Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATA KULIAH 4

PERPAJAKAN I
– Kelas A–

“PAJAK PENGHASILAN (1) ”

Yuslina Fani N. A031211107

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

2022/2023
DEFINISI

Pajak Penghasilan atau PPh ialah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak dikenai pajak apabila menerima atau
memperoleh penghasilan yang dalam UU No.36 tahun 2003 tentang Pajak Penghasila disebut Wajib
Pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima selama satu tahun pajak atau dikenai
pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau
berakhir dalam tahun pajak.

Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (PPh) disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian
tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

PPh merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajak melekat pada subjek pajak bersangkutan yang
berarti kewajiban pajak dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lain. Oleh karena itu
dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan mula dan saat berakhirnya kewajiban pajak
subjektif sangat penting.

Dasar hukum pengaturan pajak penghasilan

PPh di Indonesia diatur dengan UU No. 7 tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1983 No. 50, selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh:

- UU No. 7 tahun 1991


- UU No. 10 tahun 1994
- UU No. 17 tahun 2000
- UU No. 36 tahun 2008

Pada Juli 2003 – Desember 2004, pemerintah menerapkan sistem pajak ditanggung pemerintah yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah No.47 tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan No.
486/KMK.03/2003.

Subjek pajak penghasilan

Meliputi:

1. Orang pribadi, yang :


- bertempat tinggal di Indonesia
- berada di Indonesia <183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan berniat untuk bertempat tinggal di
Indonesia
2. harta warisan belum dibagi, warisan dari seseorang yang telah meninggal dan belum dibagi
tetapi menghasilkan pendapatan maka dikenakan pajak
3. badan, yang didirikan di Indonesia kecuali unit tertentu dari badan yang memenuhi kriteria ini:
- pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
- pembiayaannya bersumber dari anggara pendapatan dan belanja negara atau anggara
pendapatan belanja daerah
- penerimaannya dimasukkan dalam anggarann pemerintah pusat atau pemerintah daera
- pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
4. bentuk usaha tetap, yang digunakan orang pribadi yang tidak bertmpat tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak didirikan dan
berkedudkan di Indonesia yang melakukan kegiatan di Indonesia.

Objek pajak penghasilan

Yakni penghasilan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak
baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama atau dalam bentuk apapun.

Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam
pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak darimanapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi
atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut.

Objek PPh yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menamabah kekayaan wajib pajak yang
bersangkuytan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk:

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima termasuk gaji,
upah, tunjangan, honor, komisis, bonus, uang pensiun atau imbalan lain kecuali ditentukan
dalam UU PPh.
b. Hadiah dari undian atauu pekerjaan dan penghargaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
f. Bunga termasuk premium, diskon dan imbalan karena jaminan pengembalian utan
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun
h. Royalti
i. Sewa dan penghasilan lain yang sehubungan dengan penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan PP
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. Premi asuransi
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dan Penghasilan kena pajak (PKP)

1. PTKP, ialah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi WP orang pribadia apabila
penghasilan neto WP jumlahnya dibawah PTKP tidak terkena PPh pasal 25 dan 29 serta apabila
berstatus sebagai pegawai atau penerima PPh pasal 21 maka penghasilan tidak dilakukan
pemotongan PPh pasal 21. PTKP berbeda untuk status pekerja yang berbeda. Sesuai dengan
Pasal 7 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, yang besarnya kemudian dirubah sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak, bagi pekerja yang belum kawin, PTKP adalah Rp24.300.000.
Catatan: Lihat juga Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
- Bila pekerja kawin, ada penambahan Rp2.025.000 untuk PTKP.
- Bila pekerja mempunyai anak, ada penambahan PTKP sebesar Rp2.025.000 untuk setiap
anak dan hanya berlaku sampai anak yang ketiga.
- Tidak ada penambahan PTKP untuk anak ke-empat dan seterusnya.
- Bila istri bekerja, PTKP pekerja tetap sama, yaitu Rp24.300.000 dan tarif pajak
penghasilan tetap sama.
2. PKP, Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak
Penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari pengurangan antara
penghasilan bruto wajib pajak dengan pengurang penghasilan bruto
Perhitungan : Lapisan penghasilan kena pajak
- sampai 50 juta dengan tarif pajak sebesar 5%
- <50 – 250 juta dengan tarif pajak sebesar 15%
- <250 – 500 juta dengan tarif pajak sebesar 25%

Anda mungkin juga menyukai