BAB - 10
Disusun oleh:
adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Subjek Pajak
Penghasilan yang akan dibahas adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam periode 12 bulan
dan orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia, serta
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia .
2
B. Subjek dan Bukan Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Subjek pajak penghasilan adalah orang pribadi, harta warisan yang belum
dibagi, badan, dan BUT. Namun, berdasarkan domisilinya, subjek pajak
penghasilan mencakup subjek PPh dalam negeri dan luar negeri.
Agar semakin memahami apa itu subjek PPh, sekarang, mari kita bahas satu
per satu empat subjek pajak penghasilan tersebut.
Subjek pajak penghasilan orang pribadi dalam negeri adalah WNI/WNA yang
bekerja dan memperoleh penghasilan serta berdomisili (berkediaman tetap) di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam
satu tahun pajak ada di Indonesia dan mempunyai niat untuk tinggal di
Indonesia.
Subjek pajak penghasilan orang pribadi luar negeri adalah mereka yang tidak
berdomisili di Indonesia dan tinggal kurang dari 183 hari di Indonesia dalam
jangka waktu 12 bulan.
3
Namun, bila orang tersebut setelah 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
menambah masa tinggalnya, dia bisa mengurus penggantian status subjek
pajak ke Direktorat Jenderal Pajak dan berhak memperoleh keuntungan seperti
hak membayar pajak secara angsuran selama satu tahun pajak.
Berikut ini merupakan contoh orang perorangan dan badan yang tidak termasuk
subjek pajak penghasilan:
C. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) dan Tarif PPh Orang Pribadi
Pengertian PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
adalah besarnya penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak
Orang Pribadi yang menjalankan usaha dan/atau pekerjaan bebas jumlahnya
dibawah PTKP tidak akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan
apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek
PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan
PPh Pasal 21.
4
menghitung pajak penghasilan menggunakan tarif pajak penghasilan
berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tentang Pajak Penghasilan.
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) digunakan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi yang berstatus sebagai pegawai tetap maupun tidak tetap yang dalam
menghitung pajak penghasilan menggunakan tarif pajak penghasilan
berdaarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tentang Pajak Penghasilan.
Besarnya PTKP Untuk Tahun Pajak 2020, 2019, 2018, 2017 dan 2016 :
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk Tahun Pajak 2020, 2019,
2018, 2017 dan 2016 sebagai berikut :
Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak
Orang Pribadi;
Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk
seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan;
Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
PTKP ini mulai berlaku mulai Masa Januari Tahun Pajak 2016 bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang
Pribadi
5
Penerapan PTKP Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 Dan PPh Orang Pribadi
Tahun Pajak 2020, 2019, 2018, 2017 dan 2016
Penerapan ketentuan tersebut ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
atau awal bagian tahun pajak.
PTKP Tuan Aditya Tahun 2019 adalah dengan status Kawin anak 1
(satu).
Tanggal 1 Pebruari Tahun 2020 Isteri Tuan Aditya melahirkan anak laki-
laki sehingga Tuan Aditya mulai 1 Pebruari 2020 memiliki 2 (dua) anak.
PTKP Tuan Aditya Tahun Pajak 2020 adalah tetap status Kawin anak 1
(satu).
Penerapan PTKP Tahun Pajak 2020, 2019, 2018, 2017 dan 2016 untuk satu
tahun :
PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita (kawin atau tidak kawin)
Status PTKP
TK/0 54.000.000
TK/1 58.500.000
TK/2 63.000.000
TK/3 67.500.000
Penjelasan :
Status Wanita meskipun sudah kawin tetap mempunyai PTKP tidak kawin
kecuali dapat membuktikan bahwa suami tidak bekerja (dari Instansi
terkait/kelurahan).
6
TK/1 : Tidak Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan PTKP sebesar 58.500.000
( 54.000.000 + 4.500.000)
PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja atau Tidak Usaha
Status PTKP
K/0 58.500.000
K/1 63.000.000
K/2 67.500.000
K/3 72.000.000
Penjelasan PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja atau Tidak
Usaha:
7
PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Bekerja atau Usaha
Status PTKP
K/I/0 112.500.000
K/I/1 117.000.000
K/I/2 121.500.000
K/I/3 126.000.000
Penjelasan PTKP Untuk Laki-Laki Kawin dengan Isteri Bekerja pada lebih
dari satu pemberi kerja atau usaha :
PTKP untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung dengan
suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yang bekerja pada lebih dari
satu pemberi kerja dan/atau isteri yang memiliki usaha (penghasilan digabung
dengan penghasilan suami)
8
Tarif PPh Orang Pribadi
Pada dasarnya terdapat tiga mekanisme perhitungan PPh Orang Pribadi yang
dibedakan berdasarkan jumlah penghasilan dan penggunaan metode
pencatatan atau pembukuan yang dilakukan, yaitu:
9
ini adalah Usaha kecil yang belum memiliki tempat permanen dan Tenaga
Ahli dan Pekerja Bebas Orang Pribadi
3. Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN), bagi orang pribadi yang
tidak menyelenggarakan pembukuan, namun mengajukan pemberitahuan
kepada DJP untuk menggunakan NPPN, maka perhitungan pajak dilakukan
dengan terlebih dahulu menetapkan jumlah penghasilan neto berdasarkan
ketentuan norma yang ditetapkan pada PER-17/PJ/2015, kemudian pajak
dihitung berdasarkan tarif pada UU PPh Pasal 17.
