Anda di halaman 1dari 5

PERHITUNGAN WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI

Disusun Oleh : - Ignasius Federich HJ


- Lenni Astrina Hutabalian
- Martina Sari Ambarita
- Messvy Thevanna
- Syarifuddin Malik
Mata Kuliah : Perpajakan
Jurusan : Akuntansi
Semester : III(tiga)
Dosen : Ayatullah R.K,SH,M.Ak
A. Jenis Wajib Pajak Orang Pribadi
Siapa Wajib Pajak Orang Pribadi Itu?

Wajib pajak orang pribadi terbagi dua, yaitu wajib pajak subjek dalam negeri dan
wajib pajak subjek luar negeri.

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri

Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri menurut
Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

 Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, atau


 Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau
 Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi Sebagai Subjek Pajak Luar Negeri

Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak luar negeri menurut Undang-
Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

 Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak
tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
 Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak
tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.

B. Perhitungan Pajak Wajib Pajak


Penghitungan besaran pajak terutang atau Penghasilan Kena Pajak yang
dikenakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri, telah ditetapkan
berdasarkan tarif Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 17.
Berikut ini adalah uraian mengenai besaran tarif PPh Pasal 17.

Tarif Pajak berdasarkan Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi:

 Wajib Pajak Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak


Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Rp50.000.001 s.d. Rp250.000.000 15%
Rp250.000.001 s.d. Rp500.000.000 25%
Di atas Rp500.000.001 30%

 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebesar
28%

a) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a, dapat diturunkan


menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP)
b) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf a dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK).
c) Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah
penuh.
d) Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat 4 dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak
tersebut dibagi 360 dikalikan dengan pajak yang terutang untuk satu tahun
pajak.
e) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 5, tiap
bulan yang penuh dihitung 30 hari.
f) Dengan PP, dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2, sepanjang tidak melebihi tarif
pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat 1.

Perhitungan PPh 21 Bagi Tenaga Ahli Dengan Penghasilan


Berkesinambungan
1.Tenaga Ahli Dengan Penghasilan Lebih Dari Satu Pemberi Kerja
Rumus Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli Penghasilan Berkesinambungan
Yang Menerima Penghasilan Lebih Dari Satu Pemberi Kerja adalah (Penghasilan
Bruto X 50%) X Tarif Pasal 17. Penghasilan Bruto dihitung secara kumulatif.

Sebagai ilustrasi, pada Tahun 2017, saudari Hayati adalah seorang dokter
umum yang membuka praktek di Rumah Sakit Amanda. Atas jasa tersebut sesuai
dengan perjanjian tertulis, Beliau mendapatkan bagi hasil (Profit Sharing) sebesar
75%, sisanya 25% adalah bagian penerimaan untuk Rumah Sakit tersebut. Selain
itu, saudara Hayati juga membuka praktek dokter di Rumah Sakit Islam. Total
penghasilan bruto yang diperoleh saudara Hayati dari praktek di Rumah Sakit
selama tahun 2017 adalah Rp 582.500.000. Dari data penghasilan yang diperoleh,
maka besaran PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:

 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak: 50% X Rp 582.500.000 = Rp 291.250.000


 Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 200.000.000) +
(25% x Rp 41.250.000) = Rp 42.812.500.

2.Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Hanya Dari Satu Pemberi Kerja

Rumus perhitungannya adalah ((Penghasilan Bruto X 50%) – PTKP) X


Tarif Pasal 17. Apabila dalam satu Tahun Periode Pajak Tenaga Ahli tersebut
memperoleh penghasilan berkesinambungan hanya dari satu pemberi kerja, maka
mereka dapat mengajukan pengurangan penghasilan kena pajak berupa Tunjangan
PTKP. Syarat utama Tenaga Ahli yang mendapat tunjangan PTKP tersebut adalah
mendapatkan penghasilan hanya dari satu pemberi kerja, memiliki NPWP (fotokopi
NPWP Suami bagi wanita kawin beserta Surat Nikah), dan Kartu Keluarga.

Sebagai ilustrasi dari data saudari Hayati diatas, jika beliau memiliki suami
yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak serta memiliki NPWP dan bekerja di PT
Merdeka, maka Saudari Hayati harus melampirkan fotokopi NPWP Suami, Surat
Nikah dan Kartu Keluarga. Saudari Hayati hanya bekerja membuka praktek di
Rumah Sakit Amanda saja dan telah memiliki Surat Pernyataan secara tertulis
kepada rumah sakit tersebut. Berdasarkan data penghasilan bruto yang diperoleh
saudari Hayati di Rumah Sakit Amanda selama Tahun 2017, maka perhitungan PPh
Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:
 Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi PTKP Rp 237.250.000
 Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 187.250.000)
= Rp 30.587.500.

Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli Dengan Penghasilan Tidak


Bersifat Berkesinambungan
Ilustrasi: Bapak Gading berprofesi sebagai seorang pengacara. Suatu saat
beliau menangani kasus dan memperoleh komisi sebesar Rp 620 juta dari PT Cipta
Abadi yang berlokasi di Jakarta. Bapak Gading telah terdaftar sebagai Wajib Pajak
dan memiliki kartu NPWP. Rumus Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli atas
Penghasilan Tidak Bersifat Berkesinambungan adalah (Penghasilan Bruto X 50%)
X Tarif Pasal 17. Maka perhitungan PPh Pasal 21 Terutang atas komisi yang
diperoleh Bapak Gading adalah sebagai berikut:

 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak : 50% X Rp 620.000.000 = Rp 310.000.000


 Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 200.000.000) +
(25% x Rp 60.000.000) = Rp 47.500.000.

Anda mungkin juga menyukai