Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI PERPAJAKAN

“BAB 13 PENDAPATAN, PENGHASILAN, DAN PENJUALAN”

Dosen Pengampu : Fajriani Azis, S.Pd., M.Si.

DI SUSUN OLEH:

NAMA : RINA NOVIANA DAHLAN

NIM :210901501035

KELAS : C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
A. AKUNTANSI
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:114-122), pendapatan(income) berarti suatu
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal. Ruang lingkup pendapat ini diterapkan untuk sebagai
berikut:
a) Penjualan barang ( baik diproduksi maupun dibeli untuk dijual kembali)
b) Pemberian jasa
c) Kontak kontruksi
d) Penggunaan aset oleh pihak lain yang menghasilkan bunga,royalitas atau dividen.

Nilai yang dipakai untuk mengukur pendapatan berkaitan dengan nilai/harga yang disepakati
dalam transaksi (nilai wajar). Niali wajar tersebut tidak termasuk pengurangan, seperti
potongan perdagangan, potongan tunai atau retur, pengurangan itu langsung diperhitungkan
kepada pendapatan.

Ekuitas harus mengeluarkan dari pendapatan sejumblah nilai yang menjadi bagian pihak
ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa serta PPN.

Pengakuan pendapatan dibagi dalam 4 bagian sebagai berikut :


1. Penjualan barang diakui apabila sebagai berikut:
a) Resiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan barang dialihkan kepada
pembeli;
b) Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan manajerial sampai
kepada tingkat kepemilikan atau pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c) Jumblah pendapatan dapat diukur secara andal;
d) Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi mengalir masuk ke dalam entitas; dan
e) Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur
dengan andal.
2. Penyediaan jasa diakui apabila hasil transaksi penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal.
Entitas harus mengakui pendapatan sesuai dengan tahap penyelesaiannya pada akhir periode
pelaporan, sehingga biasanya entitas menggunakan metode presentase penyelesaian.
Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal, apabila memenui kondisi sebagai
berikut:
a) Jumblah pendapatan dapat diukur secara andal
b) Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi
akan mengalir kepada entitas;
c) Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal;
dan
d) Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara
andal.
3. Kontrak kontruksi
Entitas harus mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan
kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan dengan
tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan, biasanya adalah metode
presentase penyelesaian.
4. Bunga, royalitas, dan dividen
Entitas harus mengakui pendapatan dari penggunaan aset pada saat : a) ada kemungkinan
bahwa manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entiras,
dan b) jumblah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.
Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar berikut:
a) Bunga harus diakui secara akrual;
b) Royalitas harius diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan substansi dari
perjanjian relevan; dan
c) Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran telah
terjadi.

