Anda di halaman 1dari 21

Perpajakan-2

By: Muhammad Saleh, SE., Ak, M.Si., CA


Objek Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan

2
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak.
Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Klasifikasi Umum Penghasilan

Penghasilan dari pekerjaan dan hubungan kerja dan


pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, dan sebagainya.

Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

Penghasilan dari modal berupa harga gerak ataupun tidak


gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan
keuntungan penjualan harga atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan
hadiah.
Ketentuan Khusus atas Penghasilan

 Semua penghasilan digabungkan dalam


satu tahun pajak.
 Jika menderita kerugian dikompensasikan
dengan penghasilan lain kecuali kerugian
dari luar negeri.
 Untuk penghasilan dikenakan PPh final
atau dikecualikan dari objek pajak tidak
boleh digabungkan.
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan


pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam
bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU
Pajak Penghasilan;
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan,
dan penghargaan;
3) Laba usaha; Baca buku Perpajakan Indonesia, by: Siti Resmi
hal 75-80
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1)

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta


termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya;
iii. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi
dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,
pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan PMK, sepanjang tidak ada hubungan
Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (1)

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak;
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14) Premi asuransi;
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang -
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan; dan
19) Surplus Bank Indonesia.
Penghasilan Tidak Termasuk Objek PPh

Pertemuan ke-3
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)

1) Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/


lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK,
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)

3) Warisan;
4) Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/
atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali
yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak
secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus
(deemed profit);
6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)

7) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT


sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
8) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3)

9) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun


dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
10) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;
11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat
badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)

12) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang


ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
PMK;
13) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
14) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu,
Ilustrasi - Objek Pajak

CV. Harapan Mulia menjual mobil yang digunakan untuk kegiatan


usaha. Nilai buku menurut fiskal Rp 200.000.000,00. Mobil
tersebut dijual dengan harga Rp 300.000.000,00.
a. Bagaimanakah pengakuan penghasilan oleh CV.
Harapan Mulia?
b. Bagaimana jika mobil tersebut dijual kepada seorang
sekutu dengan harga Rp 260.000.000,00?
Jawaban:
c. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan mobil sebesar Rp
100.000.000,00
diakui sebagai penghasilan oleh CV. Harapan Mulia dan
merupakan objek pajak.
b. CV. Harapan Mulia tetap mengakui penghasilan atas penjualan
mobil sebesar
Rp 100.000.000,00. Sekutu yang membeli mobil tersebut
Objek Pajak BUT
Pasal 5 Ayat (1)

- Usaha/ kegiatan BUT.


Penghasilan dari: - Harta yang dimiliki/ dikuasai BUT.

- Usaha atau kegiatan.


Penghasilan kantor pusat dari: - Penjualan barang-barang.
- Pemberian jasa.

Dilakukan di Indonesia dan sejenis


dengan yang dilakukan BUT.

Penghasilan sebagaimana tersebut Sepanjang ada hubungan efektif


dalam Pasal 26, yang diterima atauantara BUT dengan harta/ kegiatan yang
diperoleh kantor pusat: memberikan penghasilan.
Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak BUT)

Arctic Co. didirikan dan berkedudukan di luar negeri, serta


memiliki BUT di Indonesia. Arctic Co. Dan BUTnya melakukan
kegiatan penjualan chassis bus di Indonesia. Selama 2020,
penjualan yang dilakukan sendiri oleh Arctic Co. Rp
3.500.000.000,00, penjualan BUTnya Rp 8.250.000.000,00. Arctic
Co. Juga melakukan transaksi penjualan mesin bis senilai Rp
1.525.000.000,00. BUTnya tidak menyediakan produk tersebut.
Berapakah nilai objek pajak penghasilan atas BUT milik Arctic
Co.?

Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan
penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang serupa dengan
kegiatan BUT.
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)

Berca Inc. berkedudukan di luar negeri dan memiliki Bentuk Usaha


Tetap di Indonesia. Kemenkes RI mengadakan perjanjian langsung
dengan Berca Inc. untuk membayar royalti atas paten vaksin senilai
Rp 2.750.000.000,00 agar vaksin tersebut dapat diproduksi oleh
BUMN Farmasi. Dalam kontrak dipersyaratkan bahwa Kemenkes
wajib menggunakan jasa konsultansi teknis dari BUT dengan
kontrak terpisah senilai Rp 325.000.000,00. Berapakah nilai objek
pajak penghasilan atas BUT milik Berca Co.?
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan
penghasilan kantor pusat atas atas harta (paten) yang memiliki
hubungan efektif dengan BUT.
Objek pajak penghasilan = 2.750.000.000 + 375.000.000
= Rp 3.125.000.000,00
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)

Meliputi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat:

Sehubungan dengan:
saha atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana tersebut dala
enjualan barang; Pasal 26, selama terdapat hubungan
emberian jasa; efektif antara BUT dengan harta/ kegiat
ng sejenis dengan yang dijalankan BUT yang memberikan penghasilan.
di Indonesia.
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)

Biaya administrasi kantor pusat yang boleh dibebankan adalah


biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, berdasar
besaran yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh dibebankan
sebagai biaya meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten,
dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai penghasilan
BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten,
dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.

Anda mungkin juga menyukai