PENGHASILAN
KONSEP, PENGAKUAN DAN REALISASI
2
Pengertian penghasilan
a. Pendapatan (REVENUE)
Pendapatan terjadi karena pelaksanaan aktivitas perusahaan yang normal dan dikenal
dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti penjualan (barang), imbalan atas jasa, penghasilan
dari modal seperti : bunga, deviden, royalti, dan sewa.
b. Keuntungan (GAINS)
Kenaikan manfaat ekonomis (selain pendapatan) yang timbul dari pelaksanaan aktivitas
perusahaan, misalnya dapat berasal dari pengalihan aset perusahaan
4
Pengakuan dan pengukuran penghasilan
Stelsel Akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak
tergantung pada kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Contoh : pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian
pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang konstruksi atau metode lain yang dipakai
dalam bidang usaha tertentu secara Built Operate and Transfer (BOT) dan real estat.
6
Pengakuan penghasilan : Stelsel Kas dan Stelsel Akrual
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang
diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap
sebagai penghasilan apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam satu periode
tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya benar-benar telah dibayar secara tunai dalam
suatu periode.
Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa,
misalnya transportasi, hiburan, yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaaan
pembayarannya tidak berlangsung lama.
7
Penghasilan diakui pada saat:
a) Selesainya proses produksi - (diterapkan thd produk yg harga & pemasarannya terjamin,
contoh : logam mulia, produk pertanian yg harganya dijamin Bulog).
b) Penghasilan diakui secara proposional selama tahap produksi - (proyek konstruksi)
c) Penghasilan diakui pada saat pembayaran diterima - (umumnya dipakai perusahaan jasa
dgn kolektibilitas piutang atas penyerahan jasa yg kurang pasti & kemungkinan tdp
pembatalan dlm frek. yg tinggi)
d) Penghasilan dari penjualan konsinyasi.
Objek Pajak 8
Pasal 4 Ayat (1)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU Pajak
Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1) 9
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1) 11
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat
yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3) 13
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP
yang dikenakan pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan
Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3) 14
FISKAL
1. Penghasilan netto dihitung dari pembukuan.
Penghasilan netto yang dihitung dari pembukuan dilakukan dengan
menghitung semua penghasilan yang diperoleh wajib pajak dan
dikurangi dengan harga pokok serta biaya biaya yang berhubungan
kegiatan wajib pajak untuk memperoleh penghasilan.
Penghasilan netto merupakan penjumlahan dari laba usaha dengan
berbagai penghasilan lainnya baik didapat di Indonesia maupun
penghasilan yang diperoleh dari luar negri.
PENGHITUNGAN PENGHASILAN
NETTO DALAM RUGI LABA 19
FISKAL
2. Penghasilan netto dihitung dengan norma.
Penghasilan netto pada wajib pajak perorangan yang memimlih
menggunakan norma penghitungan penghasilannetto dihitung dari
peredaran bruto dikalikan dengan prosentase tertentu, yang untuk
setipa jeis kegiatan besarnya telah ditentukan.
Biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh wajib pajak orang pribadi
yang memilih norma penghasilan netto untuk penghitungan
penghasilan nettonya, tidak dapat dikurangkan sebagai biaya untuk
mengurangi penghasilan kotor/bruto.