Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal

Laporan keuangan komersial adalah disusun berdasarkan standar-standar yang telah ditetapkan


sesuai dengan prinsip akuntansi yang bersifat netral atau tidak memihak.
Laporan keuangan fiskal adalah informasi akuntansi yang dibuat untuk kepentingan perpajakan,
penyajiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
beserta aturan pelaksanaannya.
Laporan keuangan fiskal adalah laporan yang dibuat untuk kepentingan perpajakan yang mengacu
pada semua peraturan perpajakan, Laporan keuangan fiskal mencakup:

 Neraca fiskal
 Perhitungan laba rugi dan perubahan laba ditahan
 Penjelasan laporan keuangan fiskal
 Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
 Ikhtisar kewajiban pajak

Perbedaan Laporan Keuangan Fiskal dan Komersial

Berikut ini adalah perbedaan laporan keuangan fiskal dan komersial berdasarkan beberapa hal:

1. Pendapatan atau Penghasilan


Konsep penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan berbeda. Ini merupakan hal yang
wajar, mengingat tujuan dan pembuat kebijakan pada kedua laporan keuangan tersebut juga
berbeda. Pada akuntansi atau komersial, pendapatan (revenue) dan penghasilan (income) adalah hal
yang berbeda, tetapi keduanya masuk dalam laporan keuangan, sedangkan di dalam akuntansi
pajak atau fiskal pendapatan adalah penghasilan.
Definisi pendapatan menurut IFRS dalam IAS 18, Pendapatan atau revenue adalah arus
masuk bruto atas manfaat ekonomi selama periode tertentu yang timbul dari aktivitas biasa dari
suatu perusahaan atau entitas di mana arus kas masuk tersebut menghasilkan peningkatan ekuitas,
selain dari  peningkatan yang terkait kontribusi dari para pemilik modal. Sedangkan, menurut UU
No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, “penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia
atau luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak
dengan nama serta dalam bentuk apapun.”
Selanjutnya pajak merinci penghasilan kedalam tiga kategori, yaitu; penghasilan yang
merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan pajak final dan penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak penghasilan. Atas perbedaan tersebut, maka terjadilah perbedaan laba
dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal di mana pada akuntansi fiskal terdapat penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak yang artinya penghasilan tersebut tidak menyebabkan kenaikan
laba fiskal.

2. Beban atau Biaya


Beban pada akuntansi komersial didefinisikan sebagai penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal (IAI, 2007:13). Beban pada akuntansi komersial berbeda dengan biaya.
Perbedaanya terletak pada adanya man faat ekonomi di masa mendatang untuk biaya. Pada
akuntansi pajak beban didefinisikan sebagai biaya untuk menagih, memperoleh, dan memelihara
penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan penghasilan. Akan tetapi,
tidak semua biaya dapat diakui sebagai pengurang pada laporan keuangan fiskal, meskipun biaya
tersebut digunakan untuk operasional perusahaan.
Hal ini dikarenakan pada akuntansi fiskal biaya dikelompokan menjadi dua, yaitu biaya
yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense) dan biaya yang tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense). Adapun rincian biaya-biaya yang
termasuk dalam kelompok deductible dan non deductible diatur oleh peraturan yang dibuat oleh
pemerintah, perusahaan tidak dapat mengklasifikasikannya sendiri. Perbedaan inilah yang
membuat laba pada laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersial berbeda.

3. Metode Perhitungan Persediaan


Metode perhitungan persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ada tiga,
yaitu rumus biaya masuk pertama-keluar pertama ( First In First Out), rata-rata tertimbang (Weigth
Average Cost Method) dan masuk terakhir keluar pertama (Last In First Out-LIFO) (SAK 14,
2017).
Namun, undang-undang pajak penghasilan Indonesia, perhitungan metode persediaan
hanya dibolehkan menggunakan dua metode, yaitu metode rata-rata atau dengan metode FIFO.
Metode LIFO tidak diperbolehkan pada akuntansi fiskal hal ini dikarenakan perhitungan dengan
metode LIFO membuat nilai pajak terutang menjadi lebih kecil.

4. Metode Penyusutan
Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya walaupun penentuan
umur tersebut tidak terlepas dari tafsiran judgement. Akuntansi komersial memiliki
beberapa metode penyusutan yaitu:

 Metode garis lurus atau straight line method yang menghasilkan pembebanan yang tetap selama
umur manfaat aset jika dinilai residunya tidak berubah.
 Metode Saldo Menurun atau diminishing balance method yang menghasilkan pembebanan
menurun selama umur manfaat aset.
 Metode Jumlah Unit atau sum of the unit method yang menghasilkan pembebanan yang
menurun selama umur manfaat aset (IAI,2007).

Sedangkan pada akuntansi fiskal dengan merujuk ketentuan perpajakan hanya menetapkan
dua metode penyusutan yang harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal UU No. 36 tahun
2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo
menurun yang dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva (harta berwujud) dikelompokkan
berdasarkan jenis harta dan masa manfaat. Adapun rinciannya tertuang pada peraturan menteri
keuangan No. 96/PMK.03/2009.

Anda mungkin juga menyukai