Anda di halaman 1dari 5

Rahel Pratiwi Simarmata

142210150
EA-B
Latihan Soal Esai
1. Sebut dan jelaskan subjek pajak yang dikecualikan sebagai subjek pajak penghasilan
Jawab:
➢ Kantor perwakilan negara asing
➢ Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik;
➢ Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
• Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;dan
• Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota;
• pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada
huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
➢ Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.

2. Jelaskan objek pajak menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan
Jawab:
Berikut ini contoh objek pajak:

➢ Gaji, upah, tunjangan, honorarium, uang pensiun, gratifikasi, komisi, bonus, dan
imbalan lainnya atas pekerjaan atau jasa.
➢ Hadiah yang berasal dari undian atau pekerjaan dan penghargaan.
➢ Laba usaha, keuntungan yang berasal dari penjualan atau pengalihan harta,
keuntungan atas pembebasan utang, dan keuntungan selisih kurs mata uang.
➢ Bunga premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian utang, dividen, dan
premi asuransi.
➢ Royalti, sewa dan penghasilan yang berhubungan dengan kegiatan penggunaan harta,
serta penghasilan yang berasal dari usaha berbasis syariah.
➢ Tambahan kekayaan neto dari penghasilan yang belum terkena pajak, dan sebagainya.
3. Sebut dan jelaskan metode penyusutan yang diperkenankan dalam UU PPH
Jawab:
Dalam menghitung nilai penyusutan, terdapat 2 metode sesuai ketentuan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008, yaitu:
➢ Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta

tersebut (metode garis lurus atau straight-line method); atau

➢ Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas

nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method).

Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus

sedangkan harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus

atau metode saldo menurun. Dalam hal wajib pajak memilih menggunakan metode saldo

menurun, nilai sisa buku pada akhir masa harus disusutkan sekaligus. Sesuai dengan

pembukuan wajib pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis dapat

disusutkan dalam satu golongan.

4. Sebutkan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menentukan besaran penghasilan
kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
Jawab:
➢ Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
➢ Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
➢ Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan syarat tertentu;
➢ Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
➢ Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
➢ Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
➢ Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan;
➢ Pajak Penghasilan;
➢ Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
➢ Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
➢ Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

5. Jelaskan pengertian “penghasilan” dalam UU Pajak penghasilan dengan menjelaskan


empat elemen kunci dalam pengertian tersebut dan aplikasinya sistem perpajakan!
Jawab:
Penghasilan menurut Undang-undang pajak penghasilan memiliki arti yang luas, yaitu
bahwasanya pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Elemen yang digunakan dalam penghitungan pajak penghasilan bagi pekerjayang
berstatus sebagai pegawai berdasarkan norma penghitungan pajak penghasilan.
Penghasilan Kotor (BRUTO) adalah jenis penghasilan yang dikenakan pemotongan pajak
sebagaimana diatur sesuai PPh pasal 21 dan PPh pasal 26, dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
➢ Penghasilan Rutin (Berkala), yaitu penghasilan yang diterima pegawai secarateratur
setiap bulan berupa: gaji, tunjangan-tunjangan, lembur, uang makan,uang transpor
dan sejenisnya
➢ Penghasilan Tidak Rutin (Tahunan), yaitu penghasilan yang diterima pegawaidalam
waktu tidak tentu dan umunya sekali atau lebih dalam setahun, berupa :tunjangan hari
raya (THR), bonus, tantiem, insentif tahunan dan sejenisnya
➢ Penerimaan Natura, yaitu jenis penghasilan lain yang diterima pegawai dalambentuk
fisik benda/barang, berupa: pemberian sembako, bantuan lauk-pauk, nutrisi tambahan,
fasilitas catering dan sejenisnya. Dalam penghitungan pajakpenghasilan, penerimaan
natura harus di konversikan dalam satuannilai/harga tertentu
➢ Premi Asuransi, yaitu premi asuransi atas nama pegawai yang dibayarkanoleh
pemberi kerja kepada instansi terikait, berupa: premi Jamsostek, premiAKDHK,
premi asuransi kesehatan dan sejenisnya.

6. Jelaskan bagaimana perlakuan pajak atas iuran pensiun dan asuransi dari sisi individu,
perusahaan asuransi / dana pernsiun dan perusahaan yang memberikan tunjangan pensiun
atau asuransi atas karyawannya atau perusahaan yang membayar asuransi atas risiko
kerugian perusahaan?
Jawab:
➢ Dari individu: iuran pensiun boleh menjadi pengurang tetapi iuran asuransi tidak
boleh.
➢ Perusahaan asuransi: waktu menerima asuransi menjadi penghasilan, saat di claim
menjadi beban.
➢ Perusahaan dana pensiun: waktu menerima bukan penghasilan.
➢ Perusahaan yang memberi tunjangan pensiun: tidak boleh karena nondeductible dan
nontaxable income, kalua asuransi deductible.

