Anda di halaman 1dari 121

Laboratorium Akuntansi Lanjut B

Universitas Gunadarma

1
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN


NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan terakhir atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983tentang pajak penghasilan yang mengatur mengenai Pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan. Undang-Undang ini
mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak.
Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-Undang
disebut Wajib Pajak, yang dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama
satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak
apabila pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Pasal 1).

B. 4 KELOMPOK PENGHASILAN
1. Penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
3. Penghasilan dari modal, jasa dan sewa atau penggunaan harta.
4. Penghasilan lain-lain.

C. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN (Pasal 2)


Subjek Pajak Penghasilan dibedakan menjadi Wajib Pajak Dalam Negeri (orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari atau sama dengan 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan) dan Wajib Pajak Luar Negri (orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang meliputi:
 Orang Pribadi,
 Warisan Yang Belum Terbagi,
 Badan, dan
 Bentuk Usaha Tetap.

2
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

D. TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK PENGHASILAN (Pasal 3)


1. kantor perwakilan negara asing.
2. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan
di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota.
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

E. PENGHASILAN YG TERMASUK OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Pasal 4ayat1)


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

3
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
s. Surplus Bank Indonesia.

F. PENGHASILAN YANG DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL (Pasal 4 ayat 2)


1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian.
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

4
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

G. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK PENGHASILAN


(Pasal 4 ayat 3)
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan harta hibahan.
2. Warisan yang sudah terbagi.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed
profit).
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib
Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah,
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang
disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
10. Penghasilan yang diterima atau diperolehperusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat tertentu.

5
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

H. PENGHASILAN KENA PAJAK / PKP (pasal 6)


Bagi Wajib Pajak Dalam Negri (WPDN) pada dasarnya terdapat 2 cara untuk menentukan
besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu:
1. Cara Biasa (Cara Pembukuan) yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya
yang diperkenankan, antara lain:
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
b. Biaya penyusutan dan amortisasi.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing.
f. Natura didaerah tertentu.
g. Biaya lain, seperti biaya perjalanan, biaya administrasi, biaya litbang yang
dilakukan di indonesia, biaya magang, dan biaya pelatihan.
2. Dengan Norma Penghasilan Neto
Besarnya persentase norma ditentukan bedasarkan keputusan dirjen pajak, norma
perhitungan penghasilan neto boleh digunakan wajib pajak yang peredaran usaha
brutonya kurang dari Rp4.800.000.000 setahun dengan syarat memberitahukan kepada
Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan (pasal 14).

6
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

I. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurang penghasilan neto, yang
hanya diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) sebagai WPDN. Sesuai dengan
pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Menteri Keuangan
diberikan wewenang untuk menetapkan penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
Batasan PTKP ini berlaku mulai pada tanggal 27 Juni 2016 melalui Peraturan
Menteri Keuangan RI Nomor : 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak mengantikan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
122/PMK.010/2015.

No Jenis Penghasilan Tidak Kena Pajak Setahun Sebulan


1 Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 54.000.000 Rp 4.500.000
2 Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin Rp 4.500.000 Rp 375.000
3 istri yang penghasilannya digabung dengan Rp 54.000.000 Rp 4.500.000
penghasilan suami
4 tambahan anggota keluarga sedarah, semenda Rp 4.500.000 Rp 375.000
dalam garis keturunan lurus (vertikal), serta
anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, maksimal 3 orang

Catatan :
1. Dalam hal Karyawati kawin (bekerja pada suatu pemberi kerja), PTKP yang
dikurangkan hanya untuk dirinya sendiri. (asumsi: suami memiliki penghasilan).
2. Dalam hal tidak kawin pengurang PTKP selain untuk dirinya ditambah dengan PTKP
yang menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu untuk setiap anggota sedarah, semenda
dalam garis keturunan lurus (vertikal) serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang yang masing-masing besarnya Rp 4.500.000 setahun
atau Rp 375.000 sebulan.

7
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

3. Bagi Karyawati kawin yang menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah deaerah
setempat (serendah-rendahnya dari kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau
memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sebesar Rp 4.500.000 setahun
atau Rp 375.000 sebulan, dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungannya, paling banyak 3 orang masing-masing Rp 4.500.000 setahun atau Rp
375.000 sebulan.
4. Perhitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awal tahun
pajak atau pada awal bagian tahun pajak.

Contoh :
1. Jika Adit adalah seorang karyawan yang sudah menikah dengan memiliki 4 orang anak, 1
anaknya sudah bekerja sedangkan 3 lainnya belum bekerja, besarnya PTKP setahun untuk
tahun 2018 adalah sbb :
(K/3) Adit status Kawin dengan tanggungan
PTKP :
Wajib Pajak Sendiri Rp 54.000.000
Status Kawin Rp 4.500.000
Tanggungan 3 orang Rp 13.500.000 +
Rp 72.000.000

2. Jika Rista adalah seorang manajer yang belum menikah dan tinggal bersama Ibunya dan 2
adiknya, besarnya PTKP setahun untuk tahun 2018 adalah sbb :
(TK/1) Rista status Tidak Kawin dengan 1 tanggungan
PTKP :
Wajib Pajak Sendiri Rp 54.000.000
Tanggungan 1 orang Rp 4.500.000 +
Rp 58.500.000

3. Jika Dean adalah seorang manajer yang sudah menikah dengan memiliki 3 orang anak
kandung yang sudah bekerja dan 1 orang anak angkat yang berumur 14 tahun, sedangkan
istrinya bekerja dan penghasilannya digabung. Maka besarnya PTKP setahun untuk tahun
2018 adalah sbb :

8
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

(K/I/1) Yudhi status Kawin penghasilan istri digabung dengan 2 tanggungan


PTKP :
Wajib Pajak Sendiri Rp 54.000.000
Status Kawin Rp 4.500.000
Istri Rp 54.000.000
Tanggungan 1 orang Rp 4.500.000 +
Rp 117.000.000

Catatan :
Pada tanggal 1 Januari 2018 Bapak Andri berstatus kawin dengan tanggungan 1 orang
anak, apabila anak yang kedua lahir tanggal 2 Januari 2017 maka besarnya PTKP yang
diberikan kepada Bapak Andri untuk tahun pajak 2018 tetap dihitung berdasarkan status
kawin dengan 1 orang anak.

J. TARIF PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN


Tarif Progresif
Tarif pajak yang prosentasenya semakin besar apabila penghasilannya juga semakin besar.
Dengan pengenaan sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (pasal 17 ayat 1) yaitu
dengan lapisan-lapisan pengenaan pajak penghasilan sebagai berikut :
a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
Lapisan penghasilan Kena Pajak Tarif Batasan
Sampai dengan Rp 50.000.000 5% Rp 50.000.000
Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15 % Rp 200.000.000
Diatas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25 % Rp 250.000.000
Diatas Rp 500.000.000 30 % 

b. Untuk Wajib Pajak Badan


 Tarif PPh Pasal 17 ayat 1b UU No.36 Tahun 2008 untuk Wajib Pajak Badan BUT
sebesar 28% da diturunkan ditahun 2010 menjadi 25%.
 Tarif pemungutan pajak untuk Wajib Pajak Badan pasal 31 E UU No.36 Tahun
2008 digolongkan menjadi 3 sesuai dengan peredaran bruto perusahaan, yaitu:

9
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Laba Penghasilan Cara Perhitungan


Lebih dari Rp 50.000.000.000 25% x PKP
(50% x 25%) x PKP dari bagian
peredaran bruto yang memperoleh
Rp 4.800.000.000 s/d Rp 50.000.000.000 fasilitas + 25% x PKP dari bagian
peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas
50% x 25% x PKP
Sampai dengan Rp 4.800.000.000 1% x Omset Penjualan (sesudah 1
Juli 2013)
Cara mencari PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas :
4.800.000.000 x PKP
Penghasilan Bruto

K. PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN


1. Cara Pembukuan (Cara Biasa)
a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (perseorangan)
Peredaran Usaha Rp xxx
Harga Pokok Penjualan Rp xxx -
Penghasilan Bruto Rp xxx
Biaya-biaya yang diperkenankan Rp xxx -
Penghasilan Neto Usaha Rp xxx
Penghasilan lain-lain Rp xxx +
Penghasilan Neto Dalam Negri Rp xxx
Penghasilan Neto Luar Negri Rp xxx +
Penghasilan Neto Rp xxx
Kompensasi kerugian (max 5 Thn) Rp xxx -
Penghasilan Neto setelah Kompensasi Rp xxx
PTKP Rp xxx -
PKP Rp xxx

10
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PPh Terutang = PKP x tarif pasal 17

Contoh :
Bapak Ari (K/1) adalah seorang pengusaha Cokelat di Depok. Menurut pembukuan
penghasilan dari usahanya pada tahun 2018 adalah sebesar Rp 600.000.000 dengan
harga pokok penjualan Rp 135.000.000. Biaya-biaya untuk memproduksi Cokelat antara
lain biaya operasional Rp 25.000.000 dan biaya administrasi Rp 18.000.000. Pada tahun
2018 Bapak Ari juga menerima penghasilan dari usaha jasa Rental Mobil sebesar Rp
20.400.000. Hitunglah berapa besarnya pajak penghasilan yang terutang apabila masih
terdapat kerugian tahun 2016 sebesar Rp 6.800.000?

Perhitungan PPh Terutang :


Peredaran Usaha Rp 600.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 135.000.000 -
Penghasilan Bruto Rp 465.000.000
Biaya-biaya yang diperkenankan
(biaya Opr dan Adm) Rp 43.000.000 -
Penghasilan Neto Usaha Rp 422.000.000
Penghasilan lain-lain Rp 20.400.000 +
Penghasilan Neto Dalam Negri Rp 442.400.000
Penghasilan Neto Luar Negri Rp 0 +
Penghasilan Neto Rp 442.400.000
Kompensasi kerugian (max 5 Thn) Rp 6.800.000 -
Penghasilan Neto setelah Kompensasi Rp 435.600.000
PTKP Rp 63.000.000 -
PKP Rp 372.600.000

Pajak Penghasilan Terutang :


5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 122.600.000 = Rp 30.650.000 +

11
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Rp 63.150.000

b. Untuk Wajib Pajak Badan


Peredaran Usaha Rp xxx
Harga Pokok Penjualan Rp xxx -
Penghasilan Bruto Rp xxx
Biaya yang diperkenankan Rp xxx -
Penghasilan Neto Usaha Rp xxx
Penghasilan lain-lain Rpxxx +
Penghasilan Neto Dalam Negri Rp xxx
Penghasilan Neto Luar Negri Rp xxx +
Penghasilan Neto Rp xxx
Kompensasi Kerugian (max 5 Thn) Rp xxx -
PKP Rp xxx

PPh Terutang = PKP x Tarif Pasal 17

Contoh :
PT. Milik Kita Bersama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi.
Berikut ini adalah data keuangan tahun 2018 :
Penerimaan Bruto Rp 112.000.000.000
Persediaan 1 Januari 2016 Rp 30.600.000.000
Pembelian Rp 15.500.000.000
Persediaan 31 Januari 2016 Rp 9.600.000.000
Biaya Adm dan Opr Rp 346.000.000
Penghasilan lain-lain Rp 8.600.000.000
Kerugian Tahun 2015 Rp 495.000.000
Hitunglah besarnya pajak penghasilan terutang PT. Milik Kita Bersama pada tahun
2018 !

12
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Perhitungan PPh Terutang :


Peredaran Usaha Rp 112.000.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 36.500.000.000 -
Penghasilan Bruto Rp 75.500.000.000
Biaya yang diperkenankan
(Biaya Adm dan Opr) Rp 346.000.000 -
Penghasilan Neto Usaha Rp 75.154.000.000
Penghasilan lain-lain Rp 8.600.000.000 +
Penghasilan Neto Dalam Negri Rp 83.754.000.000
Penghasilan Neto Luar Negri Rp 0+
Penghasilan Neto Rp 83.754.000.000
Kompensasi Kerugian (max 5 Thn) Rp 495.000.000 -
PKP Rp 83.259.000.000

Pajak Penghasilan Terutang :


25% x Rp 83.259.000.000 = Rp 20.814.750.000

2. Cara Norma Penghitungan Penghasilan Netto


Contoh :
Adel (TK/2) selain membuka Restoran di Bandung juga mempunyai usaha lain yaitu
usaha Salon. Adel mempunyai penghasilan bruto sebersar Rp 555.000.000 terdiri dari
laba dari Restoran dan laba dari usaha Salon. Berapakah pajak penghasilan terutang
bedasarkan norma perhitungan jika diketahui prosentase norma untuk restoran 20% dan
usaha butik baju 32%.Dan suaminya sudah tidak bekerta atau sudah tidak memperoleh
penghasilan ?

Perhitungan dengan norma perhitungan penghasilan neto :


Penghasilan neto :
 Restoran : 20% x Rp 138.750.000 = Rp 27.750.000
 Salon : 32% x Rp 416.250.000 = Rp 133.200.000 +
Jumlah Penghasilan Neto = Rp 160.950.000

13
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PTKP (TK/2) =Rp 63.000.000 -


PKP Rp 97.950.000

Pajak Penghasilan Terutang :


5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 97.950.000 = Rp 14.692.500 +
Rp 17.192.500

14
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

SOAL – SOAL PRAKTIKUM

1. Tn. Dicki menikah dengan Ny. Vicki dan setelah 15 tahun menikah. Mereka mempunyai
2 orang anak yang berusia 10 tahun dan 14 tahun. Tn. Dicki juga tinggal bersama ibunya
yang sudah tidak mempunyai penghasilan. Berapakah besarnya PTKP Tn. Dicki pada tahun
2018 jika istrinya bekerja dengan penghasilannya digabung ?

2. Ny. Salma (TK/3) mempunyai usaha Coffe Shop yang ditahun 2018 menghasilkan
pendapatan sebesar Rp 215.600.000 dengan HPP sebesar Rp 53.400.000. terdapat biaya
operasional dan biaya administrasi selama 2018 masing-masing sebesar Rp 6.400.000 dan
Rp 3.250.000, selain itu usaha Cathering di Jakarta memperoleh penghasilan sebesar Rp
110.000.000. Hitunglah besarnya pajak penghasilan terutang Salma apabila terdapat
kerugian ditahun 2016 sebesar Rp 21.500.000 ?

3. Ny. Nicki berstatus kawin dan mempunyai 5 orang anak. Ia memiliki 2 jenis usaha, usaha
tersebut terdiri dari Usaha Butik Baju dan Usaha Laundry. Pada tahun 2018 Ny. Nicki
memperoleh laba sebesar Rp 298.888.000 dari Butik Baju dan Rp 166.666.000 dari
Laundry. Berapakah besarnya pajak penghasilan terutang tahun 2018 jika prosentase norma
untuk Butik Baju dan Laundry masing-masing sebesar 25% dan 10%, dan suaminya sudah
tidak bekerja atau tidak memperoleh penghasilan ?

4. PT. Bumi Citra Permai adalah perusahaan yang bergerak dibidang Property. Berikut ini
adalah data keuangan PT. Bumi Citra Permai selama tahun 2018 :
Peredaran Usaha Rp 111.111.000.000
HPP Rp 10.000.000.000
Biaya Opr dan Adm Rp 155.000.000
Kerugian Tahun 2015 Rp 250.555.000
Penghasilan lain-lain Rp 4.877.555.000
Hitunglah besarnya pajak penghasilan terutang PT. Bumi Citra Permai pada tahun 2018 !

15
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

5. Arbani memperoleh penghasilan Netto selama tahun 2018 sebesar Rp 222.200.000.


Hitunglah besarnya pajak penghasilan terutang Arbani jika ia tinggal bersama ibunya yang
sudah tidak bekerja, adiknya, istri dan 1 orang anaknya !

6. Ny.Ratih (TK/0) memiliki beberapa usaha, antara lain Caffe dan Villa dengan penghasilan
bruto sebesar Rp 544.444.000 yang terdiri dari laba dari Caffe dan dari Villa miliknya.
Hitunglah besarnya pajak penghasilan terutang tahun 2018 jika prosentase norma untuk
Caffe 25 % dan Villa sebesar 30% !

7. Tn. Farizayn adalah seorang Direktur yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, ia
juga tinggal bersama ibu mertuanya, pada tanggal 29 Januari 2017 istrinya melahirkan
anak ketiganya. Berapakah besarnya PTKP Tn. Farizayn tahun 2018 ?

8. Dini (TK/1) adalah seorang pengusaha Tas yang memiliki penghasilan bruto selama tahun
2018 sebesar Rp 312.240.000. Biaya yang diperkenankan untuk produksi Tas tersebut
adalah Rp 6.7500.000. Pada tahun 2016, Dini masih memiliki sisa kerugian atas usahanya
sebesar Rp 5.554.000. Berapakah besarnya pajak penghasilan terutang Dinda tahun 2018 ?

16
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

A. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL21


Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
wajib pajak orang pribadi,yaitu pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 21 Undang- Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-Undang No. 17 tahun 2000 dan
diubah terakhir denganPER-01/PJ/2016.

B. PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL21


 Pemberi kerja terdiri dari orang pribadi atau badan, baik induk maupuncabang.
 Bendaharawan pemerintah.
 Dana pensiun, BPJS, serta badan-badan lainyang membayar uang pensiun, Tabungan Hari
Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT).
 Yayasan, lembaga, perhimpunan, organisasi dalam segala bidangkegiatan.
 BUMN/BUMD, perusahaan/badan pemberi imbalan kepada wajib pajak luar negeri.

C. DIKECUALIKAN SEBAGAI PEMOTONGPAJAK


 Kantor perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik memberikan perlakuan yang sama
bagi perwakilan Indonesia di Negaratersebut.
 Organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

D. WAJIBPAJAK
 Pegawai, karyawan tetap, komisaris, dan pengurus.
 Pegawailepas.
 Penerima pensiun.
 Penerima honorarium, komisi atau imbalan lainnya, uang saku, beasiswa atauhadiah.
 Penerima upah harian, mingguan, borongan, satuan.
Catatan:
PPh Pasal 21 dipotong atas penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

17
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

(WPDN), yaitu WNI dan WNA yang tinggal di Indonesia > 183 hari. Sedangkan untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (WPLN) dipotong PPh Pasal26.
E. YANG TIDAK TERMASUK WAJIBPAJAK
 Pejabat perwakilan diplomatik atau pejabat Negaraasing.
 Orang-orang yang diperbantukan kepada pejabat tersebut yang bekerja dan bertempat tinggal
bersama mereka.
 Pejabat perwakilan organisasi Internasional dengan keputusan Menteri Keuangan
dengansyarat:
a. Bukan Warga Negara Indonesia(WNI)
b. Tidak menerima/ memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya diIndonesia.
c. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

F. OBJEKPAJAK
1. Penghasilan teratur, terdiri dari:
 Gaji, upah,honorarium.
 Uang pensiunbulanan.
 Premi asuransi bulanan yang dibayarkan oleh pemberi kerja.
 Tunjangan-tunjangan.
 Hadiah, beasiswa.
 Uang lembur, uang sokongan, uangtunggu.
 Penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
2. Penghasilan Tidak Teratur, terdiri dari:
 Bonus, gratifikasi, tantiem.
 Jasaproduksi.
 Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangancuti.
 Premitahunan.
 Penghasilan sejenis lainnya yang bersifat tidak teratur.
3. Penerima upah, terdiri dari:
 Upahharian.
 Upahmingguan.
 Upahsatuan.
 Upahborongan.

