Laporan keuangan komersial yang berupa neraca dan laba-rugi disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang lazim diterima dalam praktik. Sejak tahun 1995 prinsip akuntansi
yang berlaku di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Dari laporan
keuangan komersial tersebut dapat dihitung laba komersial atau penghasilan secara akuntansi
(ac counting income). Laba komersial inilah yang menjadi ukuran yang digu nakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan/stakeholders, para investor (pemegang saham) atau calon
investor, para kreditur termasuk perbank an, untuk kepentingan pasar modal (bursa efek),
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan kepentingan bisnis lainnya.
Laporan keuangan komersial dapat diubah menjadi laporan keuangan fiskal dengan
melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian melalui suatu rekonsiliasi antara standar
akuntansi dan ketentuan perpajakan. Dengan kata lain, laporan yang disusun khusus untuk
kepentingan per pajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan disebut dengan
laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan fiskal disusun tanpa harus mengubah data base
pembukuan atau tidak perlu dibuat suatu sis tem akuntansi khusus untuk keperluan
perpajakan.
Pada dasarnya yang membedakan laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan
komersial adalah bahwa penyusunan laporan keuangan fiskal didasarkan pada penerapan
mekanisme atau prinsip taxable dan deductible (taxability-deductibility mechanism).
Prinsip taxable (dapat dipajaki) dan deducuble (dapat dikurangi) meru pakan prinsip yang
lazim diterapkan dalam perencanaan pajak, yang pada umumnya mengubah penghasilan yang
merupakan objek pajak (taxable) menjadi penghasilan yang tidak merupakan objek pajak
(non taxable), serta mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan (nom de luctible) menjadi
biaya yang boleh dikurangkan (deductible), atau seba liknya, didasarkan pada ketentuan
perpajakan, dengan konsekuensi terjadinya perubahan pajak terutang akibat pengubahan
tersebut.
Implementasi dari konsep taxability deductibility, juga berarti bahwa biaya-biaya baru
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dari pihak pembayar apabila pihak penerima uang
atas biaya perusahaan tersebut melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan tersebut
dikenai pajak.
Penghitungan laba komersial mengacu pada konsep matching of cost with revenue
(pengaitan biaya dengan pendapatan). Konsep ini melibat kan pengakuan penghasilan dan
beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama
dari peristiwa lain yang sama. (IAI, PSAK Per 1 Juli 2009: 17). Apabila pengakuan suatu
pendapatan ditunda, maka pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya
pendapatan tersebut.
Laba Kena Pajak atau Penghasilan Kena Pajak merupakan laba yang dihitung
berdasarkan ketentuan perpajakan. Prinsip taxability deductibility yang dianut dalam
melakukan penghitungan Penghasilan Kena Pajak dengan benar dan tepat, pada dasarnya
adalah penjabaran dari ketentuan perpajakan yang diterapkan pada Pasal 4 ayat 1 dan 2
(penghasilan) dan Pasal 6 ayat 1 (biaya deductible), serta Pasal 9 ayat 1 (biaya non
deductible) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, beserta peraturan pelaksanaannya,
yakni: