Anda di halaman 1dari 8

“KONSEP PAJAK PENGHASILAN”

Dosen Pengampu : Ana Pratiwi, SE., MSA.

Penjelasan ini di susun sebagai tugas matakuliah Perpajakan

Disusun Oleh :

Kelompok 4 :

1. Hikmah Indah Sulistyowati (212105020041)


2. Lisa Wati (212105020044)
3. Idamul Fikri Aditama (212105020051)

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHAMD SIDDIG JEMBER

2023
A. Definisi Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pungutan wajib yang dikenakan pada individu maupun
sebuah perusahaan berdasarkan jumlah pendapatan yang diterima dalam kurun waktu
satu tahun.

B. Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No.7/1983


tentang Pajak Penghasilan
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan.
Selain itu, pengaturan terbaru tentang pajak penghasilan juga dalam UU Cipta
Kerja No. 11 Tahun 2020 dan melalui UU HPP Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang mendefinisikan bahwa pajak yang
dikenakan pada sebuah penghasilan yang berasal dari wajib pajak (pribadi dan/atau
badan).

C. Kategori Pajak Penghasilan


Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni:
 PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai
serta bukan pegawai maupun pengusaha
 PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan,
hingga objek yang dikenakan PPh itu sendiri
D. Objek Pajak
a. Penghasilan sebagai Objek Pajak
Objek PPh dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan dirincikan sebagai berikut:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang industri, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya
 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apa pun
 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk industri, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
 Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
17. Penghasilan dari usaha berbasis industri
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
19. Surplus Bank Indonesia.

b. Penghasilan yang Dikenakan PPh Final


1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi industri yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

E. Subjek Pajak Penghasilan


Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggungjawab atas pajak
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak maupun bagian tahun
pajak. Selain itu, subjek pajak penghasilan artinya orang yang harus membayar pajak
penghasilan dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).Status sebagai WP ini
ditetapkan dengan cara yang bersangkutan mendaftarkan diri terlebih dahulu ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Pendaftaran diri sebagai WP dilakukan di KPP tersebut harus sesuai
dengan wilayah domisili yang bersangutan.
Merujuk pada UU PPh, subjek pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa
jenis, di antaranya:
a. Subjek PPH orang pribadi
Wajib Pajak Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang
mencakup orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
maupun di luar Indonesia. Subjek PPh OP Dalam Negeri ini berlaku bagi
yang telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
b. Subjek PPh OP Luar Negeri
Subjek PPh OP Luar Negeri ini berlaku bagi yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia maupun melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia
c. Subjek PPh OP Warisan Belum Terbagi
Masih merujuk pada UU PPh No. 36/2008, yang dimaksud warisan belum
terbagi sebagai subjek pajak PPh di sini agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal warisan tersebut tetap dilaksanakan.
“Artinya, warisan yang ditinggalkan oleh subjek pajak dalam negeri ini
mengikuti status pewaris.Ketika warisan yang ditinggalkan oleh pewaris
tersebiut belum dibagikan kepada ahli waris, bisa saja memberikan
penghasilan meski pewaris tersebut telah meninggal.”
Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakaannya, warisan
tersebut menggantikan kewajiban ahki waris yang berhaak. Jika warisan itu telah
dibagi, maka kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris. Sedangkan
warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai subjek
pajak luiar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, maka tidak dianggap sebagai pajak
pengganti.
d. Subjek PPH Badan
Badan adalah subjek pajak yang merupakan orang dan/atau modal sebagai
satu kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha.
Badan bisa berupa Perseroan Terbatas (PT), perseroan komanditer (CV),
perseroan lainnya, firma, kongsi, koperasi, dan lainnya.

Subjek PPh Badan adalah sebagai subjek pajak penghasilan ini terdiri dari:

 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.


 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
e. Subjek PPh Badan Usaha Tetap (BUT)
Subjek PPh Bentuk Usaha Tetap adalah subjek pajak penghasilan yang
perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak padan badan
dalam negeri. BUT ini merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh
subjek pajak luar negeri, baik orang pribadi maupun badan, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
BUT wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan
NPWP. Kemudian menyampaikan SPT sebagai sarana pelaporan besarnya
pajak terutang dalam satu tahun pajak. Selain itu, pengenaan pajaknya
dilaksanakan atas penghasilan kena pajak dengan menggunakan tarif pajak
BUT umum sebesat 25% seperti yang berlaku pada subjek pajak badan
dalam negeri.

F. Fungsi Pajak Penghasilan


Pajak adalah penghasilan negara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
pembangunan. Terdapat 4 fungsi pajak antara lain :
1. Fungsi regulasi
Pajak adalah program pemerintah yang dapat mengelola kebijakan negara pada
bidang sosial dan ekonomi.
Fungsi regulasi terdiri dari :
 Memperlambat laju inflasi dalam negeri
 Mendukung aktivitas ekspor
 Perlindungan pada barang yang diproduksi dalam negeri
 Menciptakan iklim yang ramah dengan investasi, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi dalam negeri.
2. Fungsi anggaran
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pajak adalah pendapatan negara,
sehingga pajak dapat menyeimbangkan neraca keuangan Indonesia.
3. Fungsi distribusi/pemerataan
Pajak adalah program yang dapat digunakan untuk menyeimbangakan pembagian
pendapatan dalam masyraakat dan kesejahteraan mereka.
4. Fungsi stabilisasi
Pajak penghasilan adalah pemasukan negara yang juga dapat menjadi stabilisator
kondisi ekonomi Indonesia. Contohnya, agar dapat menanggulangi inflasi,
pemerintah Indonesia dapat menerapkan pajak yang tinggi kepada masyarakat,
sehingga jumlah yang beredar bisa berkurang.

Fungsi-fungsi tersebut dilihat dari sudut pandang ekonomi makro. Setiap


pemasukan pajak sangat berarti untuk meneruskan pembangunan Indonesia.
Lembaga pengatur yang menjalankan fungsi-fungsi tersebut adalah DJP atau
Direktorat Jenderal Pajak yang bekerja di bawah Kementerian Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya, 2022. Panduan Pajak Penghasilan, Jenis, Subjek, Objek tarif: Mekariklikpajak

Kholifah, Siti. 2022. Pajak Penghasilan adalah: Pengertian, Jenis hingga Objek: Universitas STEKOM

Redaksi, 2023. Pajak Penghasilan Pengertian, Fungsi dan cara menghitungnya: OCBC NISP

Anda mungkin juga menyukai