18
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

4. Penghasilan yang bersifat final, terdiri dari:


 Tenaga ahli seperti pengacara, akuntan, arsitek, dokter,konsultan.
 Pemain music, MC, penyayi, bintang film.
 Olahragawan.
 Ageniklan.
 Pesertaperlombaan.
 Petugas dinas luarasuransi.
 Petugas penjaja barang dagangan(sales).
 Peserta pendidikan, pelatihan danpemagangan.
 Distributor perusahaan MLM directselling.

G. YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa.
2. Penerimaan dalam bentuknatura dan kenikmatan kecuali, penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan
bentuk apapun yang diberikan oleh Bukan WajibPajak.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan dan penyelenggara taspen dan BPJS yang dibayar oleh pemberi kerja.

H. PENGURANG PENGHASILAN BRUTO


Untuk menentukan berapa besarnya penghasilan neto pegawai tetap maka penghasilan bruto
dikurangi :
1. Biaya Jabatan, yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, dengan jumlah maksimum
yang diperkenankan Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 perbulan.
2. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada badan dana pensiun yang
pendiriannya telahdisahkan menteri keuangan dan badan penyelenggara Tabungan Hari
Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT) yang dipersamakan dengan danapensiun.

19
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Catatan:
 Untuk menentukan besarnya penghasilan netopenerima pensiun, maka penghasilan bruto
berupauang pensiun dikurangi biaya pensiun yang besarnya 5% dari penghasilan bruto
pensiun dengan jumlah maksimum Rp 2.400.000 setahun atau Rp 200.000 perbulan.
 Untuk menentukan besarnya Penghasilan KenaPajak (PKP) dari seorang pegawai, maka
penghasilan netonya terlebih dahulu dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak(PTKP).

CONTOH PERHITUNGAN PEMOTONGAN PPh Pasal 21


A. Pegawai/Karyawan Tetap Yang Memperoleh Gaji/ Upah Bulanan
Contoh Kasus1:
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang memperoleh gaji bulanan
Arash(K/3) adalah seorang pegawai PT Moon Lion. Ia memperoleh gajiperbulan
Rp12.200.000, tunjangantransport Rp500.000, dan tunjangan makanRp300.000. PT Moon
Lion mengikuti program BPJSdimana premi asuransi kecelakaankerja dan premi
asuransikematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing Rp60.000 dan Rp
90.000. Setiap bulan Arashmembayar iuran THT sebesar Rp 50.000, dan iuran pensiun Rp
60.000. Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Arash ditahun
2018 setiap bulannya?

Perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang:


Penghasilan GajiSebulan Rp 12.200.000

Tunjangan Transport Rp 500.000

Tunjangan Makan Rp 300.000

Premi AsuransiKecelakaanKerja Rp 60.000

PremiAsuransi Kematian Rp 90.000+

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 13.150.000

Pengurang:

Biaya Jabatan (5% x Rp13.150.000 )

(maksimal diperkenankan) Rp 500.000


20
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

IuranTHT Rp 50.000

IuranPensiun Rp 60.000+

Jumlah Pengurang Rp 610.000-

Penghasilan Neto Sebulan Rp 12.540.000

Pengasilan NetoSetahun (12 ×Rp12.540.000) Rp 150.480.000

PTKP (K/3)

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan =Rp 13.500.000 +
Rp 72.000.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp 78.480.000

PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 28.480.000 = Rp 4.272.000 +

Rp 6.772.000

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 6.772.000 ÷ 12 = Rp 564.333

Catatan:
 Untuk kasus seorang karyawan Indonesia (WPDN)yang memiliki kewajiban subjektifnya sejak
awaltahun, tetapi baru mulai atau berhentibekerja pada pertengahan tahun atau dalam tahun
berjalan maka perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak perlu disetahunkan, hanya
dikalikan dengan banyaknya bulan bekerja dari karyawan yang bersangkutan.
 Sementarauntuk karyawan asing (WPLN)yang memiliki kewajiban subjektifnya sejak awal
tahun, tetapi baru mulai atau berhenti bekerja pada pertengahan tahun atau dalam tahun
berjalan maka atas penghasilan tersebut harus disetahunkan terlebih dahulu.Untuk lebih
jelasnya lihat contoh soalberikut:

21
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Contoh Kasus 2:
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang mulai/berhenti pada
pertengahan tahun
Bapak Dillan(K/1) bekerja pada PT. Sumber Danapada 1 Agustus 2018. Setiap bulannya PT.Sumber
Danamembayar gaji untuk Bapak Dillansebesar Rp 15.550.000, tunjangan makan Rp 500.000, dan
tunjangan transport Rp 750.000. PT.Sumber Dana membayar premi asuransi kecelakaan kerja sebesar
Rp 70.000, dan premi asuransi kematian Rp 55.000.Setiap bulan Bapak Dillanmembayar iuran THT
sebesar Rp 50.000, dan iuran pensiun Rp 55.000.Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang
atas penghasilan Bapak Dillan setiap bulannya?

Perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang:


Penghasilan GajiSebulan Rp 15.550.000

Tunjangan Transport Rp 750.000

Tunjangan Makan Rp 500.000

Premi AsuransiKecelakaanKerja Rp 70.000

PremiAsuransi Kematian Rp 55.000+

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 16.925.000

Pengurang:

Biaya Jabatan (5% x Rp 16.925.000)

(maksimal diperkenankan) Rp 500.000

IuranTHT Rp 50.000

IuranPensiun Rp 55.000 +

Jumlah Pengurang Rp 605.000-

Penghasilan Neto Sebulan Rp 16.320.000

Pengasilan Neto Setahun(5 ×Rp13.730.000) Rp 81.600.000

PTKP (K/1)

22
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan = Rp 4.500.000 +
Rp 63.000.000 -

Penghasilan KenaPajak Rp 1 8 .600.000

PPh Pasal 21 setahun : 5% × Rp 18.600.000 = Rp 930.000

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 930.000÷ 5 = Rp 186.000

Contoh Kasus 3:
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang menerima gaji bulanan bagi
orang asing yang menjadi WPDN yang mulai/berhenti pada pertengahantahun
Mr. Lee(K/2) adalah wargaNegara Koreayang mulai bekerja di Indonesia tanggal 1 Oktober 2018
pada PT.Hankook Tire Indonesia. Ia mendapatkan penghasilan setiapbulannya berupagaji Rp
13.500.000, tunjangan jabatan Rp 666.000, dan tunjangan keluarga Rp 550.000. Premi asuransi
kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian ditanggung oleh pemberi kerja masing-masing Rp 85.000.
Setiap bulan Mr. Lee membayar iuran THT sebesar Rp 55.000, dan iuran pensiun Rp
65.000.Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Mr. Leeditahun 2018?

Perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang


Penghasilan
:terhutang: Gaji Sebulan Tunjangan Jabatan Rp 13.500.000
Tunjangan Keluarga Rp 550.000
Premi Asuransi Kecelakaan Kerja Premi Rp 450.000
85.000
Asuransi Kematian Rp 85.000+
Penghasilan Bruto Sebulan Rp 14.220.000
Pengurang:
Biaya Jabatan(maksdiperkenankan)
Biaya Jabatan (5% x Rp12.660.000 ) Rp 500.000
IuranTHT Rp 55.000
IuranPensiun Rp 65.000 +

Jumlah Pengurang Rp 620.000-

23
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Penghasilan Neto Sebulan Rp 13.600.000

Pengasilan Neto Setahun (12 ×Rp13.600.000) Rp 163.200.000

PTKP(K/2)

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan = Rp 9.000.000+
Rp 67.500.000-

Penghasilan KenaPajak Rp 95.700.000

PPh Pasal21setahun : 5% × Rp 50.000.000 = Rp2.500.000

15% × Rp 45.700.000 = Rp 6.855.000 +

Rp 9.355.000

PPh Pasal21sebulan : Rp 9.355.000 ÷ 12 =Rp 779.583

24
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Catatan:
Ada beberapa perusahaan yang menanggung PPh Pasal 21 dari penghasilan karyawannya dan ada
yang memberikan tunjangan pajak. Perbedaannya adalah:
 Bila perusahaan memberikan tunjangan pajak,maka tunjangan pajak tersebut merupakan
penghasilan karyawanyang bersangkutan dan harus ditambahkan ke dalam penghasilan
brutonya sebelumdilakukan perhitungan PPh 21 atas penghasilan karyawan tersebut.
 Bila perusahaan menanggung PPh Pasal 21 dari karyawannya maka PPh Pasal 21 yang
ditanggung perusahaan tersebut bukan merupakan penghasilanbagikaryawan yang
bersangkutan sehingga tidak ditambahkan ke dalam penghasilan bruto karyawan tersebut
dengan syarat bahwa PPh Pasal 21 karyawan yang ditanggung perusahaan itu juga tidak
boleh dianggap sebagai biaya bagiperusahaan.

Contoh Kasus 4:
Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan yang memperoleh Gaji Bulanan dan
Tunjangan pajak
Dimasadalah seorang pegawai PT. Gajah Tunggal, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Ia
memperoleh gaji sebesar Rp 9.500.000 dan tunjangan pajak Rp 80.000 per bulan. Dimasmembayar
iuran pensiun setiapbulannya sebesar Rp 75.000. Berapakah PPh Pasal 21 yang ditanggung
Dimassetiap bulannya?

Perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang:


Penghasilan GajiSebulan Rp 9.500.000

Tunjangan Pajak Rp 80.000+

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 9.580.000

Pengurang:

Biaya Jabatan (5% x Rp 9.580.000 )

(maksimal diperkenankan) Rp 479.000

IuranPensiun Rp 75.000 +

Jumlah Pengurang Rp 554.000-

Penghasilan Neto Sebulan Rp 9.026.000


25
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Pengasilan Neto Setahun (12 ×Rp9.026.000) Rp 108.312.000

PTKP(K/2)

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan = Rp 9.000.000+
Rp 67.500.000-

Penghasilan KenaPajak Rp 40.812.000

PPh Pasal 21 setahun : 5% × Rp 40.812.000 = Rp 2.040.600

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 2.040.600 ÷ 12 = Rp 170.050

Selisih pajak terutang dengan tunjangan pajak sebesar Rp 170.050 – Rp80.000 = Rp


90.050ditanggung oleh pegawai tersebut dengan dipotongkandaripenghasilannya perbulan.

Contoh Kasus 5:
Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan yang PPh Pasal 21-nya ditanggung Pemberi
Kerja
Tn. Ardian(K/1) bekerja pada PT. Bahagia Indah dengan penghasilan perbulan berupa gajisebesar
Rp 8.880.000, dan tunjangan makan Rp 450.000, dan pajak ditanggung oleh pemberi kerja. Setiap
bulannya ia membayar iuran THTdan iuran pensiun masing- masing sebesar Rp 60.000 dan Rp
70.000. Berapakah PPh Pasal 21 yang terhutang Tn. Ardian setiapbulannya?

Perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang:


Penghasilan GajiSebulan Rp 8.880.000

Tunjangan Makan Rp 450.000+

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 9.330.000

Pengurang:

Biaya Jabatan (5% x Rp 9.330.000)

26
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

(maksimal diperkenankan) Rp 466.500

IuranTHT Rp 60.000

IuranPensiun Rp 70.000 +

Jumlah Pengurang Rp 596.500-

Penghasilan Neto Sebulan Rp 8.733.500

Pengasilan Neto Setahun (12 ×Rp8.733.500) Rp 104.802.000

PTKP (K/2)

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan = Rp 9.000.000 +
Rp 67.500.000-

Penghasilan KenaPajak Rp 37.302.000

PPh Pasal 21 setahun : 5% × Rp 37.302.000 = Rp 1.865.100

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 1.865.100 ÷ 12 = Rp 155.425

PPh Pasal 21 sebesar Rp 155.425ini bukan merupakan penghasilan bagi pegawai (Tn. Ardian)
sehingga tidak boleh mengurangi penghasilan dari pemberi kerja.

B. Pegawai/Karyawan Tetap Yang Memperoleh Gaji/ UpahBulanan


Perhitungan Pajak penghasilan atas bonus, gratifikasi, THR, dan pemberian lain yang bersifat tidak
tetapdan biasanya diberikan sekali dalam setahundapat dilihatpada contohberikut:

Contoh Kasus 1:
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai yang memperoleh Gaji dan Bonus
Bapak Prayoga(K/3) adalah seorang pegawai tetap PT. Suka Maju. Iamemperoleh gaji setiap bulannya
Rp 5.500.000, serta mendapatkan tunjangan jabatan sebesar Rp 200.000, dan tunjangan keluarga

27
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

sebesar Rp 100.000. Pemberi kerja membayarkan premi asuransi kecelakaan dan premi asuransi
kematian masing-masing sebesarRp110.000 dan Rp 150.000.Bapak Prayogasetiap bulannya harus
membayar iuran pensiun sebesar Rp 70.000 dan iuran THT sebesar Rp 80.000.Pada bulan Juli Bapak
Prayogamendapatkan bonus sebesar Rp 3.000.000.Berapakah besarnya pajak terutang atas gaji dan
bonus yang diterima Bapak Prayoga ?

Perhitungan PPh Pasal 21 yang terhutang:


PenghasilanGaji Sebulan Rp 5.500.000
Tunjangan Jabatan Rp 200.000
Tunjangan Keluarga Rp 100.000
Premi Asuransi Kecelakaan Kerja Rp 110.000
PremiAsuransi Kematian Rp 150.000+

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 6.060.000

Penghasilan Bruto Setahun Rp 72.720.000

Bonus Rp 3.000.000+
Penghasilan Bruto Gaji dan Bonus Rp 75.720.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% x Rp 75.720.000)
(maksimal diperkenankan) Rp 3.786.000
IuranTHT (Rp 80.000 ×12) Rp 960.000
IuranPensiun (Rp 70.000 ×12) Rp 840.000 +
Rp 5.856.000 -
Penghasilan Neto Setahun Rp 69.864.000
PTKP (K/3)

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan = Rp 13.500.000 +
Rp 72.000.000 -

Penghasilan KenaPajak (Rp 2 .136.000)

Dalam hal ini Bapak tidak membayar PPh Pasal 21, baik PPh Pasal 21 atas bonus, gaji,
maupun gaji dan bonus, karena PTKP lebih besar dari penghasilan neto setahun.

28
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Contoh Kasus 2:
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai yang memperoleh Gaji dan Bonus
Bapak Zikri(K/3) adalah seorang pegawai tetap PT. Sumber Rezeki. Ia memperoleh gaji setiap
bulannya Rp 11.110.000, serta mendapatkan tunjangan jabatan sebesar Rp 450.000, dan tunjangan
keluarga sebesar Rp 350.000. Pemberi kerja membayarkan premi asuransi kecelakaan dan premi
asuransi kematian masing-masing sebesar Rp200.000 dan Rp 250.000. Bapak Zikrisetiap bulannya
harus membayar iuran pensiun sebesar Rp 70.000 dan iuran THT sebesar Rp 60.000. Pada bulan Juli,
Bapak Zikrimendapatkan bonus sebesar Rp 8.000.000. Berapakah besarnya pajak terutang atas gaji
dan bonus yang diterima bapak Zikri?

Perhitungan PPh Pasal 21 Gaji danBonus:

Penghasilan GajiSebulan Rp 11.110.000

Tunjangan Jabatan Rp 450.000

Tunjangan Keluarga Rp 350.000

Premi AsuransiKecelakaanKerja Rp 200.000

PremiAsuransi Kematian Rp 250.000+

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 12.360.000

Penghasilan Bruto Setahun Rp 148.320.000

Bonus Rp 8.000.000+

Penghasilan Bruto GajidanBonus Rp156.320.000

Pengurang:

Biaya Jabatan (5% x Rp 156.320.000)

(maksimal diperkenankan) Rp 6. 000.000


IuranTHT(Rp 60.000×12) Rp 720.000
Iuran Pensiun(Rp 70.000×12)Rp 840.000 +
Jumlah Pengurang Rp 7.560.000 -
Penghasilan Neto Setahun Rp 148.760.000

29
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PTKP (K/3)

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan =Rp 13.500.000 +
Rp 72.000.000-
Penghasilan KenaPajak Rp 76.760.000

PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji dan Bonus :


5% × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% × Rp 26.760.000 = Rp 4.014.000 +

Rp 6.514.000

b. Perhitungan PPh Pasal 21 atasGaji:


Penghasilan GajiSebulan Rp 11.110.000

Tunjangan Jabatan Rp 450.000

Tunjangan Keluarga Rp 350.000

Premi AsuransiKecelakaanKerja Rp 200.000

PremiAsuransi Kematian Rp 250.000 +

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 12.360.000

Penghasilan Bruto Setahun Rp 148.320.000

Pengurang:

Biaya Jabatan (5% x Rp 148.320.000)

(maksimal diperkenankan) Rp 6.000.000

IuranTHT (Rp 60.000× 12) Rp 720.000

Iuran Pensiun(Rp 70.000×12) Rp 840.000 +

Jumlah Pengurang Rp 7.560.000-

Penghasilan Neto Setahun Rp 140.760.000

30
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PTKP (K/3)

 WajibPajak = Rp 54.000.000
 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan =Rp 13.500.000+
Rp 72.000.000 -

Penghasilan KenaPajak Rp 68.760.000

PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji :


5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 18.760.000 = Rp 2.814.000 +

= Rp 5.314.000

c. Perhitungan PPh Pasal 21 atasBonus:


PPh pasal 21 atas GajidanBonus = Rp 6.514.000

PPh pasal 21atasGaji =Rp 5.314.000 -

PPh pasal 21atasBonus = Rp 1.200.000

C. Pegawai/Karyawan yang Menerima Gaji / Upah Bulanan dan Pensiun


 Uang pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian
tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab lain sesuai dengan perjanjian yang
telah ditetapkan. Penghasilan ini biasanya berupa uang yangdapat diambil setiap
bulannya atau diambil sekaligus pada saat seseorang memasuki masa pensiun, hal ini
tergantung dari kebijakan yang terdapat dalam suatu perusahaan.
 Uang tebusan pensiun yang dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang
bersifat final. Penghasilan berupa uang tebusan pensiun dianggap dibayarkan sekaligus
dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) tahun kalender.
 Wajibpajakyangmenerimapenghasilandaripensiontetapdikenakanpajakpenghasilanatas
uang pensionyang diterimanya.
 Untuk menentukan PKP, penghasilan bruto hanya dikurangi dengan biaya pensiun sebesar

31
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

5% dari penghasilan bruto dan setinggi-tingginya Rp 200.000 atauRp2.400.000


setahun serta dikurangi dengan PTKP.

Contoh Kasus : 3
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Gaji dan Pensiun dari Badan Dana
Pensiun
Bapak Farhan Prasetya(K/1) adalah karyawan pada perusahaan PT. Havana. Beliau masih memiliki
anak yang masih menjadi tanggungan. Beliau menerima gaji Rp 8.500.000 / bulan. Beliau mendapat
Premi Asuransi Kecelakaan & Tunjangan keluarga masing-masing Rp 80.000 dan Rp85.000. Bapak
Farhanmembayar sendiri iuran BPJS dan iuran pensiun masing-masing Rp35.000 danRp45.000. Pada
tanggal 1 Oktober 2018, beliau pensiun dan menerima iuran pensiun setiap bulannya Rp 6.000.000.
Berapakah:

a. PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji selama tahun2018!


b. PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji dan Pensiun untuk tahun 2018!
c. PPh Pasal 21 yang terutang atas Pensiun selama tahun 2018!
d. PPh Pasal 21 yang terutang atas Pensiun untuk tahunberikutnya!