B. PERPAJAKAN
Menurut UU PPN Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1), pengertian penghasilan yaitu setiap
tembahan kemampuan ekonomis yang diterima/diperoleh WP, baik yang berasal dari indonesia
maupun luar indonesiayang dapat dipakai untuk konsumsiatau menambah kekayaan WP yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Untuk menentukan kepan penghasilan
diterima/diperoleh, undang-undang perpajakan menunjukan kepada metode pembukuan yang
diselenggarakan oleh WP, berdasarkan akrual atau kas basis. Pendekatan akrual mengakui
penghasilan pada saat diperoleh, sedangkan pendekatan kas mengakui penghasilan pada saat
diterima. Kedua metode tersebut, dalam hal tertentu menimbulkan perbedaan waktu pengakuan
penghasilan.
Penghasilan Objek Pajak
Menurut pasal 4 ayat (1) UU PPN Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan yang merupakan objek
pajak adalah sebagai berikut.
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang;
b. Hadia dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan;
c. Laba usaha, dan;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainya,
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya;
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambil alihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sederhana dalam garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau
orang pribadi, yang menjalankan usaha mikro dan kecil dengan ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan PMK-245/PMK.03/2008, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan, atau pemodalan, dalam perusahaan pertambangan.
Penghasilan Bukan Objek Pajak
Menurut pasal 4 ayat (3)UU PPh Nomor 36 tahun 2008:
A. 1) bantuan atau sumbangan termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di indonesia , dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang
tidak ada hubungan usaha, pekerjaan kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak yang
bersangkutan( PP 18 Tahun 2009)
2). harga hiba bantuan atau sumbangan yang diterima oleh keluarga daerah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan yang tidak mencari keuntungan, badan
pendidikan (badan pendidikan yang kegiatanya semata-mata menyelenggarakan kegiatan
keagamaan yang tidakmencari keuntungan) badan sosial termasuk yayasan dan koperasi
(badan sosial yang kegiatanya semata-mata hanya menyelenggarakan pemeliharaan
kesehatan,sepeti pnti jompo anak yatim piatu,anak/orang terlantar anak /orang cacat ;santun
atau pertolongan korban bencana alam,kecelakaan, beasiswa,pelestarian lingkungan hidup
yang tidk mencari keuntungan) atau orang pribdi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
dikecualikan sebagai objek PPh sepanjng tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,kepemilikan,
atau pengusahaan dengan penerima hibah,bantuan atau sumbangan orang pribadi yang
menjalankan usaha produktif yang memenuhi persyaratan:memiliki kenyataan neto paling
banyak Rp500.000.000 tidak termasuk tana dan bangunan tempat usaha,atau memilii hail
pejualan tahuan paling banyak Rp2.500.000 (PMK-245/PMK,03/2008
B. Warisan yang diterima ahli waris bukan merupakan objek PPh,tetapi warisan yang belum
terbagi maka atas warisan tersebut mendapat penghasilan yang masi merupakan objek pajak.
C. harta termauk setoran tunai yang diterima oeh badan sebagaiman dimaksud oleh pasal
ayat(1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti serta modal.
Harta bukan merupakan objek sepanjng masa,trasuk srtoran tunai yang diterima oleh badan
yang mempunyi tambahan ekonomis bagi badan tersebut, diterima sebagai pengganti saham
atau peserta modal
D. pengganti atu imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima ataudiperoleh
dalam bentuk natura dan /atau kenimatan dari WP atau pemerintah, kecuali yang diberikan
bukan oleh bukan WP. WP dikenakan pajak secara final atau WP yang menggunakan norma
perhitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15;
E. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan,asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
F. defiden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perserohan terbatas sebagai WP dalam
negri,koperasi,BUMN/D, penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
tinggal di indonesia dengan syarat:
i. dividen berasal dari cadangan saldo laba;dan
ii. bagi perseroan terbatas, BUMN/D yang menerima dividen,kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal saham
G. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendirianya telah disahkan oleh
mentri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
H. penghasilan oleh modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf g,dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan PMK-234/PMK.03/2009
I. bagian beban yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi tas saham-saham, prsekutuan perkumpulan,firma,dan kongsi
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
J. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang idirikan akan menjalankan usaha atau kegiatan diindonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut;
i. merupakan perusahaan mikro,kecil, menenga (perusahaan yang penjualan netonya
setahun tidak melebihi Rp5.000.000.000) atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan PP 4 Tahun 1995 jo KMK-25/KMK.04/1995
jo .SE-33/PJ.4/1995;dan
ii. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di indonesia
K. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuanya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan praturan mentri keuangan (PMK-246/PMK.03/2008 jo PMK-
154/PMK.03/2009)
L. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan dan pengembangan yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya,kemudian ditanamkan kembali ditanamkan
kembalidalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak di perolehnya sisah lebih
tersebut yang ketentuaannya di atur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK-
80/PMK.03/2009 jo. PER-44/PJ./2009;dan
M. Bantuan atau santunnya yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Jamsostek ,Taspen, Asabri,Askes, dan/atau badan hukum lainnya yang dibentuk untuk
menyelenggarakan Program Jaminan Sosial kepada WP tertentu,WP atau anggota
masyarakat yang tidak mampu,yang sedang mengalami bencana alam,dan/atau yang
tertimpa masalah.(PMK-247/PMK.03/2008).
Penghasilan Dikenakan Pajak Penghasilan Final
Pengenaan pajak yang bersifat final berarti bahwa jumblah PPh yang telah dibayar sendiri atau
dipotong oleh pajak lain tidak apat dikreditkan atau digabungkan dengan penghasilan lain yang
bersifat tidak final dalam penghitungan PPh pada akhir tahun dalam SPT tahunan.
Menurut pasal 4 ayat 2 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 atas:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya bunga obligasi dan
SUN, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
peribadi;
b. penghasilan berupa hadia undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yag diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari teransaksi pengalihan data berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
kontruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya,
pengenaan pajaknnya diatur dengan peraturan pemerintah.
Perimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikannya perlakuan tersendiri dimaksud
antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, keadilan dan pemerataan dalam
pengenaan pajaknya serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Oleh karena
itu, pengenaan PPh termasuk sifat, besarnya, dan tata cara pelaksanaan pembayaran, pemotonga,
atau pemungutan atas jenis-jenis penghasilan tersebut diatur tersendiri dengan peraturan
pemerintah. Dengan mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pengenaan serta agar
tidak menambah beban administrasi baik bagi WP maupun Drejen pajak, maka pengenaan PPh
dalam ketentuan ini dapat bersifat final.