7. Jelaskan pengertian pajak final dan pajak tidak final beserta contohnya. Berikan
pandangan kritis Saudara terkait dengan pajak final baik dari sisi fiskus maupun dari sisi
wajib pajak!
Jawab:
Pajak final atau PPh final merupakan pajak yang dikenakan secara langsung saat WP
memperoleh atau menerima penghasilan. Pajak tersebut dikenakan dengan tarif dan dasar
pengenaan tertentu atas penghasilan yang diterima selama tahun berjalan. Penghasilan
yang dikenakan PPh final tidak diperhitungkan kembali dalam pelaporan SPT Tahunan
untuk dikenakan tarif umum (Pasal 17 UU PPh) bersama penghasilan lainnya. Hanya
dicantumkan dalam daftar objek PPh final.

Pajak Tidak Final atau PPh tidak final merupakan pajak yang dikenakan atas suatu
penghasilan dan diperhitungkan kembali dengan penghasilan lainnya untuk dikenakan
tarif umum dalam pelaporan SPT Tahunan.

Menurut saya, PPh Final termasuk pemungutan pajak yang kurang adil karena tidak
melihat tentang kesanggupan wajib pajak dalam membayar pajak, sementara PPh
termasuk pajak subjektif. PPh Final juga dapat menimbulkan benih ketidakjujuran dari
wajib pajak itu sendiri, misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 (PP-46)
yang menetapkan tarif tetap sebesar 1% atas penghasilan dari usaha dengan omzet
dibawah 4,8 miliar per tahun. Penetapan PP-46 tentunya memberi sebuah lampu kepada
masyarakat terutama yang memiliki usaha untuk menyembunyikan atau tidak
memberitahu kepastian omzet dan berusaha membuat sedemikian mungkin agar bisa
dikenai pajak 1% saja.

Dari sisi Fiskus, PPh Final justru memberatkan karena banyak wajib pajak yang
kemungkinan menyimpang dari kewajiban pajaknya.

Dari sisi wajib pajak, Pengenaan PPh Final akan mengakibatkan Wajib Pajak kehilangan
beberapa hak perpajakan yang diberikan oleh UU PPh. Misalnya Wajib Pajak Orang
Pribadi kehilangan hak untuk mengurangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Dengan menjadikan penghasilan bruto sebagai dasar pengenaan PPh Final, maka tanpa
melihat besar kecilnya penghasilan neto, bahkan dalam kondisi penghasilan neto minus
atau rugi, Wajib Pajak tetap harus membayar pajak. Kondisi ini tentu tidak adil.
Contohnya, bagi perusahaan-perusahaan yang penghasilannya terkena PPh Final dan
terdampak Covid-19 berakibat berpotensi mengalami kerugian secara neto dalam tahun
2020, perusahaan-perusahaan tersebut tetap wajib membayar PPh yang dikenakan atas
setiap penjualan atau penghasilan bruto.
8. Pak Heri memiliki usaha sendiri. Pendapatan dari usahanya terdiri dari penghasilan yang
dikenakan pajak final, penghasilan yang dikenakan pajak tidak final dan bukan obyek
penghasilan. Jelaskan bagaimana Pak Heri menghitung penghasilan kena pajak atas
usahanya tersebut?
Jawab:
Memisahkan pendapatan yang sudah terkena pajak final dan yang bukan
merupakan objek dari SPT yang akan dilaporkan karena yang dimasukan kedalam
SPT yang harus dilaporkan adalah penghasilan yang belum dikenakan pajak final

9. Jelaskan bagaimana pemajakan atas usaha kecil dengan omset kurang dari Rp
4.800.000.000 per tahun. Jelaskan keuntungan dan kerugian kebijakan pepajakan ini
dilihat dari sudut pandang fiskus dan wajib pajak?
Jawab:
➢ Keuntungan:
• Bagi wajib pajak, mempermudah dalam pemenuhan kewajiban perpajakan,
tidak perlu menghitung perincian pendapatan dan biaya
• Bagi fiskus, meningkatkan kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban
perpajakan dengan biaya pemungutan yang lebih sedikit dibanding dengan
menggunakan PPh biasa
➢ Kerugian:
• Bagi wajib pajak, menjadi tidak adil dengan wajib pajak lain yang membayar
dengan PPh biasa, namun manfaat yang diterima sama
• Bagi fiskus, Ketika peredaran bruto di tahun sebelumnya <4,8 M. Yang
menjadi patokan adalah peredaran bruto di tahun sebelumnya, sehingga Ketika
di tahun tersebut sebenarnya omzet/peredaran bruto sudah melebihi 4,8 M, ada
kemungkinan pendapatan pemerintah menjadi lebih kecil.

10. Sebuah BUT menyelenggarakan jasa konsultasi manajemen di Indonesia. Pada tahun
2016 ada dua perusahaan di Indonesia menantangani kontrak konsultasi manajemen
langsung dengan kantor pusat BUT tersebut di USA. Setiap tahun kantor pusat juga
membebankan biaya ke semua perwakilannya. Jelaskan bagaimana BUT tersebut
menghitung kewajiban pajak atas penghasilannya? Bagaimana dengan pemajakan atas
laba setelah pajak yang diperoleh BUT ketika ditransfer ke pemilik BUT di luar negeri?
Jawab:
Apabila diasumsikan biaya yang dibebankan untuk menunjang kegiatan perusahaan. Bila
BUT Indonesia mempunyai hubungan efektif, maka hal tersebut masuk jadi penghasilan
dengan objek pajak bentuk usaha tetap.

Anda mungkin juga menyukai