Jawaban :
a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji 9 bulan (Tahun2018)
Penghasilan gajisebulan Rp8.500.000

PremiAsuransi Kecelakaan Rp 80.000

Tunjangan keluarga Rp 85.000 +

Total PenghasilanBruto Gaji Rp 8.665.000


Pengurang:
Biaya Jabatan (5% xRp8.665.000)Rp 433.250

IuranBPJS Rp 35.000

IuranPensiun Rp 45.000 +

Rp 523.250–

Penghasilan NetoGajiSebulan Rp 8.141.750

32
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Penghasilan Neto Gaji 9 Bulan (Rp 8.141.750 x 9 bulan) Rp73.275.750

PTKP(K/1)

 Wajib Pajak = Rp 54.000.000


 StatusKawin = Rp 4.500.000
 Tanggungan 1 = Rp 4.500.000+
Rp 63.000.000 -

Penghasilan KenaPajak Rp 10.275.750

PPh Pasal 21 atas Gaji 9 bulan:


5% x Rp. 10.275.750 = Rp 513.787

b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji 9 Bulan dan Pensiun 3 Bulan


Penghasilan Pensiun Sebulan Rp6.000.000

Pengurang:

Biaya Pensiun (5% xRp. 6.000.000) Rp200.000-

Pengahasilan netto pensiun sebulan Rp5.800.000

Penghasilan netto pensiun 3 bulan (Rp. 5.800.000 x3bulan) Rp17.400.000

Pengahasilan netto gaji9bulan Rp 73.275.750+

Pengahasilan netto gaji&pensiun Rp90.675.750

PTKP(K/1) Rp63.000.000-

Penghasilan KenaPajak Rp27.675.750

PPh Pasal 21 atas Gaji & Pensiun:


5% xRp 27.675.750 =Rp1.383.787

c. Perhitungan PPh Pasal 21 ataspensiun


PPh Pasal 21 atas Gaji dan Pensiun = Rp1.383.787

33
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PPh Pasal 21atasGaji = Rp513.787-

PPh Pasal 21atasPensiun = Rp870.000

d. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Pensiun Bulanan mulai


Januari2018
Penghasilan Pensiun Sebulan Rp6.000.000

Pengurang:

Biaya Pensiun(5%xRp 6.000.000) Rp200.000 -

Pengahasilan netto pensiun sebulan Rp5.800.000

Pengahasilan netto pensiun setahun(Rp5.800.000x 12) Rp69.600.000

PTKP(K/1) Rp 63.000.000-

Penghasilan KenaPajak Rp 6.600.000

PPh Pasal 21 terutang selama setahun: 5% x Rp 6.600.000 = Rp 330.000

PPh Pasal 21 terutang selama sebulan: Rp 330.000 : 12 = Rp 27.500

I. PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN TENAGA AHLI


Pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan yang sehubungan dengan
pekerjaantenaga ahli atau persekutuan tenaga ahli. Tenaga Ahli tersebut antara lain:

• Pengacara • Akuntan • Konsultan • Penilai


• Aktuaris • Notaris • Dokter • Arsitek
• Tenaga Ahli lain pemberi jasa profesi
Besarnya PPh Pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada tenaga ahli Sebagai imbalan
atas jasa yang dilakukan di Indonesia,dihitung dengan cara menerapkan tarif Pasal 17 atas
jumlah kumulatif* sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang
dibayarkan atau terutang dalam 1 (satu) tahunkalender.

(50% x Penghasilan Bruto) x tarif pasal 17)

34
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Secara ringkas rumus yang digunakan:

*)jumlah kumulatif : dalam lapisan tarif terendah telah digunakan penuh,


makapemotongan akan menggunakan lapisan tarif berikutnya.Sebagai imbalan atas jasayang
dilakukan di Indonesia, diterapkan tarif pasal 17 dari perkiraan penghasilan neto dari masing –
masing tenaga ahli dengan menggunakan norma perhitungan sebesar 50% untuk semua jenis
pekerjaan tenaga ahli.

Contoh Kasus :
1. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh bukan
pegawai yang menerima penghasilan yang bersifat TIDAKberkesinambungan
Dionmelakukan jasa perbaikan komputer kepada PT. Galaxydengan fee sebesar Rp
9.880.000. Berikut adalah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang:

(50% x Rp 9.880.000) x 5 % = Rp. 247.000

*Jika Diontidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang menjadi sebesar:

120% x 5% x (50% xRp 9.880.000) = Rp 296.400

2. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh bukan
pegawai yang menerima penghasilan yang bersifatberkesinambungan
Kevinmerupakan seorang Dokter,setiap bulannya ia menerima penghasilan dari
jasanyasebagai Dokter. Berikut adalah penghasilan yang diterima oleh Kevinselama bulan
Januari - Juli 2018 :

Bulan Pembayaran Atas Jasa Dokter (Rp)


Januari 45.000.000,00
Februari 32.000.000,00
Maret 50.000.000,00

35
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

April 60.000.000,00
Mei 40.000.000,00
Juni 36.000.000,00
Juli 42.000.000,00
Jumlah 305.000.000,00

36
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Juli 2017:
Dasar Tarif Pasal
Dasar
Pemotongan
Bulan Penghasilan Pemotongan 17 (ayat 1) PPh Terutang
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
Bruto (Rp) Kumulatif UU PPh (Rp)
(Rp)
(Rp)
(1) (2) (3)=50% X (2) (4) (5) (6)=(3) X (5)
Januari 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 1.125.000
Februari 32.000.000 16.000.000 38.500.000 5% 800.000
23.000.000 11.500.000 50.000.000 5% 575.000
Maret ----------- ------------ ------- ----------
27.000.000 13.500.000 63.500.000 15% 2.025.000
April 60.000.000 30.000.000 93.500.000 15% 4.500.000
Mei 40.000.000 20.000.000 113.500.000 15% 3.000.000
Juni 36.000.000 18.000.000 131.000.000 15% 2.700.000
Juli 42.000.000 21.000.000 152.000.000 15% 3.150.000
Jumlah 305.000.000 152.500.000 17.875.000

J. PERHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG


TEBUSAN PENSIUN DAN UANGPESANGON
 Peraturan mengenai uang tebusan pensiun dan uang pesangon ini diatur pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor68 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor16/PMK.03/2010.
 Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola
Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai,dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian hak.
 Pegawai / karyawan yang berhenti pada saatnya atau yang disebut dengan pensiun atau
berhenti dengan hormat yang diberikan uang tebusan pensiun / pesangon yang dibayarkan
sekaligus sebagai pengganti gaji atau upah yang diterima dimasa – masa berikutnya.
 Perhitungan atas penghasilan berupauang pesangon,uang tebusan pensiun yang dibayarkan
oleh dana pensiun yang disahkan oleh Kementrian Keuangan dan Tunjangan Hari Tua
dipotong pajak penghasilan yang bersifat FINAL dengan ketentuan sebagai berikut:

37
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Tarif Uang Pesangon


Penghasilan Bruto Tarif
Sampai dengan Rp 50.000.000 0%
Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000 5%
Di atas Rp 100.000.000 s/d Rp 500.000.000 15%
Di atas Rp 500.000.000 25%

Tarif Uang Tebusan Pensiun


Penghasilan Bruto Tarif
Sampai dengan Rp 50.000.000 0%
Diatas Rp50.000.000 5%

Contoh Kasus :
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Pesangon / Tebusan Pensiun
1. Ny. Berlian merupakan Karyawan suatu perusahaan yaitu PT. Rezeki Miliyaransetelah bekerja
selama 25tahun. Ia berhentibekerja pada bulan Juni dan mendapatkan uang pesangon Rp
210.000.000. hitunglah berapa besar pajak yang dipotong atas pesangon tersebut!
Jawaban :
PPh Pasal 21 Terutang :
0% × Rp 50.000.000 = Rp 0

5% × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% × Rp 160.000.000 =Rp 24.000.000+

Rp 26.500.000

2. Tn. Panjibekerja pada sebuahPerusahaan Krakatau steeldi Provinsi Bantensebagai Manajer. Ia


sudah bekerja selama 30tahun. Pada Maret 2018Tn. Panjipensiun dari pekerjaannya dan
mendapatkan uang tebusan pensiun sebesar Rp 850.000.000. hitunglah berapa besarnya pajak
yang dipotong atas uang manfaat pensiun tersebut.
Jawaban :
PPh Pasal 21 terutang :

38
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

0%× Rp 50.000.000= 0

5%× Rp 800.000.000 =Rp 40.000.000+

Rp 40.000.000

39
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Catatan :
Apabila uang pesangon dibayarkan dalam 2 tahap, yang dibayarkan pertama adalah uang muka dan
kedua dibayarkan setelah karyawan sudah benar-benar tidakbekerja lagi. Oleh karena itu perhitungan
PPh 21 atas uang pesangon adalah dengan cara mengenakan Tarif final sesuai dengan Pasal 2 ayat
(1) Keputusan Menteri Keuangan diatas. Setelah dikurangi jumlah yang dikecualikan dari pemotongan
pajak sebesar Rp 50.000.000. Sedangkan atas pembayaran tahap dua atau sisanya dikenakan PPh
Final langsungtanpa mengulangi pengurangan yang dikecualikan yaitu sebesar Rp 50.000.000 dengan
Tarif yang merupakan kelanjutan dari perhitungan PPh Final tahap pertama sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan.

40
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

SOAL – SOAL PRAKTIKUM

1. Arash adalah seorang pegawai tetap pada PT Maju Sejahtera, berstatus menikah dan
memiliki 5 orang anak. Setiap bulannya ia memperoleh gaji Rp 12.222.000, tunjangan
makan dan tunjangan transport sebesar Rp 250.000 dan Rp 300.000. Setiap bulannya
Arash harus membayar iuran pensiun dan iuran THT masing-masing sebesar 5% dari
gaji pokoknya. Hitunglah PPh pasal 21 yang terhutang atas penghasilan yang diterima
Arash!

2. Ny. Anggi (TK/0) bekerja pada PT Zigzag pada bulan September 2018. PT Zigzag setiap
bulannya membayar gaji untuk Ny. Anggi sebesar Rp 10.000.000, tunjangan transport
dan tunjangan makan masing-masing Rp 200.000 dan Rp 350.000. Premi asuransi
kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian dibayar oleh pemberi kerja masing-
masing Rp 150.000 dan Rp 210.000. Setiap bulan Ny. Anggi membayar iuran THT Rp
100.000 dan iuran pensiun Rp 150.000. Berapakah besarnya PPh pasal 21 yang terutang
atas penghasilan Ny. Anggi ?

3. Mr Albert seorang warga negara Perancis, ia baru mulai bekerja di PT Vivendi sejak 1
Juni 2018. Ia menerima gaji sebulan Rp 17.880.000, tunjangan transport Rp 200.000 dan
tunjangan makan Rp 180.000. Perusahaan menanggung premi asuransi kematian dan
premi asuransi kecelakaan sebesar Rp 100.000 dan Rp 120.000. Sementara itu Mr Albert
membayar iuran THT sebesar Rp 50.000 dan iuran pensiun Rp 30.000 setiap bulannya.
Mr Albert berstatus menikah dan memiliki 1 orang anak. Hitung besarnya PPh 21 yang
harus dibayar oleh Mr Albert untuk tahun 2018 ?

4. Bapak Fandy (K/3) bekerja pada PT Maju Terus, ia mendapatkan gaji sebulan Rp
10.200.000. Perusahaan juga memberikan tunjangan makan dan tunjangan transport
masing-masing sebesar Rp 300.000 dan Rp 200.000. Bapak Fandy juga menerima
asuransi kecelakaan sebesar Rp 30.000 dan premi asuransi kematian sebesar Rp 35.000.
Setiap bulannya bapak Fandy harus membayar iuran JHT sebesar Rp 55.000 dan iuran

41
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

pensiun Rp 50.000. Pada tanggal 1 Agustus 2017, Bapak Fandy mendapatkan bonus dari
perusahaan sebesar Rp 7.000.000. Hitunglah :
a. PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji dan Bonus tahun2018
b. PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji tahun2018
c. PPh Pasal 21 yang terutang atas Bonus tahun 2018

5. Ibu Cinta adalah seorang pegawai PT. Intan Permai yang mempunyai 6 orang anak, dan
suaminya bekerja pada PT. Berlian Permai. Ibu Cinta mendapatkan gaji perbulan Rp
9.870.000 dan mendapatkan tunjangan jabatan sebesar Rp 250.000, serta tunjangan
keluarga Rp 200.000. Perusahaan membayarkan premi asuransi kecelakaan kerja dan
premi asuransi kematian sebesar Rp 60.000 dan Rp 55.000. Setiap bulannya Ibu Cinta
membayar iuran JHT sebesar Rp 70.000 dan iuran pensiun Rp 60.000. Pada bulan
Februari 2018, ibu Cinta mendapatkan bonus dari kantornya sebesar Rp 5.000.000.
Hitunglah :
a. PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji dan Bonus tahun2018
b. PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji tahun2018
c. PPh Pasal 21 yang terutang atas Bonus tahun 2018

6. Ny. Rain merupakan karyawan suatu perusahaan yaitu PT Sinar Dunia, setelah bekerja
selama 18 tahun. Ia berhenti bekerja pada bulan Juli dan mendapatkan uang pesangon Rp
180.000.000. Berapakah besar pajak yang dipotong atas pesangon tersebut?

7. Tn. Farly Putra bekerja pada sebuah Perusahaan sepatu di kota Bandung sebagai HRD.
Ia sudah bekerja selama 35 tahun. Pada bulan November 2018, ia pensiun dari
pekerjaannya dan mendapatkan uang tebusan pensiun sebesar Rp 765.000.000.
Berapakah besarnya pajak yang dipotong atas uang tebusan pensiun tersebut

42
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

A. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23


Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah
dan penghargaan, deviden, bunga, royalti, sewa, serta penggunaan harta selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21 dan PPh Final (4 ayat 2). Pengenaan atas penghasilan-penghasilan tersebut memiliki
sandaran hukum yakni pasal 23 Undang-undang PPh, sehingga disebut PPh Pasal 23.

B. SUBJEK PAJAK
Yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri, baik WP
Orang Pribadi maupun WP Badan, termasuk bentuk usaha Tetap yang menerima penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelengaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh 21.

C. PEMOTONG PAJAK
Pemotong PPh Pasal 23 adalah seluruh pihak yang memberikan atau membayarkan
penghasilan yang menjadi objek PPh Pasal 23. Pemotong PPh Pasal 23 meliputi:

 Badan pemerintah;
 Subjek Pajak badan dalam negeri;
 Penyelenggaraan kegiatan;
 Bentuk usaha tetap (BUT);
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
 Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

43
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

D. OBJEK PAJAK
 Deviden dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
 Bunga : Premium, Diskonto, Imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang.
 Sewa atas penggunaan harta
 Royalti
 Hadiah / penghargaan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
 Imbalan jasa teknik, jasa manajemen, dan jasa lainnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
E. YANG TIDAK DIPOTONG PAJAK
 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
 Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi (Capital
Lease)
 Deviden yang diterima oleh :
* Perseroan terbatas WPDN
* BUMN/BUMD
 Bunga obligasi yang diterima/diperoleh perusahaan reksa dana selama lima tahun pertama sejak
pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha
 Bagian yang diterima / diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi.
 Simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.

F. TARIF PAJAK (Bersifat Tidak FINAL)


Tarif 15% x jumlah bruto atas:
1. Deviden badan, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi
*(Deviden orang pribadi tarif 10% final)
2. Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian hutang
3. Royalti
4. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh 21

44
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Tarif sebesar 2% x jumlah bruto dan tidak termasuk PPN

No. Jenis Penghasilan


1 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khususkendaraan
angkutan darat untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian
tertulis ataupun tidak tertulis.

2 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta selain


kendaraan angkutan darat untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau
perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis, kecuali sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.

Tarif 2% atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultasi dan jasa lain

No. Jenis Jasa (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015)


1. Jasa Penilai
2. Jasa Aktuaris
3. Jasa Akuntansi, pembukuan, atestasi laporan keuangan
4. Jasa Perancang (design)
5. Jasa Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi

(migas) kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap


6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan Bandar udara

9. Jasa penebangan hutan

10. Jasa pengolahan limbah


11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service)
12. Jasa perantara dan/atau kegenan

45
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

13. kecuali yang dilaukan oleh Bursa


Jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga,
Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI);
14. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan
15. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
16. Jasa mixing film
17. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan

18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel

19. Jasa perawatan alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan

20. Jasa maklon


21. Jasa penyelidikan dan keamanan
22. Jasa penyelenggaraan kegiatan atau event organizer
23. Jasa pengepakan

24. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi
25. Jasa pembasmian hama
26. Jasa kebersihan/ cleaning service
27. Jasa catering atau tata boga

28. Jasa sedot septic tank


29. Jasa pemeliharaan kolam
30. Jasa Freight forwarding
31. Jasa logistic
32. Jasa pengurusan document
33. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan
34. Pembibitan dan/atau penanaman bibit
35. Jasa loading dan unloading
Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilkukan oleh lembaga
36.
atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis.
37. Jasa pengelolaan parker
38. Jasa Penyondiran tanah
39 Perencanaan kota dan arsitektur landscape

46
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,


40
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder
41 Pembuatan dan/atau pengelolaan website
42 Internet termasuk sambungannya
Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau
43
program
44 Pemeliharaan tanaman
45 Permanenan
Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau
46
perhutanan
47 Dekorasi
48 Pencetakan/penerbitan
49 Penerjemahan
Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-
50
Undang Pajak Penghasilan

51 Pelayanan pelabuhan
52 Pengangkutan melalui jalur pipa
53 Pengelolaan penitipan anak
54 Pelatihan dan/atau kursus
55 Pengiriman dan pengisian uang ke ATM
56 Sertifikasi
57 Survey
58 Tester
Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada
59
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran
60 Pendapatan
Arsitektur dan Belanja Daerah)
61 Hukum

Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,


62
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder

47
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Catatan :
Pemotongan pajak penghasilan berdasarkan tarif baru sebesar 2 % ini dikenakan atas jumlah bruto
tidak termasuk PPN sedangkan dalam hal penerima imbalan tidak memiliki NPWP besarnya tarif
pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) dari pada tarif 15% atau 2% sehingga menjadi 30%
atau 4%.

G. SAAT TERUTANG, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar,
atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2. PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan
takwimberikutnya setelah bulan saat terutang pajak.
3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23 bertepa tan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada
hari kerja berikutnya.

Contoh soal pph pasal 23 :


1. Pada tanggal 15 Oktober 2017, PT. Syalala, membagikan dividen masing-masing Rp 35.000.000
kepada 5 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT. Syalala wajib memungut PPh
Pasal 23.
Jawab :
PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Syalala adalah :
 (Rp 35.000.000 x 5) x 15% = Rp 26.250.000
2. Pada tanggal 14 febuari 2017 bapak Sayangi mendapatkan hadiah sebesar Rp30.000.000 dia
bekerja disalah satu perusahaan dan tidak memiliki NPWP, berapakah besar Pph pasal 23 yang
dikenakan bapak Suryano ?
 30% x Rp30.000.000 = Rp 9.000.000

48
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

49
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

A. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


Pajak Penghasilan Pasal 26 yaitu Pajak yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang
bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) selain
bentuk usaha tetap (BUT) diIndonesia.Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan
perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Negara domisili dari WPLN selain yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, adalah Negara tempat tinggal atau
tempat kedudukan WPLN yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial
owner).