Berikut ini merupakan jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final
disertai peraturan perpajakan yang mengaturnya adalah sebagai berikut;
1. Penghasilan dari teransaksi bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank
Indonesia (SBI) sesuai dengan PP 131 Tahun 2000 jo. KMK-51/KMK.04/2001 tentang PPh
atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang mulai berlaku 1 januari 2001.
Besarnya PPh atas bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto SBI adalah:
a. 20% dari jumblah bruto, terhadap WP dalam negeri dan BUT; dan
b. 20% dari jumblah bruto atau dengan tarif berdasarkan perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B) yang berlaku, terhadap WP luar negeri.
Pemotongan pajak tidak dilakukan tehadap: (a) bunga dari deposito dan tabungan serta
diskonto SBI sepanjang jumblah deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi
Rp.7.500.000 dan bunga merupakan jumblah yang dipecah-pecah; (b) bunga data diskon
yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang ank luar negeri di
Indonesia; (c) bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan sepenjang dananya
diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 29 UU Nomor 11
Tahun 1992 tentang dana pensiun; dan (d) bunga tabungan pada bank yang ditunjukan
pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap
bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun disederhanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
2. Penghasilan berupa diskonto surat perbendaharaan negara (SPN) sesuai dengan PP 27
Tahun 2008 jo.PMK-63/PMK.03/2008 yang mulai berlaku 4 April 2008.
Surat Utang Negara (SUN) → surat berharga yang berupa surat pengakuan utang baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
negara RI sesuai dengan masa berlaku yang terdiri dari SPN dan Obligasi negara. SPN
berjangka waktu paling lama 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Diskonto
SPN → selisih lebih antara: a) nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan
di pasar perdana/di pasar sekunder; atau b) harga jual di pasar sekunder dengan harga
perolehan di pasar perdana/di pasar sekunder. Besarnya PPh adalah 20% dari diskonto SPN
bagi WP dalam negeri dan BUT atau sesuai tarif ketentuan P3B yang berlaku bag WP luar
negeri.
3. Penghasilan dari transaksi bunga obligasi sesuai dengan PP 16 Tahun 2009 jo.PMK-
85/PMK.03/2011 tentang PPh atas penghasilan berupa bunga obligasi yang mulai berlaku 1
januari 2009.
a. Bunga dari obligasi dengan kupon (interest bearing debt secureties) adalah sebesar
sebagai berikut.
1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
2) 20% atau sesuai dengan tarif P3B bagi WP luar negeri selain BUT.
Dan jumblah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period) obligasi.
b. Diskonto dari obligasi dengan kupon (interset bearing debt securities) adalah sebagai
berikut:
1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
2) 20% atau sesuai P3B bagi WP luar negeri selain BUT.
Dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak
temasuk bunga berjalan (accrued interest).
c. Diskonto onligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securities) adalah sebesar
sebagai berikut:
1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
2) 20% atau sesuai dengan P3B bagi WP luar negeri selain BUT.
Dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
d. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh WP reksadana
yang terdaftar pada Bapepam dan lembaga keuangan sebesar:
1) 0% untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
2) 5% untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013; dan
3) 15% untuk tahun 2014 dan seterusnnya.
Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh WP berupa bunga obligasi dikenakan
pemotongan PPh yang bersifat final, kecuali bagi WP tertentu sebagai berikut: (a) dana
pensiun yang pendirian tatau pembentukannya disahkan oleh menteri keuangan; dan (b)
Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang Bank luar negeri di Indonesia.
4. Penghasilan dari transaksi bunga simpanan koperasi sesuai dengan PP 15 Tahun 2009
tentang PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi orang peribadi yang mulai
berlaku 1 januari 2009.
Bunga simpanan → imbalan berupa bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang
