisa berupa orang pribadi yang memiliki
penghasilan di atas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), dimana penghasilan
tersebut dapat diperoleh dari hasil bekerja di suatu perusahaan atau hasil
kegiatan membuka usaha dengan kata lain usaha perorangan. Oleh karena itu,
Wajib Pajak Orang Pribadi tidak memiliki kewajiban untuk memiliki NPWP dan
menjadi Wajib Pajak jika penghasilan yang diperoleh masih dibawah PTKP.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memperoleh penghasilan dari hasil
bekerja disuatu perusahaan, jika penghasilan yang diperoleh dalam satu tahun
sudah melebihi PTKP maka ketentuan pajaknya menggunakan tarif progresif
pasal 17 UU Pajak Penghasilan (PPh). Adapun besaran PTKP tersebut yaitu:

• Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi


• Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
• Rp 54.000.000 tambahan untuk seorang istri yang bekerja dan
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
• Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 orang untuk setiap keluarga.

Kemudian besaran PTKP bagi Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan


dari melakukan kegiatan usaha perorangan yaitu sebesar Rp 500 juta
dalam satu tahun. Selanjutnya jika omzet yang diperoleh dari hasil usaha
perorangan tersebut diperoleh melebihi Rp 500 juta dan tidak melebihi
Rp 4,8 Milyar. Maka ketentuan perpajakannya menggunakan ketentuan
pajak UMKM yaitu tarif 0,5% dari omzet perbulan.

1
Mengenal Wajib Pajak Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

2 Wajib Pajak Badan


Wajib Pajak Badan merupakan badan usaha yang dapat berbentuk CV, PT,
Koperasi, Firma dll. Dimana ketentuan perpajakannya tergantung dari omzet
yang diperoleh. Adapun bagi badan usaha yang belum mempunyai NPWP,
diwajibkan mendaftarkan diri ke kantor pajak untuk mendapatkan NPWP
paling lama 1 bulan sejak badan usaha didirikan. Jadi, setiap badan usaha
diwajibkan memiliki NPWP karena pada ketentuan pajak badan usaha tidak
ada batasan PTKP seperti pada ketentuan untuk Orang Pribadi.

2
Kewajiban Perpajakan bagi Badan Usaha Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Kewajiban Perpajakan bagi Badan Usaha


Setelah berkewajiban memiliki NPWP, kewajiban perpajakan
selanjutnya bagi Wajib Pajak Badan yaitu melakukan hitung,
setor dan lapor pajak tahunan dan pajak bulanan. Tidak ada
perbedaan yang sangat mendasar antara kewajiban perpajakan
bagi Wajib Pajak Badan berbentuk PT, CV maupun koperasi atau

pajak tahunan dan pajak bulanan.

Adapun jenis pajak yang dapat dikenakan yaitu bisa berupa


Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
dimana ketentuan pajaknya ditentukan oleh omzet. Misalnya,
pajak UMKM yang diatur berdasarkan PP 23 Tahun 2018
merupakan salah satu jenis pajak penghasilan yang diperuntukan
bagi Wajib Pajak dengan omzet tidak melebihi Rp 4,8 Miliar dalam
satu tahun. Ketentuan pajak UMKM ini tidak hanya berlaku bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi tetapi berlaku juga untuk Wajib Pajak
Badan.

Namun perlu diketahui bahwa pajak tahunan bersifat wajib


bagi setiap Wajib Pajak yang tentunya telah memiliki NPWP
sedangkan pajak bulanan bersifat wajib dengan memperhatikan
beberapa kondisi diantaranya tergantung dari omzet dan
transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak tersebut.

3
Kewajiban Pajak Tahunan Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Kewajiban Pajak Tahunan


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pajak tahunan
bersifat wajib karena setiap Wajib Pajak yang telah memiliki
NPWP wajib melaporkan SPT Tahunan. Hanya saja, ketentuan

tergantung omzet yang diperoleh dalam satu tahun.

Adapun Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan surat yang oleh


Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/
atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Jenis pajak yang
dilaporkan dalam SPT Tahunan yaitu Pajak Penghasilan (PPh).

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun


2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, batas
waktu lapor pajak SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yaitu 3 bulan
setelah berakhirnya tahun pajak. Sedangkan batas waktu lapor
pajak SPT Tahunan PPh Badan yaitu 4 bulan setelah berakhirnya
tahun pajak. Setelah mengetahui batas akhir lapor pajak SPT
Tahunan, jangan sampai terlambat dalam menyampaikan SPT
karena akan dikenakan sanksi denda telat lapor sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 UU KUP yaitu sebesar Rp 100.000 untuk
lapor pajak SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang melebihi batas
akhir pelaporan pajak. Sedangkan jika terlambat lapor pajak
SPT Tahunan PPh Badan dikenakan sanksi denda
sebesar Rp 1.000.000.