B. SUBJEK PAJAK
Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) yang berarti orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
diIndonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,dan Badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

C. PEMOTONG PAJAK
Pemotong PPh Pasal 26 adalah seluruh pihak yang memberikan atau membayarkan
penghasilan yang menjadi objek PPh Pasal 26. Pemotong PPh Pasal 26 meliputi:

 Badan Pemerintah;
 Subjek Pajak dalam negeri;
 Penyelenggara Kegiatan;
 BUT;
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia.

D. OBJEK PAJAK
 Deviden
 Bunga termasuk premium, diskonto, premi SWAP, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
50
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

pengembalian utang
 Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
 Hadiah dan Penghargaan
 Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
 Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, kecuali pengalihan harta berupa tanah
dan/bangunan
 Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
 Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atau
 Keuntungan karena pembebasan utang.

E. TARIF (Bersifat FINAL)


a. PPh Pasal 26 sebesar 20% dari Penghasilan Bruto :
 Deviden
 Bunga termasuk premium, diskonto, premi SWAP, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian hutang
 Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
 Hadiah dan Penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
 Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
 Keuntungan karena pembebasan hutang
b. PPh Pasal 26 sebesar 20% dari Perkiraan Penghasilan Netto :
 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :

a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;


b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang kepada
perusahaan asuransi di luar negeri.

c. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau perusahaan antara conduit company at au spesial
purpose pengalihan saham company yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau BUT di Indonesia

51
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

d. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT diIndonesia, kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
e. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di indonesia, kecuali yang diatur dalam pasal 4 ayat ( 2) UU
PPh (PPh Final), yang besarnya melebihi Rp10.000.000,00 untuk setiap jenis transaksi, yang diterima atau diperoleh
WP luar Negeri selain BUT, dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto yang besarnya 25%
dari harga jual. Selain penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta yang besarannya tidak melebihi
Rp10.000.000,00 untuk setiap jenis transaksi, dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26.
f. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan negara pihak
pada persetujuan
g. PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)
Perjanjian Pajak antara dua negara (bilateral) yang mengatur mengenai pembagian hak
pemajakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduk dari salah satu atau kedua
negara pihak pada persetujuan (Both Contracting State), dimana pembagian hak pemajakan tersebut
diatur dengan tujuan untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya pengenaan pajak berganda.

Catatan:
Dalam hal telah dilakukan perjanjian penghindaran pajak berganda antarapemerintah RI dan negara lain (Treaty
Partner), penghitungan besarnya PPh 26 didasarkan pada tax treaty tersebut (dibebaskan dari pengenaan PPh Pasal 26
atau dikenakan PPh Pasal 26 dengan tarif yang lebih rendah).

Contoh Perhitungan PPh Pasal 26


1. Lee Kwang Soo adalah atlet dari korea mengikuti perlombaan Lari Biskuat di Indonesia pada Januari 2018,
dan berhasil merebut hadiah sebesar US$ 50,000. Kurs untuk US$1 = Rp 13.000. Hitunglah pph pasal 26
yang harus dipotong dalam kegiatan yang berada di Indonesia?

Jawab :
Jadi PPh Pasal 26 yang dipotong penyelenggara kegiatan di Indonesia adalah :
Kurs yang berlaku :US$50,000 x Rp 13.000 = Rp 650.000.000
PPh Pasal 26 : 20% x Rp 650.000.000= 130.000.000

52
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

2. PT. SenjaPagi merupakan perusahaan persewaan gedung kantor. pada tahun 2017 mengasuransikan
bangunan bertingkat kepada perusahaan asuransi diluar negeri, premi yang harus dibayarkan oleh PT.
SenjaPagi sebesar Rp650.000.000. Berapa Pph terutang PT. SenjaPagi?

Jawab :
Pph pasal 26 : 20% x 50% x Rp650.000.000 = Rp65.000.000

53
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2)

A. PENGERTIAN PENGENAAN PPh BERDASARKAN PASAL 4 AYAT (2)


Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983
tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 ditentukan bahwa atas penghasilan berupa deposito dan tabungan
tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan
dari pegalihan harta berupa tanah dan atau bangunan dan pengahasilan tertentu lainnya, pengenaan
pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

B. SIFAT
Menurut keputusan Direktorat Jendral Pajak pengenaan pajak penghasilan dalamketentuan ini
dapat bersifat final.

C. SUBJEK PAJAK
Subjek pajak yang karena ketentuan dari Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh menjadi WPDN
adalah semua subjek pajak yang memperoleh penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan
tabungan lainnya penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasil an
dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan dan penghasilan tertentu lainnya.

D. OBJEK PAJAK
a. Bunga deposito/tabungan, diskonto SBI dan jasa giro, serta bunga simpanan anggota
koperasi.
b. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek
c. Bunga/diskonto Obligasi
d. Hadiah undian
e. Jasa konstruksi
f. Persewaan tanah/bangunan
g. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan
h. Penghasilan tertentu lainnya

54
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

E. JATUH TEMPO PAJAK


 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh pemotong pajak penghasilan harus disetor paling lama
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
 PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak harus disetor paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali ditetapkan lain
oleh Menteri Keuangan.
 Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun
yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemungut PPh, wajib menyampaikan SPT masa PPh pasal
4 ayat (2) paling lama 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.

F. PEMUNGUT PAJAK
a) Penyelenggara bursa dan undian
b) Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
c) Bank dan Dana Pensiun
d) Perusahaan Modal Ventura
e) Penerbit Obligasi, Bank, Dana Pensiun, Reksadana
f) Pengguna Jasa Konstruksi

G. TARIF PAJAK BERDASARKAN PASAL 4 AYAT (2)


a) Pajak penghasilan atas bunga deposito/tabungan, diskonto SBI dan jasa giro (final):sebesar 20%
x jumlah bruto
Catatan:
 Untuk jumlah bunga tabungan yang ≥Rp7.500.000, bunganya dikenakan PPh Pasal 4 ayat
(2) sedangkan jumlah bunga tabungan yang <Rp7.500.000 tidak dikenakan pajak.
b) Pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi penjualan saham dibursa efek (final):
 Bukan saham pendiri: 0,1% × Nilai transaksi
 Saham pendiri: (0,1% × Nilai transaksi) + (0,5% × Nilai saham pasar saat penawaran umum
perdana (IPO)

c) Penjualan saham milik perusahaan modal ventura: sebesar 0,1% dari jumlah bruto.

55
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

d) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga atau diskonto obligasi yang dijual dibursa efek
(final):
Catatan:
 Untuk bunga/diskonto obligasi yang ditempatkan di dalam negeri sebesar 15% (lima belas
persen) dari jumlah bruto.
 Untuk bunga/diskonto obligasi yang ditempatkan di luar negeri sebesar 20% (dua puluh
persen) dari jumlah bruto.
e) Pajak penghasilan atas hadiah undian (final):
Atas hadiah undian dikenakan PPh sebesar 25% (duapuluh lima persen) dari jumlah bruto hadiah
atau nilai pasar hadiah. Baik itu yang menerima Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan.
f) Pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dana dan atau bangunan
(final):
10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan
g) Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2008 sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha Jasa
Konstruksi, pasal 3 bahwa Jenis-jenis penghasilan dan tarif pemotongan yang dikenakan PPh
Pasal 4 ayat 2 diantaranya adalah:

No. Jenis Penghasilan Tarif

1. Jasa Perencanaan/Pengawasan
a. Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha 4%
b. Penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha 6%
2. Jasa Pelaksana Konstruksi
a. Penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil 2%
b. Penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha 4%
c. Penyedia Jasa selain huruf a dan huruf b 3%

Catatan:
o FINAL bagi usaha kecil berdasarkan sertifikasi lembaga yang berwenang serta mempunyai
nilai pengadaan sampai dengan Rp 1 miliar.

56
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

o TIDAK FINAL bagi usaha besar.


h) Pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
(final):
Besarnya PPh adalah sebesar 2,5% (Dua Koma Lima Persen) dari jumlah bruto nilai
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, kecuali atas pengalihan hak atas rumah sederhana
dan rumah susun sederhana yang dilakukan oleh WP yang usaha pokoknya melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan PPh sebesar 1% (Satu Persen) dari jumlah bruto nilai
pengalihan.

Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh adalah :


1. Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah PTKP yang melakukan pengalihan
hak atas tanah dan bangunan dengan jumlah bruto pengalihannyakurang dari Rp.
60.000.000,00 dan bukan merupakan umalh yang dipecah pecah.
2. Orang Pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah dan bangunan kepada Pemerintah.
3. Orang Pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial dll.
4. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial dll.
5. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
i) Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi (final):
 Untuk bunga simpanan anggota koperasi yang besarnya < Rp240.000 dikenakan tarif 0%
 Untuk bunga simpanan anggota koperasi yang besarnya > Rp240.000 dikenakan tarif 10%
dari jumlah yang dibayarkan kepada anggota koperasi.
J) Deviden orang Pribadi tarif 10%

57
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

SOAL – SOAL PRAKTIKUM

1. PT. YI mempunyai data-data pembukuan Tahun 2018 sebagai berikut :


A. Dibayar jasa kebersihan sebesar Rp 11.000.000 (termsuk ppn 10%)
B. Dibayar Bunga premium kepada PT. KUTERIMAMU sebesar Rp 30.500.000
C. Diterima hadiah undian sebesar Rp 420.000.000 dari PT. DNGN SENYUM.
D. Dibayar deviden sebesar Rp 120.000.000 kepada PT. ANTI BADAI

2. PT. MALAM RINDU bergerak di bidang gaun pengantin mempunyai data pengeluaran Tahun 2018
sebagai berikut :
A. Pada tanggal 15 Maret dibayar Jasa perancang sebesar Rp 16.000.000.
B. Pada tanggal 16 Febuari dibayar Jasa pelatihan sebesar Rp 22.000,000.
C. Dibayar jasa sewa mobil pada tanggal 17 April sebesar Rp 10.000.000
D. Pada Tanggal 3 September dibayar sewa bangunan sebesar Rp 65.000.000

3. Mr. Holland adalah karyawan asing pada perusahaan PT YiArt. Mr Holland bertempat tinggal kurang dari
185 hari. Dalam bulan April 2018, Holland memperoleh gaji sebesar US$9,000 sebulan. Kurs yang berlaku
adalah Rp 14.000,- per US$ 1. Hitunglah pajak yang harus dibayarkan

4. PT. Tempemben mempunyai data-data perusahaan sebagai berikut :


A. Dibayar Jasa pengawasan dan perencanaan sebesar Rp. 325.000.000
B. Dibayar sewa bangunan sebesar RP 88.000.000 untuk satu tahun kepada PT OPLO
C. Dibayar Bunga deposito sebesar Rp 8.500.000 kepada tn. saikoji
Hitunglah PPH yang terhutang!

5. PT. Yuk membayar royalti kepada tiga orang penulis : Ani (mempunyai NPWP), Rohani (mempunyai
NPWP) , dan Widaya (tidak memiliki NPWP) Royalti yang diberikan kepada Ani sebesar Rp35.000.000.
Royalti untuk Rohani sebesar Rp20.000.000 dan royalti untuk Widaya sebesar Rp8.000.000. Hitung PPH
terhutang !

58
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22


Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)
adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak
dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang. Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada
badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta sehubungan dengan kegiatan impor
barang/jasa, pembelian barang dengan menggunakan dana APBN/APBD dan non APBN/APBD, dan
penjualan barang sangat mewah.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:


1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang;
2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

B. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22


a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas:

1. impor barang; dan


2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam yang
dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam
perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya;

59
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

b. bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
c. bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP);
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS);
e. Badan usaha tertentu meliputi:
1. Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan;
2. Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah setelah
berlakunya Peraturan Menteri ini, dan restrukturisasi tersebut dilakukan melalui pengalihan
saham milik negara kepada Badan Usaha Milik Negara lainnya; dan
3. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik Negara,
meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT
Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Telekomunikasi Selular, PT
Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT
Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk,
PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Natural Gas
Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia
Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRISyariah, dan PT Bank BNI Syariah,
Berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya;

f. badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di
dalam negeri;

60
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
h. produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan
.
bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
i. industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur, untuk
keperluan industrinya atau ekspornya;
j. industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan; atau
k. badan usaha yang memproduksi emas batangan, termasuk badan usaha yang memproduksi
emas batangan melalui pihak ketiga, atas penjualan emas batangan di dalam negeri.

C. Objek Pajak Penghasilan Pasal 22


a. Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam
yang dilakukan oleh eksportir
b. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
lembaga Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya.
c. Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan (UP) yang dilakukan oleh
bendahara pengeluaran.
d. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
oleh KPA atau pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA.
e. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya Badan
Usaha Milik Negara.
f. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam
bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, yang merupakan industri hulu, industri
otomotif, dan industri farmasi.
g. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor.

61
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

h. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau importir .
i. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya oleh
industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan; dan
j. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib pajak badan.

D. Subjek PPh Pasal 22


Setiap Wajib Pajak yang melakukan impor, kecuali yang mendapat fasilitas pembebasan (memperoleh
surat keterangan bebas).

E. Tarif PPh Pasal 22


1. Atas impor :
 Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), 2.5% dari nilai impor, kecuali atas impor kedelai,
gandum, tepung terigu sebesar 0,5% dari nilai impor.
 Yang tidak menggunakan API, 7.5% dari nilai impor
 Yang tidak dikuasai, 7.5% dari harga jual lelang.
2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD
sebesar 1.5% dari harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final).
3. Atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,
gas dan pelumas adalah sebagai berikut:
a. Bahan Bakar Minyak sebesar:
 0,25% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada
stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina;
 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun
pengisian bahan bakar umum bukan Pertamina dan Non SPBU
b. Bahan Bakar Gas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai;
c. Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Catatan : Pungutan PPh pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat
tidak final.
4. Atas penjualan hasil produksi, ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Jendral Pajak, yaitu:
62
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

 Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)


 Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
 Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
 Obat = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
 Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
 Rokok = 0.15% x Harga Bandrol (Final)
5. Atas penjualan kendaraan bermotor didalam negeri oleh agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor sebesar 0,45% dari dasar pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai.
6. Atas pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam sebesar 1,5% dari harga pembelian
tidak termasuk PPN.
7. Atas penjualan emas batangan oleh produsen, sebesar 0,45% dari harga jual emas batangan.
8. Atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah, yaitu:
a. Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
b. Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
c. Rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp5 miliar atau
luas bangunan lebih dari 400m2;
d. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp5
miliar atau luas bangunan lebih dari 150m2;
e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus, dan sejenisnya dengan harga jual lebih
dari Rp2 miliar atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3000cc; dan/atau
f. Kendaraan bermotor roda dua dan tiga dengan harga jual lebih dari Rp300 juta atau dengan kapasitas
silinder lebih dari 250cc.
g. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.

Nilai Impor
Nilai yang berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk yaitu Cost Insurance and Freight
(CIF) ditambahkan dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang±undangan pabean bidang impor.
Untuk menghitung nilai impor digunakan kurs berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

63
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

NI= CIF + BEA MASUK + PUNGUTAN LAINNYA

F. Yang Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana diatur dalam pasal 3 PMK.34/2017
1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak terutang Pajak Penghasilan;
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai:
a. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan
asas timbal balik;
b. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan
tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam peraturan menteri keuangan
yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor
barang untuk keperluan badan internasional beserta para pejabatanya yang bertugas di
Indonesia;
c. Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan atau
untuk kepentingan penanggulangan bencana;
d. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain semacam itu
yang terbuka untuk umum;
e. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
f. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
g. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
h. Barang pindahan;
i. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai
batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan;
j. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum;
k. Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang diperuntukkan
bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
l. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan
dan keamanan negara;
m. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
n. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;

64
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

o. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan penyeberangan, kapal
pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat
keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional, Perusahaan
Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional sesuai dengan kegiatan usahanya;
p. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya, serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa
perawatan dan reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;
q. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana
yang diimpor dan digunakan oleh oleh badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum
dan/ atau badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum, dan komponen atau
bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh badan usaha penyelenggara sarana
perkeretaapian umum dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian um um
yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh badan usaha
penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/ atau badan usaha penyelenggara prasarana
perkeretaapian umum;
r. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Kemente:ian Pertahanan atau Tentara
Nasional Indonesia untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan Nasional, yang diimpor oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia atau pihak yang ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia;
s. Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan oleh
Kontraktor Kontrak Kerja Sama; dan/atau
t. Barang untuk kegiatan usaha panas bumi.
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali;

65
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali
dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai;
5. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf
c, huruf d, huruf e, huruf i, dan huruf j berkenaan dengan:
a. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000 tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dart suatu transaksi yang
nilai sebenarnya lebih dart Rp 2.000.000;
b. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
huruf e yang jumlahnya paling banyak Rpl0.000.000 tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dart suatu transaksi yang nilai sebenarnya lebih
dart Rpl0.000.000.
c. pembayaran untuk:
 pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos;
 pemakaian air dan listrik;
d. pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan dari kegiatan
usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di Indonesia dari:
 kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama;
 kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak
kerja sama; atau
 trading arms kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak
kerja sama.
e. pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi berdasarkan kontrak kerja sama
pengusahaan sumber daya panas bumi;
f. pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur untuk keperluan industri atau ekspor
oleh badan usaha industri atau eksportir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf i

66
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

yang jumlahnya paling banyak Rp 20.000.000tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dalam
satu masa pajak;
g. pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf j yang
telah dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang dan/ atau bahan-bal;lan untuk
keperluan kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat
(1) huruf e.
6. Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan
ekspor.
7. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS)
8. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh industri otomotif, Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor,
yang telah dikenai pemungutan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf c UU
PPh.
9. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf k kepada Bank Indonesia.
10. Pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara pemerintah (Kuasa Pengguna Anggaran, pejabat
penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran, atau bendahara
pengeluaran).
11. Pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG).
12. Pembelian bahan pangan pokok dalam rangka menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga
pangan oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG) atau Badan Usaha Milik
Negara lain yang mendapatkan penugasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perhitungan PPh Pasal 22 Bea Cukai


Contoh 1
PPh Pasal 22 Bea Cukai
PT. UPIN dan IPIN pada bulan Maret 2017 melakukan impor kedelai dari Malaysia dengan harga 250.000
Ringgit. Biaya asuransi dan angkut barang dari Malaysia ke Indonesia masing-masing sebesar 6% dan 10%
dari harga faktur. Tarif bea masuk sebesar 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keungan saat

67
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

itu adalah 1 Ringgit = Rp 3.500. Hitunglah Pajak Penghasilan Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. UPIN
dan IPIN jika memiliki API?