peribadi dari dana yang disimpan anggota koperasi orang peribadi pada koperasi tempat
orang peribadi tersebut menjadi anggota. Namun tidak termasuk bunga simpanan yang
diterima anggota koperasi orang peribadi yang merupakan bagian dari sisah hasil usaha
(SHU).
Besarnya PPh adalah:
a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp.240.000 per bulan;
atau
b. 10% dari jumblah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari
Rp.240.000 per bulan.
5. Penghasilan dari transaksi hadia undian sesuai dengan PP 132 Tahun 2000 jo. Kep-
395/PJ/2001 jo. SE-19/PJ.43/2001 tentang PPh atas hadia undian dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
Besarnya PPh yang wajib dipotong atau dipungut adalah 25% dari jumblah bruto hadia
undian. Penyelenggaraan undian wajib memotong atau memungut PPh dimaksud.
Penyetoran PPh tersebut oleh penyelenggaraan undian dengan SSP selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan pelaporan ke KPP setempat dengan SPT masa PPh
atas hadia undian selambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah dibayarkannya atau
diserahkannya hadia undian tersebut.
6. Penghasilan dari transaksi saham di bursa efek sesuai dengan PP 14 Tahun 1997 jo. KMK-
282/KMK.04/1997 jo. SE-06/PJ.4/1997 jo. SE-09/PJ.24/1997 jo. SE-15/PJ.42/1997 tentang
PPh atas pengahisilan dari tarnsaksi penjualan saham di bursa efek yang mulai berlaku 29
mei 1997.
Atas penghasilan yang diterima atau di peroleh orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham , baik saham sendiri maupun saham bukan pendiri, di bursa efek dipungut
PPh yang bersifat final sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan. Kusus
pemilik saham pendiri dikenakan tambahan PPh sebesar 0,5% dari nilai sham perusahaan
pada saat penutupan bursa diakhir tahun 1996. Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan
dibursa efek setelah 1 januari 1999 maka nilai saham ditetapkan sebesar harga saham pada
saat penawaran umum perdana.
7. penghasilan dari transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa sesuai dengan PP 17
Tahun 2009 tentang PPh atas pengasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka
yang diperdadangkan dibursa yang mulai berlaku 1 januari 2009.
Transaksi derivatif → transaksi yang didasari pada kontrak / perjanjian pembayran yang
nilainya merpakan turunan dari nilai instrument yang mendasari seperti suku bunga,nilai
tukar,komoditif,ekuitas dan indeks baik yang diikuti dengan pergerakan maupun tanpa
pergerakan dana/instrumen. Sedangkan kontrak berjangka →suatu perjanjian termasuk
kontrak standar untuk membeli atau menjual sejumlah efek atau komoditif yang
jumlah,mutu,jenis,tempat, dan waktu penyerahan di kemudian hari telah ditetapkan.
Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang peribadi atau badan dari transaksi
derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai PPh final sebesar
2,5%dari margin awal; dimana margin awal adalah sejumlah uang atau barang berharga
yang harus ditempatkan oleh pialang berjangka atau anggota bursa pada lemabaga keliring
atau penjamin untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka ( Lembaga keliring
dan penjamin → badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau
sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjamin transaksidi bursa, termasuk Lembaga kliring
dan penajmin berjangka)
Lembaga kliring dan penjamin wajib memungut PPh tersebut pada saat menerima
penyetoran margin awal oleh paialang berjangka atau anggota bursa. Selain itu, Lembaga
kliring dan penjamin juga wajib menyampaikan laporan emungutan dan penyetoran PPh
kepada KPP.
8. Transaksi penjualan saham atau penghailan penyertaan modal oleh perusahaan modal
ventura diatur dalam PPh 4 tahun 1995 jo. KMK-250/KMK.04/1995 jo. SE-33/PJ.4/1995.
Atas penfhasilan perusahaan modal ventura dari tarnsaksi penjualan saham atau pengalihan
pent]yertaan modal pada perusaan pasangan usahanya dikenakan PPh yang bersifat final
sebesar 0,1% dari jumlah bruto transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal. Perusahaan psangan usaha adalah (a) perusahaan kecil/menengah diaman perusahaan
tersebut memiliki penjualan netonya setahun melebihi Rp 5.000.000.000; dan (b) sahamnya
tidak diperdagangkan dibursa efek di Indonesia. Apabila transaksi penjulanan saham atau
pengalihan penyertaan modal dilakukan melalui bursa efek, maka pengenaan PPh dilakukan
