ORANG PRIBADI
Wajib pajak orang pribadi terbagi dua, yaitu wajib pajak subjek dalam negeri dan
wajib pajak subjek luar negeri.
Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri menurut
Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak luar negeri menurut Undang-
Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak
tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak
tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebesar
28%
Sebagai ilustrasi, pada Tahun 2017, saudari Hayati adalah seorang dokter
umum yang membuka praktek di Rumah Sakit Amanda. Atas jasa tersebut sesuai
dengan perjanjian tertulis, Beliau mendapatkan bagi hasil (Profit Sharing) sebesar
75%, sisanya 25% adalah bagian penerimaan untuk Rumah Sakit tersebut. Selain
itu, saudara Hayati juga membuka praktek dokter di Rumah Sakit Islam. Total
penghasilan bruto yang diperoleh saudara Hayati dari praktek di Rumah Sakit
selama tahun 2017 adalah Rp 582.500.000. Dari data penghasilan yang diperoleh,
maka besaran PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:
2.Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Hanya Dari Satu Pemberi Kerja
Sebagai ilustrasi dari data saudari Hayati diatas, jika beliau memiliki suami
yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak serta memiliki NPWP dan bekerja di PT
Merdeka, maka Saudari Hayati harus melampirkan fotokopi NPWP Suami, Surat
Nikah dan Kartu Keluarga. Saudari Hayati hanya bekerja membuka praktek di
Rumah Sakit Amanda saja dan telah memiliki Surat Pernyataan secara tertulis
kepada rumah sakit tersebut. Berdasarkan data penghasilan bruto yang diperoleh
saudari Hayati di Rumah Sakit Amanda selama Tahun 2017, maka perhitungan PPh
Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi PTKP Rp 237.250.000
Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 187.250.000)
= Rp 30.587.500.