1. Menentukan nilai Impor


Kurs yang berlaku = Rp. 3.500
Harga Faktur MR 250.000 = MR. 250.000
Biaya Asuransi MR 250.000 x 6% = MR. 15.000
Biaya Angkut MR 250.000 x 10% = MR. 25.000 +
CIF = MR. 290.000
Bea Masuk MR. 290.000 x 10% = MR. 29.000 +
Nilai Impor = MR. 299.000
Nilai Impor (dalam rupiah) MR 299.000 x Rp 3.500 = Rp. 1.046.500.000
2. Menghitung PPh pasal 22
0,5% x Rp 1.046.500.000 = Rp 5.232.500

Contoh 2
PT. Depari Group pada bulan Maret 2017 melakukan impor peralatan kantor dari Singapore dengan harga
40.000 SGD (memiliki API). Biaya asuransi dan angkut barang dari Singapore ke Indonesia masing-masing
sebesar 5% dan 10% dari harga faktur. Tarif bea masuk sebesar 20% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh
Menteri Keungan saat itu adalah 1SGD = Rp 9.000. Hitunglah Pajak Penghasilan Pasal 22 yang harus
dibayar oleh PT. Depari Group?
1. Menentukan nilai Impor
Kurs yang berlaku = Rp. 9.000
Harga Faktur SGD$ 40.000 = SGD$ 40.000
Biaya Asuransi SGD$ 40.000 x 5% = SGD$ 2.000
Biaya Angkut SGD$ 40.000 x 10% = SGD$ 4.000 +
CIF = SGD$ 46.000
Bea Masuk SGD$ 46.000 x 10% = SGD$ 4.600 +
Nilai Impor = SGD$ 50.600
Nilai Impor (dalam rupiah) SGD$ 56.600 x Rp 9.000 = Rp. 509.400.000

68
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

2. Menghitung PPh pasal 22 (memiliki API)


2,5% x Rp. 509.400.000 = Rp 12.735.000

PPh Pasal 22 yang Dipungut Oleh Bendaharawan


Contoh 1
Bendahara Pemerintah pada tanggal 10 Februari 2017 melakukan transaksi pembayaran atas pembelian alat
tulis kantor dari Toko NET senilai Rp 1.100.000 (termasuk PPN). Berapa PPh Pasal 22 yang dikeluarkan?
DPP : 100/110 X Rp 1.100.000 = Rp 1.000.000
Atas pembayaran tersebut tidak dikenakan PPh pasal 22 karena nilainya kurang dari Rp 2.000.000.

Contoh 2
Instansi pemerintahan membeli sebuah BKP dari PT Mobile Legend Rp. 600.000.000 yang pembayarannya
melalui kantor pembendaharaan negara. Berapakah Pajak Penghasilan Pasal 22 Bendaharawan yang harus
di potong bila :
a. Harga barang termasuk PPN (10%) tapi bukan barang mewah
b. Harga barang termasuk PPN (10%) dan PPnBM (30%)

Perhitungan :
a. Harga barang termasuk PPN (10%) tapi bukan Barang Mewah
Harga barang termasuk PPN (10%) Rp. 660.000.000
PPN (10%)= Rp 660.000.000 x 10/110 = Rp 60.000.000 –
Harga Barang tidak termasuk PPN = Rp 600.000.000
Pajak Penghasilan pasal 22
1.5 % x Rp 600.000.000 = Rp 9.000.000 –
Jumlah uang yang diterima = Rp 591.000.000
b. Harga barang termasuk PPN (10%) dan PPnBM (30%)
Harga barang termasuk PPN (10%) dan PPnBM (30%) = Rp. 660.000.000
PPN (10%) = Rp 660.000.000 x 10/140 = Rp 47.142.857
PPnBM (30%) = Rp 660.000.000 x 30/140 = Rp 141.428.571–
Harga barang tidak termasuk PPN dan PPnBM = Rp 471.428.572
Pajak Penghasilan pasal 22

69
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

1.5 % x Rp 471.428.572 = Rp 7.071.429–


Jumlah yang diterima = Rp 464.357.143

70
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Soal – Soal Praktikum

1. PT Bank BRI merupakan salah satu perusahaan BUMN, pada bulan Januari 2017 melakukan
pembayaran kepada PT Jaya Anugrah atas pengadaan peralatan komputer sebanyak 40 unit seharga Rp
70.000.000 (termasuk PPN)

2. Bendahara pemerintah pada tanggal 20 maret 2017 melakukan transaksi pembayaran atas pembelian
alat tulis kantor dari toko muzamil senilai Rp. 2.100.000 (termasuk PPN). Berapa PPh 22 yang
dikeluarkan ?

3. PT Gunadarma pada bulan April 2017 menjual kertas hasil produksi kepada CV Pelangi dengan total
harga sebesar Rp 530.000.000 (termasuk PPN)

4. PT. Krakatau pada bulan September 2017 melakukan impor tepung terigu dari singapore dengan harga
SGD 25.000. Biaya asuransi dan angkut barang dari Singapore ke Indonesia masing-masing sebesar 3%
dan 10% dari harga faktur. Tarif bea masuk sebesar 15% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri
Keungan saat itu adalah SGD1 = Rp 9.800. Hitunglah Pajak Penghasilan Pasal 22 yang harus dibayar
oleh PT Snorlax jika memiliki API?

5. Pada pertengahan tahun 2016 PT. Sinchan melakukan import kedelai dari Jepang sebesar 250.000 Yen.
biaya asuransi yang dibayar diluar negeri dan biaya angkut dari Jepang ke Indonesia masing-masing
sebesar 2% dan 10% dari harga faktur. Bea masuk yang dibebankan sebesar 10% dari CIF. Kurs yang
berlaku pada saat itu adalah 1Yen = Rp. 150. Hitunglah pajak penghasilan pasal 22 yang harus dibayar
oleh perusahaan jika perusahaan tidak memiliki API?

71
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

A. PAJAK PENGHASILAN PASAL 24


Pajak yang dipungut diluar negeri atas penghasilan wajib pajak di luar negeri. Pajak yang dibayar
di luar negeri atas penghasilan luar negeri yang diperoleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh
dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan
diluar negeri tersebut tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan keputusan
No. 164/KMK.03/2002. Untuk itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN)

B. BATAS MAKSIMUM KPLN DIAMBIL YANG TERENDAH DARI KETIGA UNSUR BERIKUT:
1. (Penghasilan Luar Negeri/ Penghasilan Kena Pajak) x PPh terutang
2. Jumlah Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri
3. Jumlah PPh terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal penghasilan kena pajaknya
lebih kecil dari penghasilan luar negerinya.

Catatan :
1. Jika Pajak Penghasilan Luar Negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata dikembalikan maka
jumlah pajak yang terutang menurut Undang-Undang ini harus ditambah dengan jumlah tersebut pada
tahun pengembalian tersebut dilakukan.
2. Jika Penghasilan Luar Negeri berasal dari beberapa Negara maka jumlah maksimum KPLN dihitung
untuk masing-masing Negara.
3. Untuk kerugian yang diderita diluar negeri tidak diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak. Penghasilan dari Luar Negeri untuk tahun-tahun berikutnya dapat dikompensasikan dengan
kerugiaan tersebut.
4. Dalam hal Pajak dibayarkan di luar negeri lebih besar dari kredit pajak yang diperkenankan (PPh Pasal
24), maka kelebihan tersebut tidak dapat:
 Diminta kembali (restitusi)
 Dikompensasikan
 Sebagai pengurang penghasilan

72
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

C. CARA MENCARI PPh PASAL 24 YANG DAPAT DIKREDITKAN DI DALAM NEGERI


1. Cari Penghasilan Kena Pajak (PKP)
PKP = PNDN + PNLN
Catatan:
 Jika DN rugi diperhitungkan sebagai pengurang dalam menghitung PKP.
 Jika LN rugi tidak diperhitungkan sebagai pengurang dalam menghitung PKP (diabaikan)
2. Cari Pajak Penghasilan terutang dari Penghasilan Kena Pajak (PKP).
3. Cari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :
KPLN = Penghasilan Luar Negeri x PPh terutang
Penghasilan Kena Pajak
4. Cari Pajak yang telah dibayar di luar negeri.
5. Bandingkan antara KPLN (point 3) dengan pajak yang telah dibayar di luar negeri (point 4), lalu pilih
nilai terendah.
6. Jumlahkan point 5 untuk mencari besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan.
Catatan : Jika PKP < PNLN maka perhitungan hanya sampai langkah ke dua.

Contoh Kasus:
PT. Maju Mundur Kena yang berlokasi di Cikarang selama tahun 2017 memperoleh penghasilan dari dalam
negeri ataupun beberapa cabangnya yang berada di luar negeri. Penghasilan netto dari dalam negeri
Rp200.000.000.000 sedangkan usahanya di luar negeri, seperti Malaysia memperoleh penghasilan Rp
100.000.000.000, Singapura memperoleh penghasilan Rp 50.000.000.000, sedangkan di Vietnam mengalami
rugi Rp 100.000.000.000. Pajak yang dibayar di luar negeri sebesar 15% Malaysia, 20% untuk Singapura, dan
20% untuk Vietnam. Berapa PPh Pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan
yang harus dibayar di dalam negeri?

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 yang Dapat Dikreditkan di Dalam Negeri.


1. Mencari Penghasilan Kena Pajak (PKP) :
Penghasilan Neto Dalam Negeri Rp 200.000.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri
 Malaysia Rp 100.000.000.000
 Singapura Rp 50.000.000.000 +

73
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

Jumlah Penghasilan Neto Luar Negeri Rp 150.000.000.000 +


Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 350.000.000.000

2. Mencari Pajak Penghasilan Terutang dari Jumlah PKP Sebesar Rp 350.000.000.000 :


25% x Rp 350.000.000.000 = Rp 87.500.000.000

3. Mencari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :


 Malaysia : Rp 100.000.000.000 / Rp 350.000.000.000 x Rp 87.500.000.000 = Rp
25.000.000.000
 Singapura : Rp 50.000.000.000 / Rp 350.000.000.000 x Rp 87.500.000.000 = Rp 12.500.000.000

4. Mencari Pajak yang Telah Dibayar atas Penghasilan di Luar Negeri :


 Malaysia : 15% x Rp 100.000.000.000 = Rp 15.000.000.000
 Singapura : 20% x Rp 50.000.000.000 = Rp 10.000.000.000

5. PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Malaysia sebesar Rp 15.000.000.000
(Pilih yang terendah)

PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Singapura sebesar Rp 10.000.000.000
(Pilih yang terendah)

6. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri :


 Rp 15.000.000.000 + Rp 10.000.000.000 = Rp 25.000.000.000

74
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

SOAL – SOAL PRAKTIKUM

1. PT Maumaem di Cirebon memperoleh penghasilan neto tahun 2017 sebagai berikut :


 Laba dalam negeri Rp 1000.000.000
 Laba luar negeri (35%) Rp 600.000.000

2. PT HQQ memperoleh penghasilan setahun 2017 sebagai berikut :


 Laba dalam negeri Rp 500.000.000
 Laba luar negeri (25%) Rp 350.000.000

3. PT Mediatama memperoleh penghasilan setahun 2017 sebagai berikut :


 Rugi dalam negeri Rp 250.000.000
 Laba luar negeri (25%) Rp 200.000.000

4. PT Autoboot memperoleh penghasilan setahun 2017 sebagai berikut :


 Dalam negeri (Laba) Rp 200.000.000
 Luar negeri
Singapore (Rugi) 25% Rp.700.000.000
Malaysia (Laba) 20% Rp.500.000.000

5. PT Armada yang berlokasi di Bandung selama tahun 2017 memperoleh penghasilan dari dalam negeri
ataupun beberapa cabangnya yang berada di luar negeri. Penghasilan netto dari dalam negeri Rp.
155.000.000.000 sedangkan usahanya di luar negeri, seperti Belanda memperoleh penghasilan Rp.
80.000.000.000, Jerman memperoleh penghasilan Rp. 65.000.000.000, sedangkan di singapura
mengalami rugi Rp. 5.000.000.000. Pajak yang telah dibayar di luar negeri sebesar 15% untuk Belanda,
20% untuk Jerman dan 20% untuk Singapura. Berapa PPh Pasal 24 yang diperkenankan untuk
dikreditkan dengan pajak penghasilan yang harus dibayar dalam Negeri?

75
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

A. Pengertian PPh Pasal 25


Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang PPh menjelaskan ketentuan besarnya angsuran PPh yaitu:
“Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong Pasal 21
b. Pajak Penghasilan yang dipotong Pasal 23
c. Pajak Penghasilan yang dipungut Pasal 22
d. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan dalam Pasal 24,
e. Lalu dibagi 12 berkaitan berapa bulan dalam 1 tahun

B. Cara mencari angsuran pajak penghasilan Pasal 25

PPh Terutang Menurut SPT Tahunan - Kredit Pajak


12

Kredit Pajak adalah suatu jumlah yang merupakan angsuran pajak, baik yang telah dipungut/dipotong
maupun dibayar pada tahun pajak yang bersangkutan yang meliputi PPh Pasal 21, 22, 23, 24 yang telah
dibayar dalam tahun pajak.

Pada dasarnya besarnya pembayaran angsuran pajak oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan sedapat
mungkin diupayakan mendekati jumlah pajak yang akan terutang pada akhir tahun. Oleh karena itu, dalam
hal-hal tertentu Direktur Jenderal Pajak diberikan wewenang untuk menyesuaikan perhitungan besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP dalam tahun berjalan. Hal-hal tersebut adalah
 WP Berhak atas kompensasi kerugian max 5 tahun
 WP memperoleh penghasilan tidak teratur

C. Ilustrasi Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 Dengan Kompensasi Kerugian dan Penghasilan Tidak
Teratur
Penghasilan Netto Rp xxx
Penghasilan Tidak Teratur Rp xxx –
Penghasilan Teratur Rp xxx
Kompensasi Kerugiaan (Max 5 Thn) Rp xxx –
Penghasilan Netto Usaha Rp xxx
PTKP Rp xxx –
PKP Rp xxx
Penghasilan Terutang : PKP x PPh Pasal 17 Rp xxx
 PPh Pasal 21 Rp xxx
76
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

 PPh Pasal 22 Rp xxx


 PPh Pasal 23 Rp xxx
 PPh Pasal 24 Rp xxx +
Jumlah kredit Pajak Rp xxx –
Pajak yang masih harus dibayar sendiri Rp xxx

Angsuran PPh 25 untuk tahun ybs = Pajak yang masih harus dibayar sendiri / 12

D. Sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25


Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar, maka WP akan dikenai bunga sebesar 2% per
bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran. Misalnya: untuk bulan Februari 2014,
WP terlambat dan baru membayarnya pada 16 Maret. Sesuai Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai bunga
2%.

Contoh Kasus 1:
Pada Tahun 2017 Tn JEAN (TK/0) memiliki data penjualan sebesar Rp 400.000.000 sedangkan ditahun
2014 mengalami kerugian Rp 50.000.000. Pajak yang telah dibayar antara lain PPh Pasal 21 Rp 10.000.000,
PPh Pasal 22 Rp 1.000.000, PPh Pasal 23 Rp 500.000 dan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan sebesar Rp
1.500.000. Berapakah Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2017 ?

Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25:


Penghasilan Netto Rp 400.000.000
Penghasilan Tidak Teratur Rp 0-
Penghasilan Teratur Rp 400.000.000
Kompensasi Kerugiaan (Max 5 Thn) Rp 50.000.000 -
Penghasilan Netto Usaha Rp 350.000.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000 -
PKP Rp 296.000.000
Pajak Penghasilan Terutang :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 46.000.000 = Rp 11.500.000+

Jumlah Pajak Penghasilan Terutang Rp 44.000.000


Kredit Pajak Penghasilan
 PPh Pasal 21 Rp 10.000.000
 PPh Pasal 22 Rp 1.000.000
 PPh Pasal 23 Rp 500.000

77
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

 PPh Pasal 24 Rp 1.500.000 +


Jumlah kredit pajak Rp 13.000.000 -
Pajak yang masih harus dibayar sendiri Rp 31.000.000
Angsuran PPh 25 untuk tahun 2015 = Rp 31.000.000 / 12 = Rp 2.583.333

Contoh Kasus 2
Tn. TONO (TK/0) tinggal di Yogyakarta. Pada bulan Juni 2017 membangun usaha Jasa Pengiriman.
Jumlah penghasilan bruto selama bulan Juni 2017 sebesar Rp 500.000.000. Biaya – biaya yang dikeluarkan
pada bulan Juni 2017 sebesar Rp 440.000.000. Berapa besaran angsuran PPh pasal 25 bulan Juni 2017 yang
dibayar oleh Tn Satria ?

JAWABAN:
a. Peredaran bruto disetahunkan Rp 500.000.000 x 12 = Rp 6.000.000.000
b. Karena peredaran bruto yang disetahunkan sudah melebihi Rp 4.800.000.000 maka Penghitungan
angsuran PPh pasal 25 bulan Juni 2015 adalah:
Peredaran Usaha bulan Juni 2017 Rp 500.000.000
Biaya-biaya fiskal Rp 440.000.000 -
Penghasilan Neto Fiskal sebulan Rp 60.000.000
Penghasilan Neto Fiskal setahun (12) Rp 720.000.000
PTKP : TK/0 Rp 54.000.000 -
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 666.000.000

PPh Wajib Pajak Orang Pribadi terutang:


5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% x Rp 166.000.000 = Rp 49.800.000+
Rp 144.800.000

Angsuran PPh pasal 25 bulan Juni 2017 adalah : Rp 144.800.000 / 12 = Rp 12.066.667


Catatan : Jika peredaran bruto yang disetahunkan < Rp 4.800.000.000 maka terhadap penghasilan bruto
tahun 2017 dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif 1% dan tidak ada angsuran PPh
25

78
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

SOAL – SOAL PRAKTIKUM

1. Perusahaan Ketapel yang dimiliki oleh tuan Norman (K/0) pada tahun 2015 memiliki penghasilan Neto
Rp 300.000.000 dan ditahun 2010 mengalami kerugian sebesar Rp 10.000.000.
Pajak yang telah dibayar :
 PPh Pasal 21 sebesar Rp 5.000.000
 PPh Pasal 22 sebesar Rp 3.000.000
 PPh Pasal 23 sebesar Rp 4.000.000
 PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan Rp 8.000.000
Berapakah angsuran PPh pasal 25 yang harus dibayar sendiri oleh WP Tahun 2015?
2. Pada Tahun 2015 PT. Belalang kupu kupu memperoleh penghasilan Neto Rp.450.000.000. Pada tahun
2015 menderita kerugian sebesar Rp 12.000.000.000. Pajak yang telah dibayar: PPh pasal 22
Rp.15.000.000, PPh pasal 23 Rp.25.000.000, PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan Rp.45.00.000. Masih
terdapat sisa kerugian tahun 2012 sebesar Rp.13.000.000. Berapa angsuran PPh pasal 25 untuk tahun
2017 ?
3. Pajak penghasilan terutang untuk Tn. Anggi berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun 2015 sebesar Rp 170.000.000. pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak
ketiga serta yang terutang dalam tahun 2014 sebagai berikut :
 PPh Pasal 21 melalui pemberi kerja Rp 12.000.000
 Pemotongan PPh Pasal 22 oleh pihak lain Rp 7.000.000
 Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp 4.000.000
 PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan dari luar negeri sebesar Rp 20.000.000
Berapa PPh pasal 25 yang harus dibayarkan sendiri oleh Wajib Pajak tiap bulan ?
4. Tn. Bagyo (K/3) tinggal di Jakarta. Pada bulan Juni 2015 membangun usaha bernama "Despacito".
Jumlah penghasilan Bruto selama bulan Juni 2017 sebesar Rp600.000.000 Biaya – biaya yang
dikeluarkan pada bulan Juni 2017 sebesar Rp550.000.000. Berapa besaran angsuran PPh pasal 25 bulan
Juni 2017 yang dibayar oleh Tn Bejo?
5. Pada tahun 2017 Tn. Jean (TK/0) memiliki data penjualan sebesar Rp. 200.000.000 sedangkan ditahun
2015 mengalami kerugian Rp. 15.000.000. pajak yang telah dibayar antara lain PPh 21 Rp. 4.000.000,
PPh pasal 22 Rp. 750.000, PPh Pasal 23 Rp. 300.000.000 dan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan
sebesar Rp. 1.200.000. Berapakah Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2017 ?