dengan ketentuan pajak atas transaksi penjualan saham di bursa efek.
9. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan sesuai dengan
PP 71 Tahun 2008 jo. PMK-243/PMK.03/2008 jo. SE-6/PJ.03/2008.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan ha
katas tanah dan/atau bangunan wajib dibayar PPh. Penghalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan sebagaimana di atas adalah:
a) Penjualan, tukar menukar,perjanjian pemindahan hak,pelepasan hak,pemindahan hak,
lelang,hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah;
b) Penjualan,tukar menukar,pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lainyang disepakati
dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk
kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus;
c) Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
Besarnya PPh adalah 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan ha katas tanah dan/atau
bangunan, kecuali atas penfalihan hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana
yang dilakukan WP yang usaha pokoknya melakukan pengalihan ha katas tanah dan/atau
bangunan dikenakan PPh sebesar 1% dari jumlah nilai pengalihan.
Nilai pengalihan hak → nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak
dengan nilai jual Objek Pajak ( NJOP) tanah dan/atau bangunan yang bersanskutan,sebagai
mana dimaksud dalam UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang PBB, kecuali : ( A) dalam hal
pengalihan hak kepada pemerintah adalah nilai berdasrkan keputusan penjabat yang
bersangkutan; dan (b) dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang (staatsblab
nomor 189 tahun 1908 dengan segala perubahannya ) adalah nilai menurut risalang lelang
tersebut.
NJOP adalah NJOP menurut surat pemberitahuan Pajak Terutang ( SPPT) PBB tahun yang
bersangkutan atau dalam hal SPPT tersebut belum terbit, adalah NJOP menurut SPPT tahun
pajak sebelumnya. Apabila tanah dan / atau bangunan tersebut belum terdaftar pada KPP
Pratama Atau KPPBB, maka NJOP yang diapakai NJOP menurut surat keterangan yang
diterbitkan kepala kantor yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau bangunan
yang bersangkutan berada.
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh adalah:
a) Orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah PTKP yang melakukan pengalihan
ha katas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp
60.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah - pecah ;
b) Orang pribadi atau badan yang menerima atau memproleh pengahsilan dari ha katas
tanah dan /atau bangunan kepada pemerintah guna melaksankan pmbangunan untuk
kepentinan umum yang memerlukan persyaratan kusus ;
c) Orangpribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
pada keluarga sedarah dala garis keturunan lurus satu derajat, dan kepada badan
keagamaan atau badan Pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koprasi yang ditetapkan oleh mentri keuangan, sepanjang hibah tersebit tidak ada
hubunngannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan anatara piha-
pihak yang bersangkutan;
d) Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada
badan keagamaan atau badan Pendidikan atau badan social atau badan pengusaha kecil
termasuk koprasi yang ditetapkan oleh mentri keuangan, sepanajng hibah tersebut tidak
ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan;
e) Pengalihan hak atas tanah dan/ atau banguna karena warisan ; dan
f) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan yang tidak termasuk subjek pajak.
Pembayaran PPh tas pengahasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
merupakan pembayaran PPh bersifat final bagi WP orang pribadi Yayasan atau oraganisasi
yang sejenis, baik dalam rangka kegiatan usaha pokok maupun diluar kegiatan usaah pokok
melakukan transaksi pengalihan ha katas tanah dan / atau bangunan.
10. Pengasilan dari usaha jasa konstruksi sesuai dengan PP 51 tahun 2008 jo. PMK -
187/PMK.03/2008 jo . SE - 05 /PJ.03/2008 tentang PPh atas pengasilan dari usaha jasa
konstruksi, mulai berlaku 1 januari 2009.
Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenakan PPh yang bersifat final dengan tarif
adalah:
a) 2 % untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa dengan kualifikasi
usaha kecil
b) 4 % untuk pelaksaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha
c) 3 % untuk pelaksaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa, selain penyedia jasa
sebagai mana dimaksud dalam huruf a dan b
d) 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e) 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
PPh final tersebut dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna
jasa merupakan pemotong pajak, atau disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal
pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak.
Besarnya PPh yang dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayran,dalam hal pengguna
jasa merupakan pemotong apajak adalah jumlah pembayaran yang tidak termasuk PPN
dikalikan tarif PPh yang bersifat final. Namun apabila besarnya PPh dietor sendiri oleh
penyedia jasa, maka dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak bahkan
jumlah penerimaan pembayaran tidak termasuk PPN dikalikan dengan tarif PPh yang
bersifat final. Jumlah pembayaran tau penerimaan pembayaran tersebut merupakan bagian
dari nilai kontrak jasa konstruksi.
PPh dipotong oleh pengguna jasa disetor ke kas Negara melalui kantor pos atau bank
persepsi yang ditunjuk oleh mentri keuangan, paling lama tanggal 10 bulan berikutnay
setelah dilakukan pemotongan pajak. Sedangkan untuk PPh yang disetor sndiri oleh
penyedia jasa ke Kas Negara melalui kantor Pos atau Bank Persepsi yang ditunjuk oleh
Menteri keuangan, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah penerimaan pembayaran
dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak. Pengguna jasa atau penyedia
jasabwajib menyampaikan SPT Masa paling lama 20 hari setelah bulan dilakukan
pemotongan pajak atau penerimaan pembayaran.
11. Usaha real eastate sesuai dengan PP 71 Tahun 2008 bjo. PMK-243/PMK.03/2008 jo. PER-
30/PJ/2009 dikenakan PPh sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan ha katas tanah
dan/atau bangunan, kecuali untuk rumah sederhana dan rumah susun sederahana sebesar 1%
dari jumlah bruto nilai pengalihan. Pajak-pajak tersebut bersifat final.
12. Penghasilan dari transaksi persewaan tanah dan/atau bangunan sesuai dengan PP 5 Tahun
2002 jo. KMK-120/KMK.03/2002 jo. Kep-227/PJ/2002 tentang pembayaran PPh atas
penghasilan dari perswaan tanah dan/atau bangunan, muai berlaku 1 mei 2002.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari persewaan
tanah dan/atau bangunan berupa tanah,rumah,rumah susun,apartemen,kondominium,Gedung
perkantoran,rumah kantor,toko,rumah toko,gudang dan industry,wajib membayar PPh. Atas
penghasilan yang diterima atau diperolehdari penyewa yang bertindak/ditunjuk sebagai
pemotong pajak, wajib dipotong PPh oleh penyewa, namun apabila penyewa buka sebagai
pemotong pajak maka PPh yang terutang wajib dibayar sendiri oleh orang pribadi atau
badan yang menerima atau memperoleh penghasilan.
Besarnya PPh yang wajib dipotong/dibayar sendiri adalah sebesar 10% dari jumlah bruto
nilai persewaan tanah dan/atau bangunan dan bersifat final.
13. penghasilan dari transaksi dividen yang diterima atau diperoleh WP orang pribadi dalam
negri sesuai dengan PP 19 Tahun 2009 jo. SE-01/PJ.03/2009, dikenakan PPh sebesar 10%
dan bersifat final.
14. penjualan bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas untuk penyalur/agen
pertamina sebesar 0,3% sesuai dengan PMK-154/PMK.03/2010 o. PER-57/PJ/2010 jo. SE-
92/PJ/2010.
Beban yang Berhubungan Dengan Pajak Penghasilan Final dan Non-Pajak Penghasilan
1. Biaya yang berhubungan dengan penghasilan yang bersifat final
Sesuai pasal 4 ayat (1) UU PPh, apabila suatu jenis penghasilan tersebut tidak boleh
digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum. Dengan demikian,biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan, menangih dan memelihara penghasilan yang bersifat final
tersebut tidak boleh digabungkan dengan biaya yang timbul atas penghasilan lain yang
dikenakan tarif yang bersifat tidak final. Dengan kata lain bahwa biaya yang berhubungan
dengan penghasilan yang bersifat final tidak boleh dibebankan sebagai biaya
2. Biaya yang berhubungan dengan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Sesuai pasal 6
ayat (1) UU PPh bahwa untuk dapat dibebankan sebagai biaya secara fiscal maka pengeluaran-
pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan , menagih dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Anda mungkin juga menyukai