4
Kewajiban Pajak Tahunan Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Lalu, bagaimana cara mengetahui ketentuan dan perhitungan


pajak dalam SPT Tahunan Badan?

Wajib Pajak Dengan Omzet Tidak Melebihi Rp 4,8 M

Sebagaimana diketahui bahwa pelaku UMKM yang memiliki penghasilan bruto tidak

peredaran bruto sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun


2018. Objek pajak UMKM tersebut yaitu penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai

tertentu yaitu penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000


dalam 1 Tahun Pajak. Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
yang dikenai Pajak Penghasilan Final, yaitu:

• Wajib Pajak Orang Pribadi


• Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, persekutuan

Adapun jangka waktu tertentu pengenaan Pajak UMKM

7 4 3
Tahun Pajak Tahun Pajak Tahun Pajak
Wajib Pajak Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Badan
Orang Pribadi berbentuk koperasi, persekutuan berbentuk perseroan
terbatas

5
Kewajiban Pajak Tahunan Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Wajib Pajak Dengan Omzet Rp4,8 M – Rp50 M

Pada ketentuan baru sebagaimana diatur dalam UU HPP, tarif PPh Badan berubah
menjadi 22% mulai tahun 2022. Oleh karena itu, mulai pelaporan SPT Badan tahun
pajak di tahun 2021, tarif yang digunakan pada SPT Tahunan Badan yaitu 22%.
Tarif 22% tersebut akan berlaku juga untuk tahun-tahun selanjutnya.

Berdasarkan Pasal 31E UU PPh, khusus bagi Wajib Pajak Badan yang memperoleh
penghasilan bruto sampai dengan Rp 50 miliar, mendapatkan fasilitas pengurangan
tarif 50% dalam menghitung pajak yang terutang. Dasar pengenaan tarif Pajak
Penghasilan Badan yang mendapat pengurangan tarif 50% yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 Miliar
yaitu penurunan tarif PPh Badan untuk tahun yang ditentukan.

Contoh:
PT B memperoleh penghasilan bruto Rp 6 miliar dengan Penghasilan
Kena Pajak yaitu Rp 800 juta. Hitung pajak yang terutang apabila
penghasilan tersebut diterima pada Tahun Pajak 2021.

Pajak yang terutang tahun 2021:


(Rp 4,8 miliar : Rp 6 miliar) x Rp 800 juta = Rp 640.000.000
Rp 640 juta x 50% x 22% = Rp 70.400.000
22% x (Rp 800 juta - Rp 640 juta) = Rp 35.200.000

PPh Badan terutang tahun 2019


= Rp 70.400.000+ Rp 35.200.000 = Rp 105.600.000

Wajib Pajak Dengan Omzet Melebihi Rp50 M

Kemudian bagi Wajib Pajak Badan yang memiliki omzet diatas Rp 50 miliar dalam satu
tahun, cara menghitung pajak yang terutang yaitu tinggal mengalikan Penghasilan
Neto Fiskal atau Penghasilan Kena Pajak dengan tarif PPh badan yaitu 22%.

6
Aspek Pajak Bulanan Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Aspek Pajak Bulanan


Jenis pajak bulanan terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dimana kewajiban pajak
bulanan PPh ditentukan oleh transaksi yang dilakukan oleh
Wajib Pajak, sedangkan pajak bulanan PPN ditentukan
oleh omzet Wajib Pajak dalam satu tahun.

Adapun jenis-jenis pajak bulanan yaitu:

PPh Pasal 21 Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh seorang
pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan. Jadi, ketika Wajib Pajak
badan mempekerjakan pegawai dengan upah melebihi PTKP maka
Wajib Pajak badan tersebut memiliki kewajiban untuk memungut,
menyetor dan melaporkan SPT PPh Pasal 21.

PPh Pasal 22 Pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima


atas transaksi yang diatur dalam Pasal 22 UU PPh.
Diantaranya: impor, transaksi dengan bendaharawan pemerintah.

PPh Pasal 23 Pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima


oleh suatu badan. Penghasilan tersebut dapat berupa: bunga, royalti,
hadiah, dividen, sewa dan jasa.

PPh Pasal 24 Pajak yang dibayarkan di luar negeri atas penghasilan yang didapatkan
dari luar negeri. Atas pajak yang telah dibayar di luar negeri tersebut, dapat
dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan.

PPh Pasal 25 Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan
pada setiap masa pajak untuk mengurangi besarnya pajak tahunan
yang harus dibayar.

PPh Pasal 26 Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh
subjek pajak luar negeri yang bekerja pada suatu perusahaan
atau mendapatkan penghasilan dari suatu badan berupa penjualan
harta, bunga, royalti, hadiah, dividen, sewa dan jasa.