79
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

A. PENGERTIAN SURATPEMBERITAHUAN
Menurut Pasal 1 ayat 11 dalam Undang-Undang KUP, Surat Pemberitahuan
(SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

B. FUNGSI SURATPEMBERITAHUAN
1. Wajib PajakPenghasilan
Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak;
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objekpajak;
c. Harta dankewajiban;
d. Pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak.
2. Pengusaha KenaPajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan penghitungan
jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap PajakKeluaran;


b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.

80
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

3. Pemotong/PemungutPajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkan.

C. JENIS SURATPEMBERITAHUAN
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan secara garis besar surat
pemberitahuan dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. SPTMasa
Merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu masa pajak. Yang termasuk jenis SPT
Masa adalah : PPh pasal 21/26, PPh pasal 22, PPh pasal 23/26, PPh pasal 25, PPh pasal
4 ayat (2), PPN danPPnBM.

2. SPTTahunan
Merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak. Yang termasuk jenis SPT
Tahunan adalah: PPh Badan (1771), PPh Orang Pribadi (1770/1770S/1770SS).

D. BATAS WAKTU PEMBAYARANPAJAK


1. Pajak Masa
 Untuk PPh yang terutang melalui pemotongan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya setelah berakhirnya masapajak.
 Untuk PPh yang disetor sendiri paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah berakhirnya masapajak.
2. PajakTahunan
 Selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahunpajak.

E. BATAS WAKTU PELAPORANPAJAK


1. Pajak Masa
 Selambat-lambatnya tanggal 20 setelah berakhirnya masapajak.

81
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

2. PajakTahunan
 Bagi WPOP : selambat-lambatnya akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun
pajak.
 Bagi Badan Usaha: selambat-lambatnya akhir bulan keempat setelah
berakhirnya tahunpajak.

F. SANKSI KETERLAMBATAN ATAU TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT


PEMBERITAHUAN
1. Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT dikenakandenda:
a. SPT Masa PPN sebesar Rp500.000, sedangkan SPT Masa lainnya sebesar
Rp100.000.

b. SPT Tahunan PPh WPOP sebesar Rp100.000, sedangkan SPT Tahunan PPh
Badan Usaha sebesarRp1.000.000.

2. Tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar karena kealpaan wajib pajak
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan jangka
kurungan paling singkat selama 3 (tiga) bulan dan jangka kurungan paling lama selama 1
(satu) tahun dan didenda paling sedikit adalah 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak adalah 2 (dua) kali lipat dari pajak terutang
yang tidak atau kurang bayar.

3. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap dengan sengaja sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling
tinggi 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurangbayar.

4. Pengenaan sanksi administrasi berupa denda tersebut tidak dilakukan terhadap:


a) Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggaldunia;

82
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

b) Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas;
c) Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak
tinggal lagi diIndonesia;
d) Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi diIndonesia;
e) Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belumdibubarkan
sesuai dengan ketentuan yangberlaku;
f) Bendahara yang tidak melakukan pembayaranlagi;
g) Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur denganPeraturan
Menteri Keuangan;atau
h) Wajib Pajak lain yaitu Wajib Pajak yang dalam keadaan antara lain : kerusuhan
massal, kebakaran, ledakan bom atau aksi terorisme, perang antar suku ataukegagalan
sistem komputer administrasi penerimaan negara atauperpajakan.

83
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
G. SANKSIPERPAJAKAN
1. Surat Teguran atas SPT yang tidakdisampaikan
Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang ditentukan atau
batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dapat diterbitkan
Surat Teguran (Pasal 3 ayat 5a UU KUP). Penerbitan Surat Teguran,
disamping merupakan bentuk pembinaan terhadap WP, juga merupakan
syarat bagi dikenainya WP yang bersangkutan dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 huruf b
dan Pasal 13 ayat 3 UU KUP.

2. SanksiAdministrasi
Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan apabila SPT tidak disampaikan
dalam jangka waktunya atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT
dikenal dengan sanksi administrasi. Merupakan pembayaran kerugian
kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Menurut
ketentuan dalam undang-undang perpajakan ada 3 macam sanksi
administrati, yaitu: denda, bunga,kenaikan.

3. SanksiPidana
Merupakan siksaan dan penderitaan, menurut undang-undang perpajakan
ada 3 macam sanksi pidana, yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara.

 Denda Pidana
Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya
diancam/dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar ketentuan
peraturan perpajakan, sanksi berupa denda pidana selain dikenakan
kepada wajib pajak ada juga yang diancam kepada pejabat pajak atau
kepada pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana
dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun
bersifatkejahatan.

 Pidana Kurungan
Pidana kurungan dalam Pasal 38 UU KUP dikenakan terhadap setiap
orang yang karena kealpaannya tidak menyampaian SPT. Pidana

84
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma kurungan hanya diancam kepada tindak pidana yang bersifat
pelanggaran. Dapat ditujukan kepada wajib pajak, pihak ketiga.

 Pidana Penjara
Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyatakan ”Setiap orang
yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT, menyampaikan SPT
dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
terancam pidana penjara.Pidana penjara sama halnya pidana
kurungan, merupakan hukumanperampasan kemerdekaan. Pidana
penjara diancam terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak
ada yang ditunjukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan
kepada wajib pajak.

85
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma KASUS PENGISIAN SPT 1721
PT. INFINITE adalah pabrik ban motor. Berikut adalah data penghasilan karyawan selama
tahun 2017 :
NPWP : 59.546.243.3-112.000
KLU : 55435
Alamat : Jl. Aja Dulu No. 09, Depok
No. Telp : 021-88090610

DATA BIAYA PERUSAHAAN


1. Gaji, Upah, Gratifikasi, Honorarium, THR, dll. Rp 550.000.000

2. Biaya Transportasi Rp 55.000.000

3. Biaya Lainnya Rp 85.500.000

DATA PENGHASILAN PEGAWAI TETAP


1. Nama Wahyudin
NPWP 05.207.031.5-035.423
NIK 123455
Alamat Jl. Juga Akhirnya No. 09, Jakarta
Jabatan Direktur
Status Kawin dengan 2 anak kandung
berstatus pelajar dan tinggal
bersama Adik

Penghasilan setiap bulan selama tahun 2017 adalah :


Keterangan Nominal
(Rp)
Gaji 25.000.000
Tunjangan Transport 250.000
Tunjangan Makan 300.000
Bonus Bulan Juni 2017 15.500.000
Iuran THT 80.000
Iuran Pensiun 20.000
Tunjangan Transport Bulan Oktober 100.000
bertambah

2. Nama Yosepine Meylisa


NPWP 25.773.472.3-604.000

86
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
NIK 123456
Alamat Jl. Terang Benderang No. 09, Jakarta
Jabatan Staff Accounting
Status Kawin dengan 2 anak yang menjadi
tanggungan dan suaminya bekerja

Penghasilan setiap bulan selama tahun 2017 adalah :


Keterangan Nominal
(Rp)
Gaji 18.000.000
Tunjangan Transport 300.000
Tunjangan Makan 300.000
Bonus Bulan Februari 2017 5.000.000
Iuran THT 50.000
Iuran Pensiun 50.000
Tunjangan Transport Bulan Mei Berkurang 20.000

3. Nama Supriadi Akbar


NPWP 27.939.653.5-035.000
NIK 54389
Alamat Jl. Tak Menentu Arah No. 35,
Depok
Jabatan Manager
Status Kawin dengan tidak memiliki
tanggungan

Penghasilan setiap bulan selama tahun 2017 adalah :


Keterangan Nominal
(Rp)
Gaji 20.500.000
Tunjangan Transport 200.000
Tunjangan Makan 250.000
Bonus Bulan September 2017 10.800.000
Iuran THT 50.000
Iuran Pensiun 50.000
Tunjangan Transport Bulan Juli Berkurang 20.000

4. Nama Serly Huzaima


NPWP 46.939.246.8-423.000
NIK 123455
Alamat Jl. Menuju Surga No. 40, Depok
Jabatan Staff Accounting
Status Kawin dengan 1 anak yang menjadi
tanggungan dan suaminya tidak
bekerja

Penghasilan setiap bulan selama tahun 2017 adalah :

87
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma Keterangan Nominal
(Rp)
Gaji 18.000.000
Tunjangan Transport 300.000
Tunjangan Makan 300.000
Iuran THT 50.000
Iuran Pensiun 50.000

88
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
DATA PENGHASILAN PEGAWAI TIDAK TETAP
Nama : Niko Okin
NPWP : 69.902.809.8-325.000
NIK : 15799
Alamat : Jl. Kita Masih Panjang No.12, Jakarta
Status : kawin dan tidak memiliki tanggungan
Penghasilan : Rp. 9.500.000

KOMISARIS
DATA PEGAWAI
Nama : Adimas Baskoro
NPWP : 31.672.082.0-615.000
NIK : 15673
Alamat : Jl. Kita Tak Sama No.793, Jakarta
Status : kawin dengan memiliki 2 tanggungan
Honorarium : Rp. 40.000.000

TENAGA AHLI
DATA PEGAWAI
Nama : Anwar Suhandi
NPWP : 03.140.484.1-212.000
NIK : 171225
Alamat : Jl. Jalan Men No. 5, Jakarta
Status : kawin dengan 2 tanggungan
Honorarium : Rp 85.000.000 (Penilai)

PENERIMA HONORARIUM
DATA PEGAWAI
Nama : Andhika
NPWP : 49.231.557.7-502.000
NIK : 98345
Alamat : Jl. Rindu Milea 34, Jakarta
Status : Kawin dan tidak memiliki tanggungan
Honorarium :Rp.60.000.000

Lembar Jawaban Perhitungan Kasus Pengisian SPT 1721:

89
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
NamaWajibPajak :
Status :
NPWP :

Penghasilan
Gaji
Tunjangan
JKK
JPK
Jumlah Teratur
Sebulan
Jumlah Teratur
Setahun
Bonus/THR
Total
Pengurangan :
Biaya Jabatan
(Maksimal Rp
6.000.000/th)
Iuran (disetahunkan)
Total Pengurang
Penghasilan Netto
Setahun
PTKP
PKP
PPh 21 (Tarif Pasal 17)
5% (Rp 0 s.d. Rp 50jt)
15% (Rp 50jt s.d. Rp
250jt)
25% (Rp 250jt s.d. Rp
500jt)
30% (Diatas Rp 500jt)
PPh 21 Setahun
PPh Setahun atas Gaji
PPh Setahun atas
Bonus/THR
PPh Teratur Masa
Jumlah PPh 21 Masa

PPh Sudah disetor


Kurang/Lebih setor
Desember

90
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
NamaWajibPajak :
Status :
NPWP :
Penghasilan
Gaji
Tunjangan
JKK
JPK
Jumlah Teratur Sebulan
Jumlah Teratur Setahun
Bonus/THR
Total
Pengurangan :
Biaya Jabatan
(Maksimal Rp
6.000.000/th)
Iuran (disetahunkan)
Total Pengurang
Penghasilan Netto
Setahun
PTKP
PKP
PPh 21 (Tarif Pasal 17)
5% (Rp 0 s.d. Rp 50jt)
15% (Rp 50jt s.d. Rp
250jt)
25% (Rp 250jt s.d. Rp
500jt)
30% (Diatas Rp 500jt)
PPh 21 Setahun
PPh Setahun atas Gaji
PPh Setahun atas
Bonus/THR
PPh Teratur Masa
Jumlah PPh 21 Masa

PPh Sudah disetor


Kurang/Lebih setor
Desember

91
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
NamaWajibPajak :
Status :
NPWP :
Penghasilan
Gaji
Tunjangan
JKK
JPK
Jumlah Teratur Sebulan
Jumlah Teratur
Setahun
Bonus/THR
Total
Pengurangan :
Biaya Jabatan
(Maksimal Rp
6.000.000/th)
Iuran (disetahunkan)
Total Pengurang
Penghasilan Netto
Setahun
PTKP
PKP
PPh 21 (Tarif Pasal 17)
5% (Rp 0 s.d. Rp 50jt)
15% (Rp 50jt s.d. Rp
250jt)
25% (Rp 250jt s.d. Rp
500jt)
30% (Diatas Rp 500jt)
PPh 21 Setahun
PPh Setahun atas Gaji
PPh Setahun atas
Bonus/THR
PPh Teratur Masa
Jumlah PPh 21 Masa

PPh Sudah disetor


Kurang/Lebih setor
Desember

92
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
NamaWajibPajak :
Status :
NPWP :
Penghasilan
Gaji
Tunjangan
JKK
JPK
Jumlah Teratur Sebulan
Jumlah Teratur
Setahun
Bonus/THR
Total
Pengurangan :
Biaya Jabatan
(Maksimal Rp
6.000.000/th)
Iuran (disetahunkan)
Total Pengurang
Penghasilan Netto
Setahun
PTKP
PKP
PPh 21 (Tarif Pasal 17)
5% (Rp 0 s.d. Rp 50jt)
15% (Rp 50jt s.d. Rp
250jt)
25% (Rp 250jt s.d. Rp
500jt)
30% (Diatas Rp 500jt)
PPh 21 Setahun
PPh Setahun atas Gaji
PPh Setahun atas
Bonus/THR
PPh Teratur Masa
Jumlah PPh 21 Masa

PPh Sudah disetor


Kurang/Lebih setor
Desember

93
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
TEORI PPN DAN PPnBM

A. DASAR HUKUM
UU No.8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah telah diubah oleh UU No. 18 Tahun 2000, sebagai dasar hukum
PPN adalah tetap UU No.8 Tahun 1983 yang dalam Pasal 20-nya ditentukan bahwa UU ini dapat
disebut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan saat ini telah diubah menjadi UU
No. 42 Tahun 2009
B. KARAKTERISTIK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
1. Pajak Tidak Langsung
2. Pajak Objektif
3. Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
4. Bersifat Multi Satge Levy (dikenakan pada setiap jalur distribusi barang / jasa)
5. Perhitungan dengan Indirect Substraction Method (mengurangkan PPN yang dipungut
penjual atas penyerahan barang/jasa dengan PPN yang dibayar kepada penjual lain atas
perolehan barang/jasa)
6. Tarif tunggal

C. MEKANISME PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


1. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai yang bersifat umum diatur dalam Pasal 9 dan
13 UU PPN 1984
a. Setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP)
atau Jasa KenaPajak (JKP) diwajibkan membuat Faktur Pajak untuk memungut Pajak
yang terutang. Pajak yangdipungut dinamakan Pajak Keluaran / PK (Output Tax). Hal
ini sesuai dengan basis akrual (AccrualBassis) yang digunakan oleh UU PPN 1984.
b. Pada saat Penguasaha Kena Pajak tersebut diatas membeli Barang Kena Pajak atau
menerima JasaKena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak lain, juga membayar pajak yang
terutang, yang dinamakanPajak Masukan / PM (Input Tax)
c. Pada akhir masa Pajak, Pajak masukan tersebut dikreditkan dengan pajak keluaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal jumlah Pajak Keluaran lebih besar
dari pada jumlah PajakMasukan, maka kekuranganya dibayar ke kas negara selambat–
lambatnya akhir bulan berikutnya.(PK > PM = Kurang Bayar)

94
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
d. Apabila Jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka kelebihan
pembayaran pajak masukan ini dapat dikompensasikan dengan utang pajak dalam masa
pajak berikutnya atau diminta kembali (restitusi). (PM > PK = Lebih Bayar)
e. Pada akhir masa pajak, setiap Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan pemungutan
dan pembayaran Pajak yang terutang kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat,selambat–lambatnya akhir bulan berikutnya.

2.Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai yang bersifat khusus diatur dalam Pasal 16A UU
PPN Tahun 1984
a. Instansi pemerintah, badan atau orang yang ditunjuk sebagai Pemungut PPN
b. Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
kepada pemungut PPN, wajib membuat Faktur Pajak
c. Pada saat pemungut pajak tersebut melakukan pembayaran Harga Jual atau
penggantian,“memungut” pajak yang terutang, kemudiaan menyetorkan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama Pengusaha Kena Pajak tersebut
pada butir (b) dan melaporkan kepada KPP setempat.
d. SSP tersebut pada butir (c) kemudiaan diserahkan kepada Pengusaha Kena Pajak yang
bersangkutan.

D. OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas:
a. Penyerahan BKP (Barang Kena Pajak)didalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi, baik
pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan.
b. Impor Barang Kena Pajak (BKP).
Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak dan pemungutannya dilakukan
melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam
rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya, tetap dikenai pajak.
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)yang dilakukan didalam daerah pabean oleh
pengusaha.

95
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik pengusaha
yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan.
Penyerahan Jasa Kena Pajak yang telah diatur pada Pasal 1 angka 7 UndangUndang Nomor
18Tahun 2000:
 Setiap kegiatan pemberian JKP, termasuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma-
cuma atas Jasa Kena Pajak
 Sama hal nya dengan pemakaian sendiri atau pemberian cuma-cuma atas BKP,
pemakaian sendiri atau pemberian cuma-cuma atas JKP juga harus dikenakan PPN
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean
Untuk memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor Barang Kena
Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean yang
dimanfaatkan oleh siapapun di dalam Daerah Pabean juga dikenai PPN
e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam
Daerah Pabean dikenai PPN
f. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanya pengusaha yang
telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor BKP tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Dalam (UU PPN pasal 4 ayat (1)) Yang dimaksud Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
adalah
 Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusasteraan, kesenian, atau
karya ilmiah,paten, desain, atau model, rencana, formula, atau proses rahasia, merek
dagang, atau bentuk hak kekayaan intelktual/industrial.
 Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial atau
 Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial
h. Ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak
Dalam (UU PPN pasal 4 ayat (1)) yang termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak
adalah penyerahan Jasa Kena Pajak daridalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkandan melakukan ekspor Barang Kena Pajak

96
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
Berwujud atas dasar pesanan atau permintaandengan bahan dan/atau petunjuk dari
pemesan di luar Daerah Pabean

E. YANG TERMASUK DALAM PENGERTIAN PENYERAHAN BARANG


KENAPAJAK
Penyerahan BKP yang telah diatur dalam Pasal 1A angka 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2000:
 Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.
 Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing.
 Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.
 Pemakaian sendiri atau pemberiaan cuma – cuma atas BKP
 Persediaan BKP dan Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar cabang.
 Penyerahan BKP secara konsinyasi
 Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada
pihak yang membutuhkan BKP

F. TIDAK TERMASUK DALAM PENGERTIAN PENYERAHAN BARANG KENA


PAJAK
Diatur dalam (Pasal 1A angka 2 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000)
 Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam KUHD.
 Penyerahan BKP untuk jaminan hutang-piutang.
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan antar cabang bagi PKP yang memperoleh izin
melakukan pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak.
 Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah PKP.
 BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.