Wajib pajak yang dapat menggunakan NPPN sebesar 50% Hanya bagi
Orang Pribadi yang menyelenggarakan Pekerjaan Bebas atau Tenaga Ahli
yang Omzetnya Dibawah 4,8 Milliard setahun harus menyelenggarakan
pencatatan. Sedangkan wajib pajak yang tidak menggunakan NPPN harus
menyelenggarakan pembukuan. Apa perbedaan antara pencatatan dan
pembukuan?
10
D. Mekanisme Penghitungan PPh Orang Pribadi
Mekanisme perhitungan PPh OP ini berlaku bagi wajib pajak pribadi yang
memiliki peredaran bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun. WP OP ini
hanya menyelenggarakan pencatatan saja dalam satu tahun pajak.
11
Mekanisme PPh OP secara NPPN
Pak Kelik punya usaha Tekstil. Status menikah dengan 2 tanggungan. Pada
2020, Pak Kelik memiliki penghasilan bruto dari usahanya yang dicatatkan
menggunakan metode pembukuan sebesar Rp5.000.000.000. Biaya dari usaha
tersebut mencapai Rp2.500.000.000. Dari perusahaan tekstil yang
dijalankannya ini, Pak Kelik menjabat sebagai direktur dengan gaji
Rp250.000.000 setahun, dan sudah dipotong untuk PPh Pasal 21 sebesar
Rp5.389.450 per bulan oleh pemberi kerja dalam hal ini perusahaannya menjadi
sebesar Rp136.763.580. Maka, PPh Terutang untuk tahun 2020 adalah:
12
PPh terutang tahun 2020
5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
15% x Rp 250.000.000 Rp 37.500.000
25% x Rp 500.000.000 Rp 125.000.000
30% x Rp1.769.263.000 Rp 530.778.900
Total PPh Terutang Rp 695.778.900
Kredit Pajak PPh 21 Rp 5.389.450 (-)
PPh 29 (Kurang Bayar) Rp 690.389.450
Pak Kelik punya usaha Restoran dan memilih melakukan pencatatan omzet
dalam menjalankan usahanya. Pada 2020, Pak Kelik peroleh omzet bruto
sebesar Rp3.000.000.000. Selama bulan Januari 2020, Pak Kelik mendapatkan
penghasilan dari usaha restorannya Rp250.000.000. Karena omzet bruto dari
usaha restorannya ini tidak mencapai Rp4,8 miliar setahun, maka Pak Kelik
menggunakan perhitungan sesuai Peraturan Pemerintah (PP) 23 tahun 2018.
Pak Kelik seorang Konsultan di Jakarta, punya istri yang tidak bekerja dan 3
anak. Pendapatan bruto sebagai jasa konsultan selama 2020 sebesar
Rp800.000.000. Selain itu Pak Kelik juga punya usaha budidaya ikan Lele di
Solo dengan omzet bruto Rp500.000.000. Pak Kelik tidak melakukan
pembukuan atas seluruh transaksi yang terjadi, baik yang berkaitan dengan
usaha budidaya ikanMembangun
STIE Indonesia Lele maupun profesinya sebagai konsultan. Di sini Pak
(inaba)
www.inaba.ac.id
13
Kelik mengajukan penggunaan NPPN kepada DJP dalam menentukan
penghasilan netonya.
Catatan:
Dari contoh kasus di atas, Pak Kelik harus melakukan pembayaran dan
pelaporan pajak penghasilannya sesuai tata cara dan ketentuan yang berlaku.
Untuk mempermudah proses pembayaran dan pelaporan kewajiban pajaknya,
Pak Kelik menggunakan aplikasi pajak online.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan DJP Nomor Per-06/PJ/2018 tentang Perubahan kedua
atas peraturan DJP Nomor Per-41/PJ/2015 tentang pengamanan
transaksi elektronik layanan pajak online
2. https://klikpajak.id
3. https://news.ddtc.co.id
4. https://online-pajak.com
HTTPS://WWW.EJOURNAL.WARMADEWA.AC.ID/INDEX.PHP/
WACANA_EKONOMI/ARTICLE/VIEW/993
5. http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/JEA17/article/view/3184
14
6. https://media.neliti.com/media/publications/193936-ID- pengaruh-
implementasi-sistem-elektronik.pdf
7. http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/89001
8. https://www.researchgate.net/publication/332195843_TEKNOL
OGI_INFORMASI_PROFESIONALISME_ACCOUNT_REPRS
ENTATIVE_DAN_APLIKASI_ETAX_TERHADAP_PENERIMAAN
_PAJAK
15