7
Aspek Pajak Bulanan Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

PPh Pasal 4
ayat 2 diatur dalam peraturan perpajakan. Diantaranya yaitu: sewa tanah dan
bangunan, pengalihan tanah dan bangunan, bunga obligasi, hadiah undian dan
lain-lain.

PPh Pasal 15 Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima berkaitan dengan
pelayaran dan penerbangan.

Pajak Pajak yang wajib dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Pertambahan Kena Pajak oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Nilai Pajak (PKP). Adapun Wajib Pajak yang harus dikukuhkan sebagai PKP yaitu
ketika omzet dalam satu tahun telah melebihi Rp 4,8 M.

PPN merupakan pajak yang dikenakan atas transaksi barang atau jasa yang
termasuk dalam kategori objek PPN. Sebagaimana diatur dalam Ayat 1 Pasal 7
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, atas Barang Kena Pajak (BKP) maupun

khusus ekspor berupa BKP Berwujud, BKP Tidak Berwujud dan JKP dapat
dikenakan tarif PPN 0%. Kemudian pada Ayat 3 menyebutkan bahwa tarif PPN
tersebut dapat diubah paling rendah 5% dan paling tinggi 15%.

Pada ketentuan baru yang diatur dalam UU HPP, tarif PPN akan naik secara
bertahap. Tarif PPN yang berlaku mulai April 2022 yaitu 11% dan akan naik
menjadi 12% berlaku paling lambat pada 1 Januari 2025. Selain tarif PPN

dalam pemungutan PPN. Misalnya tarif 1%, 2% atau 3% dari peredaran usaha
yang diatur dalam PMK. Tarif tersebut hanya diperuntukan atas barang/jasa
tertentu atau sektor usaha tertentu.

8
Aspek Pajak Bulanan Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Adapun batas setor dan lapor SPT yaitu:

Jenis SPT Batas Akhir Penyetoran Pajak

SPT Tahunan PPh Badan Sebelum penyampaian SPT

SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Sebelum penyampaian SPT

SPT Masa PPh 21/26 Setiap tanggal 10 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 23/26 Setiap tanggal 10 bulan berikutnya

SPT Masa 25 Setiap tanggal 15 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 22 – Pemungut Tertentu Setiap tanggal 10 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 22 – Pertamina Sebelum Delivery Order dibayar

SPT Masa PPh 4(2) – Dipotong Setiap tanggal 10 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 4(2) – Disetor Sendiri Setiap tanggal 15 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 15 – Dipotong Setiap tanggal 10 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 15 – Disetor Sendiri Setiap tanggal 15 bulan berikutnya

SPT Masa PPN & PPnBM – Non Bendaharawan Setiap tanggal 15 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 22 – Bendaharawan Pada saat penyerahan barang

SPT Masa PPh, PPN & PPnBM – Bea Cukai 1 hari setelah dipungut

SPT Masa PPN – Bendaharawan Setiap tanggal 17 bulan berikutnya

SPT Masa PPN – PKP Sebelum penyampaian SPT

9
Aspek Pajak Bulanan Mengenal Kewajiban Pajak Perusahaan

Jenis SPT Batas Akhir Pelaporan Pajak

SPT Masa PPh 21/26 Setiap tanggal 20 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 23/26 Setiap tanggal 20 bulan berikutnya

SPT Masa 25 Setiap tanggal 20 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 22 – Pemungut Tertentu Setiap tanggal 20 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 4(2) – Dibayar Sendiri Setiap tanggal 20 bulan berikutnya

SPT Masa PPh 15 – Dibayar Sendiri Setiap tanggal 20 bulan berikutnya

SPT Masa PPN & PPnBM – Non Bendaharawan Setiap akhir bulan berikutnya

SPT Masa PPh 22 – Bendaharawan 14 hari setelah masa pajak berakhir

SPT Masa PPh, PPN & PPnBM – Bea Cukai 7 hari setelah pembayaran

SPT Masa PPN – Bendaharawan 14 hari setelah masa pajak berakhir

Jangan sampai terlambat dalam menyampaikan SPT bulanan


karena akan dikenakan sanksi denda telat lapor sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 UU KUP yaitu sebesar:

• Rp 100.000 untuk pelaporan SPT Masa PPh yang melebihi


batas akhir pelaporan pajak

• Rp 500.000 untuk pelaporan SPT Masa PPN yang melebihi


batas akhir pelaporan pajak

Kemudian jika telat bayar, maka akan dikenakan sanksi telat


bayar berupa bunga perbulan mengacu pada kebijakan
menteri keuangan.

10
Hati-hati dapat Surat Cinta dari DJP!

Biar Pajak.io yang urus Pajak


Perusahaan Anda

Untuk informasi lebih lanjut


Silakan Hubungi:
+62 811 101 0630
( Jam Operasional 09.00 – 17.00 )

Anda mungkin juga menyukai