G.TIDAK TERMASUK BARANG KENA PAJAK


Jenis Barang Tidak Kena Pajak (Pasal 4A ayat (2) Perubahan Ketiga Undang-Undang PPN 1984)

97
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,
Gunadarma
seperti: minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, biji timah, biji emas,dst.
 Barang – barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti :
beras,gabah, jagung, sagu, gandum, kedelai, garam baik yang beryodium atau tidak,
daging, telur, buah,dan sayur-sayuran.
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan
sejenisnya, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga
atau cattering.
 Uang, emas batangan, dan surat – surat berharga (saham, obligasi)

I. TIDAK TERMASUK JASA KENA PAJAK


1. Jasa pelayanan kesehatan medis
2. Jasa pelayanan sosial
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi
6. Jasa keagamaan
7. Jasa pendidikan
8. Jasa kesenian dan hiburan
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
10. Jasa angkutan umum di darat dan air
11. Jasa tenaga kerja
12. Jasa perhotelan
13. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum
14. Jasa penyediaan tempat parkir
15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
17. Jasa boga atau catering
ii.

J. KEWAJIBAN PKP
Diatur dalam Pasal 3A ayat (1) dan (2)
a) Memiliki Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ( NPPKP )

98
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
 Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak ( Pasal 2 ayat (2) UU
Gunadarma
KUP)
b) Memungut Pajak Terutang
 Membuat Faktur Pajak / FP ( Pasal 13 UU PPN 1984 )
c) Menyetor Pajak Terutang
 Wajib mencatat sejumlah perolehan dan penyerahan BKP / JKP dalam pembukuan
danpengkreditan Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan ( Pasal 6 dan UU KUP )
d) Melaporkan Pajak Terutang
 Mengisi dan menyampaikan SPT MASA PPN ( Pasal 13 UU KUP )

K. SYARAT PAJAK MASUKAN DAPAT DIKREDITKAN


1. Pengusaha yang melakukan pengkreditan telah berstatus PKP (sudah dikukuhkan)
2. Adanya bukti Pajak Masukan dalam bentuk Faktur Pajak Standar / Khusus yang sah, benar
dan lengkap.
3. Dilakukan dalam masa pajak yang sama, namun masih memungkinkan pada masa pajak
berikutnya, sepanjang tidak melampaui bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku dan
belum dibebankan sebagai biaya serta belum dilakukan pemeriksaan.
4. Pajak Masukan yang dikreditkan berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yaitu
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran dan manajemen dengan syarat
ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang PPN dan sifatnya tidak untuk tujuan
konsumtif direksi, dewankomisaris, karyawan, dan pemegang saham.

L. PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN


1. Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP untuk pemanfaatan BKP / JKP dari luar daerah
pabean, sebelum pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
2. Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha.
3. Yang dibayar untuk perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor jenis sedan dan
station wagon, kecuali jika barang tersebut adalah untuk persediaan barang dagangan atau
untuk digunakan langsung sesuai dengan bidang usahannya, Misalnya usaha persewaan
kendaraan bermotor.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.

99
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
5. Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 atau ayat 9 UU PPN atau tidak mencantumkan nama,
alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP.
6. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6
UU PPN.
7. Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan
pajak.
8. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannnya tidak dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
9. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 ayat 2A UU PPN.
10. Perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN.

M. TARIF PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


Diatur dalam Pasal 7, Pasal 1 angka 26 dan Pasal 8A
1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% ( Sepuluh Persen )
2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% ( Nol Persen )
3) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagai mana maksud dapat diubah menjadi
serendah – rendahnya 5% ( Lima Persen ) dan setinggi – tingginya 15% ( Lima Belas
Persen )

N. SYARAT TERUTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi tiga syarat yang bersifat kumulatif
dansaling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu:
 Barang atau jasa yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
 Penyerahannya dilakukan di dalam Daerah Pabean
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiaan usaha atau pekerjaannya.

O. SUBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


1. Pengusaha Kena Pajak ( PKP )
a. Pabrikan / Produsen termasuk Pengusaha Real Estate / Industrial estate / Developer.
b. Importir, Indentor

100
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
c. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan Pabrikan dan atau Importir.
d. Agen Utama dan Penyalur Utama dari Pabrikan dan atau Importir.
e. Pemegang Hak Patent dan Merk Dagang.
f. Pemborong bangunan dan harta tetap lainnya

2. Pengusaha Kecil Yang Dikukuhkan Menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) Yang
bukan merupakan subyek PPN
a. Pengusaha yang menghasilkan barang-barang pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan yang belum diolah lebih lanjut.
b. Pengusaha Kecil (Mereka juga tidak boleh memungut PPN).
c. Pengusaha Jasa, untuk jasa-jasa yang tidak dikenai pajak sesuai dengan UU No.42
tahun 2009.

P.PIHAK YANG WAJIB MEMBAYAR/MENYETORKAN DAN MELAPOR


PPN/PPnBM
1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2. Pemungut PPN / PPnBM adalah :
 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
 Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah
 Direktorat Jenderal Bea dan CukaI

Q.YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH / PPnBM


1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah yang dilakukan oleh pengusaha
yangmenghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah tersebut didalam daerah
pabean dalamkegiatan usaha atau pekerjaannya.
2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah.
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan
BarangKena Pajak yang tergolong Mewah oleh Pengusaha yang menghasilkan atau pada
waktu impor

R. TARIF PPN dan PPnBM


PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak dengan DPP. Tarif PPN
dan PPnBM adalah sebagai berikut :

101
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
1. Tarif PPN adalah 10%
Tarif tersebut diatas dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang
perubahan tarifya diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 7 ayat (3) UU PPN)
2. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas ekspor BKP berwujud, BKP tidak berwujud, dan
JKP
3. Tarif Pajak atas Penjualan Barang Mewah adalah paling rendah 20% (Dua Puluh Persen)
dan paling tinggi 75% (Tujuh Puluh Lima Persen). Berdasarkan peraturan terbaru PMK
Nomor 35/PMK.010/2017 Tahun 2017.
Terdapat dua kelompok besar Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yakni yang
termasuk Kelompok Kendaraan Bermotor dan Kelompok Selain Kendaraan Bermotor.
Untuk kendaraan bermotor diterapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
41 Tahun 2013 Tentang Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan
Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Sementara itu untuk selain
kendaraan bermotor peraturannya telah diperbarui dalam Peraturan Menteri Keuangan
PMK Nomor 35/PMK.010/2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah
selain Kendaraan Bermotor yang dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
berlaku sejak 1 Maret 2017.
4. Atas Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%
(Nol Persen).

S. DASAR PENGENAAN PAJAK ( DPP )


1. Harga Jual
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
/pembeli jasa karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
dicantumkandalam faktur pajak.
2. Penggantian
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
/pembeli jasa karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak berwujud, tetapi
tidaktermasuk PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
3. Nilai Impor
Impor Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
lainnyayang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Perundangundangan
Pabean untukimpor BKP, tidak termasuk PPN.
4. Nilai Ekspor
102
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh eksportir.
5. Nilai Lain
Nilai berupa uang yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar
untukmenghitung pajak yang terutang.

103
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

A. DASAR HUKUM
Undang –Undang No. 12 tahun 1985 diperbaharui melalui Undang-Undang No. 12 tahun1994.
Terakhir, diperbaharui melalui Undang-undang No. 28 tahun 2009tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
B. PENGERTIAN PAJAKBUMI DAN BANGUNAN
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan
berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan.Keadaan subjek (siapa yang membayar)
tidak ikut menentukan besarnya pajak.
C. OBJEK PAJAK BUMI DANBANGUNAN
Bumi dan atau bangunan, kecualikawasan yang digunakan untuk kegiatanusaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan (Pasal 77 ayat 1).
D. PENGERTIAN BUMI DANBANGUNAN
 Bumi adalah permukaan bumi(tanah dan perairan)dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Contoh: Sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang.
 Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secaratetap pada tanah
/ perairan di wilayah Republik Indonesia.
Contoh:Rumah tempat tinggal, bangunan, gedung, jalantol, kolam renang, anjungan minyak lepas
pantai, pusat perbelanjaan.
E. KRITERIA OBJEK PAJAK YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN
1. Digunakan untuk melayani kepentingan umum yang tidakdimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan.
2. Digunakan untukpemakaman, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.
3. Merupakanhutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan
yang dikuasai oleh desa, dan tanahnegarayang belum dibebani suatu hak.
4. Digunakan olehperwakilandiplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
5. Digunakan oleh badan atau perwakilanorganisasi internasional yang ditentukan oleh menteri
keuangan.

104
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
F. SUBJEK PAJAK BUMI DANBANGUNAN
Menurut pasal 78 ayat 1 dan 2, subjek PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata:
 Mempunyai suatu hak atas bumi, danatau;
 Memperoleh manfaat atas bumi, danatau;
 Memiliki bangunan, danatau;
 Menguasai bangunan, danatau;
 Memanfaatkan atasbangunan

Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.
G. DASAR PENGENAAN PAJAKBUMI DANBANGUNAN
Dasar pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditetapkan per wilayah
berdasarkan keputusan menteri keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
139/PMK.03/2014 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan :
 Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secarawajar.
 Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan
fungsinya sama dan telah diketahui hargajualnya.
 Nilai jual bangunan per meter persegi adalah nilai bangunan per meter persegiyang diperoleh
melalui nilai perolehan baru.
 Nilai JualObjek PajakPengganti.
H. NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAKKENA PAJAK (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidakkena pajak. Besarnya
NJOPTKP berdasarkan KMK RI NOMOR 201/KMK.04/2000 Pasal 2 adalah setinggi-
tingginya Rp12.000.000, sedangkan berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (4)
besarnya NJOPTKP ditentukan paling rendah adalah Rp 10.000.000,00 dan penetapannya
dilakukan oleh masing-masing KepalaDaerah. Dengan ketentuan sebagai berikut:
o Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak1 kali dalam satu
tahunpajak.
o Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa objek pajak, makayang mendapat pengurangan
NJOPTKP hanya satu objek pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan objek
pajaklainnya.
I. DASAR PERHITUNGAN PAJAKBUMI DANBANGUNAN
Dasar Penghitungan Pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJOKP) yang merupakan hasil dari
pengurangan NJOP dengan NJOPTKP.Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 dalam perhitungan
PBB tidak lagi mengenal besarnya NJKP.

105
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
J. TARIF PAJAK BUMI DANBANGUNAN
a. Tarif PBBadalah paling tinggi sebesar 0,3% (pasal80).
b. Tarif PBB untuk wilayah Jakarta:
 NJOPKP Kurang dari Rp 200.000.000 =0,01%
 NJOPKP Rp 200.000.000 – Rp 2.000.000.000 = 0,1 %
 NJOPKP Rp2.000.000.000 – Rp10.000.000.000 = 0,2 %
 NJOPKP Diatas Rp 10.000.000.000 = 0,3 %
 NJOPKP Kurang dari Rp 1.000.000.000 dengan luas dibawah 100 m2 yang dimaksud
adalah Rumah/Rusun/Rusunami yang berada diluar Real Estate tidak dikenakan PBB
(Sesuai dengan PERGUBNO. 259 Tahun 2015 Tentang pembebasan PBB Perdesaan
dan Perkotaan atasrumah)
c. Tarif PBB untuk wilayah kota Depok :
 NJOPKP Kurang dari Rp 1.000.000.000 = 0,125%
 NJOPKP Diatas Rp 1.000.000.000 = 0,25 %
d. Tarif PBB untuk wilayah kota Bekasi :
 NJOPKP sampai dengan Rp 500.000.000 = 0,1%
 NJOPKP diatas Rp 500.000.000 = 0,15%
 NJOPKP diatas Rp 1.000.000.000 = 0,25%
e. Tarif PBB untuk wilayah kota Bogor :
 NJOPKP Kurang dari Rp 1.000.000.000 = 0,1%
 NJOPKP Diatas Rp 1.000.000.000 = 0,2 %
f. Tarif PBBuntuk wilayah kab. Bogor :
 NJOPKP Kurang dari Rp 1.000.000.000 = 0,11 %
 NJOPKP Diatas Rp 1.000.000.000 = 0,22 %

K. PEMBAGIAN HASIL PENERIMAANPBB


Saat ini hasil penerimaan PBB 100% (seratus persen) diterima dan diatur oleh pemerintah daerah
sehingga tidak ada lagi pembagian bagian dengan pemerintah pusat, provinsi, dan pihak lainnya
sepertisebelumnya.
Contoh kasus 1
Tn. Abdillahialah Pengusaha Sepatu terkenaldan memiliki tanah serta sebuah bangunan
berupa rumah di Daerah Kemang,Jakarta dengan data sebagai berikut :

 Tanahseluas1300m2 dengan nilai jual Rp5.650.000per m2


 Bangunanseluas400 m2 dengan nilai jual Rp3.250.000.000per m2

106
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
 Tamanseluas 320 m2 dengan nilaijual Rp2.900.000per m2
Gunadarma
 Kolam renang 200 m2 dengan nilai jual Rp2.000.000per m2
 Dengan NJOPTKP yang telah ditetapkan sebesar Rp12.000.000

Jawaban : (dalam ribuanrupiah)

No Uraian Nilai Jual Konversi Kelas Luas Jumlah NJ


per m2 NJOP (m²)
1 Tanah 5.650 5.625 045 1.300 7.312.500
2 Bangunan 3.250 3.100 016 400 1.240.000
3 Taman 2.900 3.100 016 320 992.000
4 Kolam Renang 2.000 1.833 019 200 366.000

5 Jumlah NJOP Dasar sebagai perhitungan 9.911.100


6 NJOPTKP 12.000
7 NJOPKP 9.899.100
8 PBB (0,2% x NJOKP) 1.979.820

Contoh Kasus 2
Tn. Sutaryo mempunyai sebuah rumah yang terletak di Kelapa Dua,Depok dan memiliki
sebuah toko yang terletak di derah Beji, kota Depok, dan memiliki rincian sebagai berikut :

 Rumah di Depok:
 Tanah seluas 600 m2 dengan nilai jual Rp 3.000.000 perm2
 Bangunan seluas 300 m2 dengan nilai jual Rp 1.800.000 perm2
 Toko Di kota Depok:
 Tanah seluas 600 m2 dengan nilai jual Rp 3.200.000 perm2
 Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp 2.150.000 perm2
Berapakah PBB yang terutang atas masing – masing objek pajak yang dimiliki Tn.
Sutaryojika ditetapkan untuk NJOPTKP di Depok Rp10.000.000?

107
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
Jawaban : (dalam ribuanrupiah)
Rumah di Depok

No Uraian Nilai Jual Konversi Kelas Luas Jumlah NJ


per m2 NJOP (m²)
1 Tanah 3.000 2.925 052 600 1.755.000
2 Bangunan 1.800 1.833 019 300 549.900
3 Jumlah NJOP Dasar sebagai perhitungan 2.304.900
4 NJOPTKP 0
5 NJOPKP 2.304.900
6 PBB (0,25% x NJOPKP) 5.762,25

Toko di Depok

No Uraian Nilai Jual Konversi Kelas Luas Jumlah NJ


per m2 NJOP (m²)
1 Tanah 3.200 3.100 051 600 1.860.000
2 Bangunan 1.850 1.516 020 400 606.400
3 Jumlah NJOP Dasar sebagai perhitungan 2.266.400
4 NJOPTKP 10.000
5 NJOPKP 2.450.000
6 PBB (0,25% x NJOPKP) 6.141

Penentuan klasifikasi dari bumi dan bangunan didasarkanpada Keputusan Menteri Keuangan,
dan untuk peraturan yang terbaru adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.03/2014
tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai DasarPengenaan Pajak
Bumi dan Bangunan, yang menggantikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
150/PMK.03/2010. Lihat Tabel1 dan2.

108
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
KLASIFIKASI NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BUMI
UNTUK OBJEK PAJAK SEKTOR PERDESAAN DAN SEKTOR PERKOTAAN

Kelas Pengelompokan Nilai Jual Bumi Nilai Jual Objek Pajak


(Rp/m2) (NJOP) (Rp/m2)
001 > 67.390.000,00 s/d 69.700.000,00 68.545.000,00
002 > 65.120.000,00 s/d 67.390.000,00 66.255.000,00
003 > 62.890.000,00 s/d 65.120.000,00 64.000.000,00
004 > 60.700.000,00 s/d 62.890.000,00 61.795.000,00
005 > 58.550.000,00 s/d 60.700.000,00 59.625.000,00
006 > 56.440.000,00 s/d 58.550.000,00 57.495.000,00
007 > 54.370.000,00 s/d 56.440.000,00 55.405.000,00
008 > 52.340.000,00 s/d 54.370.000,00 53.355.000,00
009 > 50.350.000,00 s/d 52.340.000,00 51.345.000,00
010 > 48.400.000,00 s/d 50.350.000,00 49.375.000,00
011 > 46.490.000,00 s/d 48.400.000,00 47.445.000,00
012 > 44.620.000,00 s/d 46.490.000,00 45.555.000,00
013 > 42.790.000,00 s/d 44.620.000,00 43.705.000,00
014 > 41.000.000,00 s/d 42.790.000,00 41.895.000,00
015 > 39.250.000,00 s/d 41.000.000,00 40.125.000,00
016 > 37.540.000,00 s/d 39.250.000,00 38.395.000,00
017 > 35.870.000,00 s/d 37.540.000,00 36.705.000,00
018 > 34.240.000,00 s/d 35.870.000,00 35.055.000,00
019 > 32.650.000,00 s/d 34.240.000,00 33.445.000,00
020 > 31.100.000,00 s/d 32.650.000,00 31.875.000,00
021 > 29.590.000,00 s/d 31.100.000,00 30.345.000,00
022 > 28.120.000,00 s/d 29.590.000,00 28.855.000,00
023 > 26.690.000,00 s/d 28.120.000,00 27.405.000,00
024 > 25.300.000,00 s/d 26.690.000,00 25.995.000,00
025 > 23.950.000,00 s/d 25.300.000,00 24.625.000,00
026 > 22.640.000,00 s/d 23.950.000,00 23.295.000,00
027 > 21.370.000,00 s/d 22.640.000,00 22.005.000,00
028 > 20.140.000,00 s/d 21.370.000,00 20.755.000,00
029 > 18.950.000,00 s/d 20.140.000,00 19.545.000,00
030 > 17.800.000,00 s/d 18.950.000,00 18.375.000,00
031 > 16.690.000,00 s/d 17.800.000,00 17.245.000,00
032 > 15.620.000,00 s/d 16.690.000,00 16.155.000,00

109
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
033 > 14.590.000,00 s/d 15.620.000,00 15.105.000,00
034 > 13.600.000,00 s/d 14.590.000,00 14.095.000,00
035 > 12.650.000,00 s/d 13.600.000,00 13.125.000,00
036 > 11.740.000,00 s/d 12.650.000,00 12.195.000,00
037 > 10.870.000,00 s/d 11.740.000,00 11.305.000,00
038 > 10.040.000,00 s/d 10.870.000,00 10.455.000,00
039 > 9.250.000,00 s/d 10.040.000,00 9.645.000,00
040 > 8.500.000,00 s/d 9.250.000,00 8.875.000,00
041 > 7.790.000,00 s/d 8.500.000,00 8.145.000,00
042 > 7.120.000,00 s/d 7.790.000,00 7.455.000,00
043 > 6.490.000,00 s/d 7.120.000,00 6.805.000,00
044 > 5.900.000,00 s/d 6.490.000,00 6.195.000,00
045 > 5.350.000,00 s/d 5.900.000,00 5.625.000,00
046 > 4.840.000,00 s/d 5.350.000,00 5.095.000,00
047 > 4.370.000,00 s/d 4.840.000,00 4.605.000,00
048 > 3.940.000,00 s/d 4.370.000,00 4.155.000,00
049 > 3.550.000,00 s/d 3.940.000,00 3.745.000,00
050 > 3.200.000,00 s/d 3.550.000,00 3.375.000,00
051 > 3.000.000,00 s/d 3.200.000,00 3.100.000,00
052 > 2.850.000,00s/d 3.000.000,00 2.925.000,00
053 > 2.708.000,00 s/d 2.850.000,00 2.779.000,00
054 > 2.573.000,00 s/d 2.708.000,00 2.640.000,00
055 > 2.444.000,00 s/d 2.573.000,00 2.508.000,00
056 > 2.261.000,00 s/d 2.444.000,00 2.352.000,00
057 > 2.091.000,00 s/d 2.261.000,00 2.176.000,00
058 > 1.934.000,00 s/d 2.091.000,00 2.013.000,00
059 > 1.789.000,00 s/d 1.934.000,00 1.862.000,00
060 > 1.655.000,00 s/d 1.789.000,00 1.722.000,00
061 > 1.490.000,00 s/d 1.655.000,00 1.573.000,00
062 > 1.341.000,00 s/d 1.490.000,00 1.416.000,00
063 > 1.207.000,00 s/d 1.341.000,00 1.274.000,00
064 > 1.086.000,00 s/d 1.207.000,00 1.147.000,00
065 > 977.000,00 s/d 1.086.000,00 1.032.000,00
066 > 855.000,00 s/d 977.000,00 916.000,00
067 > 748.000,00 s/d 855.000,00 802.000,00
068 > 655.000,00 s/d 748.000,00 702.000,00
069 > 573.000,00 s/d 655.000,00 614.000,00
070 > 501.000,00 s/d 573.000,00 537.000,00
071 > 426.000,00 s/d 501.000,00 464.000,00

110
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
072 > 362.000,00 s/d 426.000,00 394.000,00
073 > 308.000,00 s/d 362.000,00 335.000,00
074 > 262.000,00 s/d 308.000,00 285.000,00
075 > 223.000,00 s/d 262.000,00 243.000,00
076 > 178.000,00 s/d 223.000,00 200.000,00
077 > 142.000,00 s/d 178.000,00 160.000,00
078 > 114.000,00 s/d 142.000,00 128.000,00
079 > 91.000,00 s/d 114.000,00 103.000,00
080 > 73.000,00 s/d 91.000,00 82.000,00
081 > 55.000,00 s/d 73.000,00 64.000,00
082 > 41.000,00 s/d 55.000,00 48.000,00
083 > 31.000,00 s/d 41.000,00 36.000,00
084 > 23.000,00 s/d 31.000,00 27.000,00
085 > 17.000,00 s/d 23.000,00 20.000,00
086 > 12.000,00 s/d 17.000,00 14.000,00
087 > 8.400,00 s/d 12.000,00 10.000,00
088 > 5.900,00 s/d 8.400,00 7.150,00
089 > 4.100,00 s/d 5.900,00 5.000,00
090 > 2.900,00 s/d 4.100,00 3.500,00
091 > 2.000,00 s/d 2.900,00 2.450,00
092 > 1.400,00 s/d 2.000,00 1.700,00
093 > 1.050,00 s/d 1.400,00 1.200,00
094 > 760,00 s/d 1.050,00 910,00
095 > 550,00 s/d 760,00 660,00
096 > 410,00 s/d 550,00 480,00
097 > 310,00 s/d 410,00 350,00
098 > 240,00 s/d 310,00 270,00
099 >170,00 s/d 240,00 200,00
100 <170,00 140,00

KLASIFIKASI NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BANGUNAN


UNTUK OBJEK PAJAK SEKTOR PERDESAAN DAN SEKTORPERKOTAAN

Kelas Pengelompokan Nilai Jual Bangunan Nilai Jual Objek Pajak


(Rp/m2) (NJOP) Bangunan
(Rp/m2)
001 > 14.700.000,00 s/d 15.800.000,00 15.250.000,00

111
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
002 > 13.600.000,00 s/d 14.700.000,00 14.150.000,00
003 > 12.550.000,00 s/d 13.600.000,00 13.075.000,00
004 > 11.550.000,00 s/d 12.550.000,00 12.050.000,00
005 > 10.600.000,00 s/d 11.550.000,00 11.075.000,00
006 > 9.700.000,00 s/d 10.600.000,00 10.150.000,00
007 > 8.850.000,00 s/d 9.700.000,00 9.275.000,00
008 > 8.050.000,00 s/d 8.850.000,00 8.450.000,00
009 > 7.300.000.00 s/d 8.050.000,00 7.675.000,00
010 > 6.600.000,00 s/d 7.300.000,00 6.950.000,00
011 > 5.850.000,00 s/d 6.600.000,00 6.225.000,00
012 > 5.150.000,00 s/d 5.850.000,00 5.500.000,00
013 > 4.500.000,00 s/d 5.150.000,00 4.825.000,00
014 > 3.900.000,00 s/d 4.500.000,00 4.200.000,00
015 > 3.350.000,00 s/d 3.900.000,00 3.625.000,00
016 > 2.850.000,00 s/d 3.350.000,00 3.100.000,00
017 > 2.400.000,00 s/d 2.850.000,00 2.625.000,00
018 > 2.000.000,00 s/d 2.400.000,00 2.200.000,00
019 > 1.666.000,00 s/d 2.000.000,00 1.833.000,00
020 > 1.366.000,00 s/d 1.666.000,00 1.516.000,00
021 > 1.034.000,00 s/d 1.366.000,00 1.200.000,00
022 > 902.000,00 s/d 1.034.000,00 968.000,00
023 > 744.000,00 s/d 902.000,00 823.000,00
024 > 656.000,00 s/d 744.000,00 700.000,00
025 > 534.000,00 s/d 656.000,00 595.000,00
026 > 476.000,00 s/d 534.000,00 505.000,00
027 > 382.000,00 s/d 476.000,00 429.000,00
028 > 348.000,00 s/d 382.000,00 365.000,00
029 > 272.000,00 s/d 348.000,00 310.000,00
030 > 256.000,00 s/d 272.000,00 264.000,00
031 > 194.000,00 s/d 256.000,00 225.000,00
032 > 188.000,00 s/d 194.000,00 191.000,00
033 > 136.000,00 s/d 188.000,00 162.000,00
034 > 128.000,00 s/d 136.000,00 132.000,00
035 > 104.000,00 s/d 128.000,00 116.000,00
036 > 92.000,00 s/d 104.000,00 98.000,00
037 > 74.000,00 s/d 92.000,00 83.000,00
038 > 68.000,00 s/d 74.000,00 71.000,00
039 > 52.000,00 s/d 68.000,00 60.000,00
040 < 52.000,00 50.000,00

112
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
SOAL-SOAL PRAKTIKUM

1. Bapak Ibnu memilikisebidang tanah dan bangunan di wilayah kota Bogor. Luas tanahtersebut
600 m2 dengan nilai jual sebesar Rp 800.000/m2 dan luas bangunan 300m2 dengan nilai jual
Rp 650.000/m2. Dan nilai NJOPTKP Rp 10.000.000,-. Hitunglah berapa besarnya PBByang
harus dibayar BapakIbnu?

2. Umar memiliki 2 obyek PBB yang terletak di Sunterdan Kelapa Gading Jakarta. Berikut ini
adalahdata-data dari kedua obyektersebut.
 DiSunter
 Tanah seluas 600M2 dengan nilai jual Rp5.100.000/M2
 Bangunan rumah seluas 500M2 dengan nilai jual Rp900.000/M2
 Kolam Renangmewah seluas 100 M2 dengan nilai jual Rp175.000/M2
 DiKelapa Gading
 Tanah seluas 1100 M2 dengan nilai jual Rp 1.100.000/M2
 Bangunan rumah seluas 650M2 dengan nilai jual Rp2.500.000/M2
 Taman mewah seluas 100M2 dengan nilai jual Rp490.000/M2
 Kolam renang seluas 150M2 dengan nilai jual Rp500.000/M2
Berapakah PBByang terutang atas kedua obyekpajak yang dimiliki Umar jika diketahui
NJOPTKP di Jakarta Rp12.000.000?

3. ChandramempunyaiObyek PBB yang letaknya di Jakarta. Obyek PBB tersebut antara lain:
 Tanah seluas 1100 M2 dengan nilai jual Rp 5.500.000/M2
 Rumah seluas 400 M2 dengan nilai jual Rp 3.000.000/M2
 Taman mewah seluas 300 M2 dengan nilai jual Rp 2.800.000/M2
 Pagar mewah sepanjang 200 M dengan nilai jual Rp 2.000.000/M2
Berapakah besarnya PBByang terutang yang harus dibayar Bimbimdengan ketentuan pemerintah
setempatuntuk NJOPTKP sebesar Rp12.000.000?

113
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)


A. DASAR HUKUM
Undang – Undang No.21 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang – Undang No. 20
Tahun 2000 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001. Terakhir diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

B. PENGERTIAN BPHTB
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunanadalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak
atas tanah dan bangunan. Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor5
Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 16 Tahun
1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan perundang- undangan lainnya.

C. PEROLEHAN HAKATAS TANAH DAN BANGUNANMELIPUTI:


1. Pemindahan hak karena :
 JualBeli
 TukarMenukar
 HibahWasiat
 Penggabungan Usaha
 Waris
 Hibah
 Pemasukan dalam perseroan / Badan hukum lain
 Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak
 Penunjukan pembeli dalamlelang
 Peleburan Usaha
 PemekaranUsaha
 Pelaksanaan Putusan Hakim yang mempunyai kekuatan hukumtetap
2. Pemberian hak baru karena:
 Kelanjutan PelepasanHak
 Di luar pelepasanhak

114
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
D. HAK ATAS TANAH SEBAGAI PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN
 Hakmilik
 Hak guna usaha
 Hak guna bangunan
 Hakpakai
 Hak milik atas satuan rumah susun
 Hakpengelolaan

E. SUBJEK PAJAK BPHTB


Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah atau bangunan (pasal 86 ayat
1).

F. OBJEK PAJAK BPHTB


Perolehan hak atas tanah atau bangunan (pasal 85 ayat 1) yang dapat berupa:
1. Tanah termasuk tanaman diatasnya
2. Tanah danBangunan
3. Bangunan

G. OBJEK PAJAK YANGTIDAK DIKENAKANBPHTB


Objek Pajak yang tidak dikenakan BPHTB ditetapkan dalam Pasal 3 UU No.21 Tahun
1997 Jo UU No.20 Tahun 2000,yaitu:

1. Objek Pajak yang diperoleh Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas


perlakuan timbalbalik.
2. Objek pajak yang diperoleh negarauntuk menyelenggarakan pemerintahan dan atau untuk
pelaksanaan pembangunan gunakepentingan umum dan yang semata – mata tidak
digunakan untuk mencari keuntungan.
3. Objek pajak yang diperoleh badan atau perwakilanorganisasi internasional yang ditetapkan
dengan keputusan menteri keuangan dengan syarat tidak melakukan atau menjalankan
kegiatanlaindiluar fungsidan tugas badan / perwakilan organisasi tersebut.
4. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena

115
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
perbuatan hukumlain dengan tidak ada perubahannama.
5. Objek pajak yang diperolehorang pribadi / badan karenawakaf.

6. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi / badan yang digunakan untuk kepentinganibadah.

H. TARIF BPHTB
Tarif BPHTB adalah setinggi-tingginya sebesar 2,5%, dan serendah-rendahnya 1% dan untuk
kepentingan pemerintah 0% (Peraturan Pemerintah RI No, 34 Tahun 2016) dapat dijabarkan
sebagai berikut:

 2,5% Dikenakan dari jumlahbruto nilai pengalihan hakatas tanah dan/atau bangunan selain
berupa rumah sederhana atau rusun sederhana yang dilakukan wajib pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hakatas tanah dan/ataubangunan.
 1% Dikenakan dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa
rumah Sederhana dan Rusun sederhana yang dilakukan oleh wajib pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
 0% Dikenakan atas pengalihan hakatas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah, badan
usaha milik Negara yang mendapat penugasankhusus dari Pemerintah, atau badan usaha
milik daerah yang mendapat penugasankhusus dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud
dalam UU yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.

I. DASAR PENGENAAN PAJAK


Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (Pasal 6 UU No. 21 Tahun
1997 jo. UU No. 20 Tahun 2000)

 Yang dimaksud Nilai Perolehan Objek Pajak adalah dalam hal:


a. Jual Beli adalah hargatransaksi
b. Tukar Menukar adalah NilaiPasar
c. Hibah adalah NilaiPasar
d. Hibah Wasiat adalah NilaiPasar
e. Warisan adalah NilaiPasar
f. Pemasukan dalam perseroan/badan hukum lainnya adalah NilaiPasar
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah Nilai Pasar

116
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
h. Peralihan Hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum
adalah NilaiPasar
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah Nilai
Pasar

j. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan di luar pelepasan hak adalah Nilai
Pasar
k. Penggabungan usaha adalah Nilai Pasar
l. Peleburan usaha adalah NilaiPasar
m. Pemekaran usaha adalah NilaiPasar
n. Hadiah adalah Nilai Pasar
o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah HargaTransaksi yang Tercantum dalam Risalah
Lelang
p. Pemberian hakbaru
 Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak tidakdiketahui ataulebih rendah daripada Nilai
Jual Objek Pajak Yang digunakan dalam pengenaanPBB pada tahun terjadinya
perolehan dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak Bumi
danBangunan.
 Apabila Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan belum ditetapkan, besarnya Nilai
Jual Objek Pajak bumi dan bangunan ditetapkan olehmenteri.
 Jika didalam kasus terdapat dua nilai yaitu nilai perolehan dan nilai jual, maka yang
dipakai sebagai dasar pengenaan pajak adalah nilai yangterbesar.

J. NILAI PEROLEHAN OBJEKPAJAK TIDAK KENA PAJAK(NPOPTKP)


Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional serendah- rendahnya
Rp60.000.000 (pasal 87 ayat 4), kecuali dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah
wasiatyang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunuan harus satu derajat ke atas dan ke bawah dengan pemberi hibah wasiat termasuk
suami/istri, maka nilai NPOPTKP ditetapkan secara regional serendah-rendahnya
Rp300.000.000 (pasal 87 ayat 5).

 Untuk wilayah Jakarta NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,- untuk semua transaksi
selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesar Rp 350.000.000,-

117
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
 Untuk wilayah kota Depok NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp 60.000.000,- untuk semua
Gunadarma
transaksi selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesar Rp 300.000.000,-
 Untuk wilayah kotaBogor dan Kab. Bogor NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp 60.000.000,-
untuk semua transaksi selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesar
Rp300.000.000,-

 Untuk wilayah kotaBekasidan Kab. BekasiNPOPTKP ditetapkan sebesar Rp 60.000.000,-


untuk semua transaksi selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesar
Rp300.000.000,-

K. UNTUK BPHTB YANG TERUTANG DARI WARIS, HIBAH WARIS SEBESAR50%


DARI BPHTB YANG SEHARUSNYATERUTANG.
Contoh Kasus 1:
Bapak Yanuar membeli tanah dan bangunan dengan nilai perolehan objek pajak (harga
transaksi) Rp180.000.000. NPOPTKP yang ditetapkan pemerintah daerah setempat adalah
Rp70.000.000. Berapakah besarnya BPHTB terutang oleh Bapak Yanuar?

Nilai PerolehanObjekPajak Rp180.000.000


NPOPTKP Rp 70.000.000–
NPOPKP Rp110.000.000
BPHTB terutang 2.5% x Rp110.000.000 = Rp2.750.000

Contoh kasus 2:
Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan diatasnyadengan
nilai pasar sebesar Rp 750.000.000. Berapa BPHTB terutangatas warisan tersebut jika
ditetapkan NPOPTKP sebesarRp450.000.000?

Nilai PerolehanObjekPajak Rp 750.000.000


NPOPTKP Rp450.000.000–
NPOPKP Rp 300.000.000
BPHTB yangseharusnya terutang : 2,5% x Rp 300.000.000 = Rp7.500.000
BPHTBterutang : 50% x Rp 7.500.000 = Rp3.750.000

118
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
Gunadarma
SURAT KETETAPAN BPHTB KURANGBAYAR
Ketentuan tentang surat ketetapan BPHTB kurang bayar ditetapkan dalam Pasal 11 UU
No.21 Tahun 1997 tentang BPHTB jo UU No.20 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:

a. Dalam jangka waktu5 tahun sesudahayat terutang pajak, Dirjen Pajak dapat menerbitkan
surat ketetapan BPHTBkurangbayarapabilaberdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lainnya ternyata jumlah pajak yang terutang kurang bayar.
b. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam surat ketetapan BPHTB kurang bayar
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan, jangka waktu
24 bulan, dihitung mulai saat terutanganya pajak sampai dengan diterbitkannyasurat ketetapan
BPHTB kurangbayar.

Contoh Kasus 3:
Seorang wajib pajak memperoleh tanah dan bangunan pada tanggal 22Mei2017.

Nilai PerolehanObjekPajak Rp 150.000.000

NPOPTKP Rp80.000.000–
NPOPKP Rp70.000.000
BPHTB Terutang : 2.5% x Rp 70.000.000 = Rp 1.750.000

Berdasarkanhasil pemeriksaan yang dilakukanpada tanggal 31 Desember 2017ternyata ditemukan


data yang belum lengkap yang menunjukan bahwa Nilai Perolehan Objek Pajak sebenarnya adalah
sebagai berikut.

Nilai PerolehanObjekPajak Rp180.000.000


NPOPTKP Rp 80.000.000–
NPOPKP Rp100.000.000

BPHTB yang seharusnya terutang (2.5%xRp100.000.000) = Rp2.500.000


BPHTB yangtelahdibayar = Rp 1.750.000–

119
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi
Lanjut B Universitas
BPHTB
Gunadarma
yangkurangbayar = Rp750.000
Sanksi administrasi berupa bunga dari 22 Mei 2017sampai 31 Desember 2017:

7Bulan x 2% x Rp 750.000 = Rp105.000

Jadi Jumlah Pajak yang harus dibayar sebesar: Rp


750.000 + Rp 105.000 = Rp 855.000

Catatan :
Sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dikenakan untuk jangka waktu
maksimal 24 bulan. Jadi jika ditemukan data baru dalam jangka waktu lebih dari 24
bulan maka sanksi administrasinya sebesar 2% tetap dikalikan dengan 24 bulan

120
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018
Laboratorium Akuntansi Lanjut B
Universitas Gunadarma

SOAL – SOAL PRAKTIKUM

1. Ny. Susanti membeli sebidang tanah dan rumah sederhana di daerah Jakarta Selatan,
dengan Nilai Perolehan Objek Pajak sebesar Rp 240.000.000. NPOPTKP yang
ditetapkan oleh Pemda Jakarta Selatan adalah sebesar Rp 90.000.000. Berapakah
BPHTB yang terutang Ny. Angelia?

2. Pada tanggal 31 Juli 2017 Tn. Gilang memperoleh sebidang tanah dengan NPOP
sebesar Rp 530.000.000 dengan NPOPTKP di wilayah Depok ditetapkan sebesar Rp
70.000.000. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan tanggal 31 Desember 2016
ternyata ditemukan data yang belum lengkap yang menunjukan bahwa NPOP
sebenarnya adalah Rp 575.000.000. Berapakah besarnya BPHTB yang terutang pada saat
Tuan Setiawan memperoleh tanah dan bangunan dan berapakah BPHTB yang terutang
pada saat pemeriksaan tanggal 31 Desember 2016 serta berapa denda administrasi yang
harus dibayar pada tanggal 31 Desember 2017?

121
Panduan Praktikum Komp.Perpajakan
ATA 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai