NIM : 2013001
MATA KULIAH : AKUNTANSI PERPAJAKAN
BAB I
Berdasarkan PPh Pasal 4 ayat 3 bagian f, dividen atau bagian laba yang
diterima PT sebagai WPDN, koperasi, BUMN, BUMD, dan dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan di Indonesia tidak dikenakan pajak
dengan syarat:
Penghasilan saham berupa dividen hanya diakui pada saat secara nyata
terdapat
pembagian dividen. Tarif :
BAB IV
A. Piutang Usaha Atau Dagang
1. Piutang (account receivables) usaha atau dagang adalah salah satu
unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan yang timbul akibat
adanya penjualan barang, jasa atau pemberian kredit terhadap debitur
yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari
sampai dengan 90 hari.
2. Apa itu piutang? Dalam arti luas, piutang usaha atau dagang adalah
tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang atau jasa yang
dijual secara kredit.
3. Dalam akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan
tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan
dengan penerimaan sejumlah uang tunai.
4. Pada umumnya piutang usaha atau dagang timbul akibat dari transaksi
penjualan barang dan jasa perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak
yang bersangkutan baru akan dilakukan setelah tanggal transaksi jual
beli.
5. Mengingat hal ini merupakan harta perusahaan yang sangat penting,
maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang
memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur
yang baik demi kemajuan perusahaan.
6. Dalam artikel ini akan membahas seputar piutang termasuk ciri-ciri,
dan jenis yang ada di dalam akuntansi.
B. Ciri-Ciri Piutang Usaha
1. Adanya Nilai Jatuh Tempo.
Nilai jatuh tempo yaitu istilah yang menjelaskan penjumlahan dari
nilai transaksi utama lalu ditambah dengan nilai bunga yang
dibebankan untuk dibayarkan pada tanggal jatuh tempo.
Seorang pembeli yang melakukan transaksi dengan cara kredit bukan
hanya membayar sejumlah nilai barang yang telah dibeli, tetapi juga
bunganya karena dia meminta waktu untuk membayar barang tersebut
dengan tempo.
Piutang diluar usaha (non account receivable) adalah piutang yang terjadi
bukan dari penjualan barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan.
Jenis-jenis piutang diluar usaha biasanya ditentukan oleh jangka waktu
penagihan. Pengelompokan sebagai aset lancar seperti piutang bunga,
persekot piutang dividen dan lain-lain, juga dikelompokkan sebagai aset
tidak lancar.
Contoh Soal
1. PT Aserehe selama bulan April 2016 memberikan pinjaman kepada
karyawan sebesar Rp 12.000.000 dan membayar jasa angkutan sebesar
Rp 15.000.000 kepada PT Ranspor yang telah mengangkut barang ke
Bali. Berikut ini jurnal yang dibuat oleh PT Aserehe
Piutang Karyawan Rp. 12.000.000
Piutang Jasa Angkutan Rp. 15.000.000
Kas Rp. 27.000.000
2. PT Cantika pada tanggal 31 Desember 2016 memiliki saldo piutang
pendapatan sewa sebesar Rp. 100.000.000 yang diperkirakan tidak bisa
tertagih sebesar Rp. 15.000.000 karena penyewa mengalami
kebangkrutan. Nominal uang yang telah diterima adalah Rp.
85.000.000 yang telah dikurangi Rp. 15.000.000 sehingga jumlah
piutang yang tidak dapat tertagih diakui sebagai kerugian piutang.
Kerugian piutang dicatat dalam laporan laba rugi (baca: cara membuat
laporan laba rugi) periode berjalan sebagai beban lain-lain. Besarnya
kerugian piutang bisa diketahui dengan memakai metode penghapusan
langsung atau metode cadangan. Berikut ini jurnal yang dibuat oleh PT
Cantika untuk transaksi tersebut.
Kas Rp. 85.000.000
Piutang Pendapatan Sewa Rp. 85.000.000
1. Usaha
Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan
usaha antara Wajib Pajak pemberi dengan Wajib Pajak penerima.
Terjadi apabila terdapat transaksi yang bersifat rutin antara kedua
belah pihak berupa pembelian, penjualan, atau pemberian imbalan lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Pekerjaan
Hubungan antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan
pekerjaan antara Wajib Pajak pemberi dengan Wajib Pajak penerima
berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan secara
langsung atau tidak langsung antara kedua belah pihak tersebut.
Contoh:
Tuan John bekerja sebagai petugas dinas luar pegadaian dari
perusahaan pegadaian PT GHI. Meskipun Tuan John tidak berstatus
sebagai pegawai PT GHI. Antara PT GHI dan Tuan John dianggap
memiliki hubungan pekerjaan tidak langsung. Jika Tuan John
menerima bantuan dari PT GHI atau sebaliknya, maka bantuan
tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan bagi pihak penerima
karena memiliki hubungan pekerjaan tidak langsung.
3. Kepemilikan atau Penyertaan Modal
Hubungan istimewa dianggap terjadi apabila hubungan kepemilikan
berupa penyertaan modal, baik secara langsung atau tidak langsung
sebesar 25% atau lebih.
Contoh:
a. Penyertaan Langsung
PT V memiliki 45% saham PT W. Kepemilikan saham PT W oleh
PT V tersebut merupakan penyertaan modal secara langsung
sebesar lebih dari 25%.
b. Penyertaan Tidak Langsung
Jika PT W di atas memiliki 50% saham PT X, maka PT V sebagai
pemegang saham PT W secara tidak langsung memiliki penyertaan
pada PT X sebesar 25%. Antara PT V, PT W, PT X terdapat
hubungan istimewa.
4. Penguasaan, Baik Melalui Manajemen atau Penggunaan Teknologi
Hubungan istimewa antar pengusaha (Wajib Pajak) dapat juga terjadi
karena adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan
teknologi. Hubungan istimewa terjadi apabila satu atau lebih
perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama.
Contoh :
a. Penguasaan Melalui Manajemen
Tuan Harko, Direktur Utama di Perusahaan NG sekaligus menjabat
sebagai Direktur Utama di Perusahaan KL. Dalam hal ini ada
hubungan istimewa atara perusahaan NG dan KL karena adanya
penguasaan melalui manajemen Tuan Harko terhadap perusahaan
NG dan KL.
b. Penguasaan melalui Penggunaan Teknologi
Perusahaan T yang memproduksi makanan menggunakan formula
yang diciptakan oleh PT U. Dalam hal ini ada penguasaan melalui
penggunaan teknologi oleh PT U terhadap perusahaan T.
BAB V
BAB VI
BAB VII
Untuk tujuan perpajakan, tidak terdapat ketentuan menyebutkan metode pembukuan investasi
jangka saham. Investasi saham menurut pasal 10 ayat 5 UU PPh sama dengan halnya
persediaan, dibukukan berdasarkan harga perolehan tanpa memperhatikan persentase
kepemilikan
Keuntungan pengalihan saham merupakan obyek PPh. Yaitu kelebihan harga jual diatas
perolehannya . Apabial penjualan saham dilakukan tidak melalui pasar modal, maka
keutnungan dari penjualan tersebut harus diakui sebagai penghasilan dari penjualan
dikenakan PPh:
Jika penjualan tidak melalui pasar modalmaka keutungan dari penjualan tersebut harus diakui
sebagai penghasilan di luar usaha yang harus digabungkan dengan penghasilan lain untuk
dilaporkan di SPT PPh Badan. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk perolehan penghasilan
tsb dapat mengurangi pendapatan dividen.
CONTOH WP.
Alice adalah pemegang saham PT.B pada tahun 2004 memiliki saham 5000 lembar dengan harga
perolehan Rp.3.000/lembar saham. Pada tahun 2007 PT.B membagikan saham bonus yang berasal
dari konversi agio saham dengan perbandingan 1:1 yaitu setiap satu lembar saham memperoleh satu
saham bonus. Pada bulan Agustus 2009 WP Alice menjual 1000 lembar saham dengan harga
Rp.5.000 perlembar saham. Penghasilan yang harus dimasukkan ke dalam SPT Tahunan WP OP:
Untuk mempertahankan proporsi kepemilikan saham pada umumnya jika perusahaan akan
menerbitkan saham baru kepada persero lama diberikan hak emmbeli terlebih dahulu (pre-
emptive rights). Kelaziman dalam akuntansi komersial untuk mengalokasikan harga
perolehan saham kepada rights tersebut. Penjualan rights diatas harga alokasi tersebut
merupakan keuntungan. Sementara itu jika hak tersebut dimanfaatkan untuk emmbeli saham
baru dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, harga perolehan rights ditambahkan
pada pembelian dan diakui sebagai harga perolehan saham baru.
Apabila rights tidak dimanfaatkan alokasi biaya umumnya dianggap sebagai kerugian. Dalam
ketentuan perpajakan alokasi tersebut tidak dilakukan sehingga hasil penjualan rights
merupakan penghasilan kena pajak seluruhnya.
CONTOH:
Pada tanggal 1 juli 2003 Budi membeli 10 lembar obligasi PT.A dengan niali nominal
Rp.10.000 dan dengan kurs sebesar 110%. Bunga obligasi 12% pertahun dibayar tiap
1 april dan 1 oktober. Komisi pialang Rp.8.000. Obligasi akan dilunasi pada tanggal
31 Desember 2007 ( 4,5 tahun kemudian).
1 Juli
Premium 10.000
Kas 111.500
Budi harus melakukan pemotongan PPh 23 atas premium diskonto yang merupakan
penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi : 15% X 10.000 = 1.500
VIII
ASET TETAP
A. Pengertian Aset Tetap
Aset tetap atau aktiva tetap mengacu pada aset berwujud jangka
panjang yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis aset ini
memberikan keuntungan finansial jangka panjang, memiliki masa
manfaat lebih dari satu tahun, dan diklasifikasikan sebagai property,
plant, and equipment (PP&E) (PP&E) di neraca.
Contoh:
1. Tanah
2. Mesin
3. Bangunan dan fasilitas
4. Kendaraan (mobil perusahaan, truk, forklift, dll.)
5. Furniture
6. Perangkat komputer
7. Alat dan Mesin
B. Perolehan Aset Tetap
Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-
masing cara perolehan akan mempengaruhi penetuan harga perolehan.
Cara-cara tersebut adalah dengan pembelian tunai, pembelian angsuran,
ditukar dengan aset tetap lainnya, ditukar dengan surat-surat berharga,
diperoleh dari hadiah/donasi, dan aset yang dibuat sendiri. Adapun cara
perolehan aset tetap menurut Baridwan (2004:278) adalah sebagai
berikut :
1. Pembelian Tunai Jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh
aset tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan
agar aset tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi
asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan
dan percobaan. Ayat jurnal yang diperlukan pada saat perolehan
aset dengan cara pembelian tunai adalah :
Aset Tetap Rp xxx
Kas Rp xxx
2. Pembelian secara Lumpsum/gabungan Harga perolehan dari setiap
aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar yang diperlukan adalah :
Aset Tetap 1 Rp xxx
Aset Tetap 2 Rp xxx
Aset Tetap 3 Rp xxx
Kas/Hutang Angsuran Rp xxx
3. Pembelian angsuran
Apabila aset tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam
harga perolehan aset tersebut tidak boleh termasuk bunga. Bunga
selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun yang
tidak dinyatakan sebagai biaya bunga.
Misalnya aset tetap dibeli pada tanggal 1 januari, pembayaran
pertama Rp xxx, dan sisanya diangsur setiap akhir tahun, maka
jumlahnya adalah :
Aset Tetap Rp xxx
Hutang Rp xxx
Kas Rp xxx
4. Ditukar Dengan surat-surat Berharga
Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham
atau obligasi yang digunakan sebagai penukaran. Apabila harga
pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aset
tetap ditentukan sebagai harga pasar aset tersebut. Apabila kedua-
duanya tidak.
diketahui maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan
pimpinan perusahaan. Misalnya Aset tetap ditukar dengan saham,
ayat jurnalnya adalah :
Aset Tetap Rp xxx
Modal Saham Rp xxx
Agio Saham Rp xxx
BAB IX
BAB X
A. Penghasilan Yang Kena Pajak
Penghasilan kena pajak (pkp) adalah penghasilan yang dijadikan dasar
untuk menghitung Pajak Penghasilan (PPh). Hal tersebut diatur dalam UU
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Dalam aturan tersebut
penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan kotor dikurang dengan
upah untuk mengumpulkan dan menjaga penghasilan. Kemudian jika
kasus demikian hasilnya rugi maka akan digantikan oleh penghasilan
tahun pajak selanjutnya sampai dengan lima tahun kedepan.
Tarif penghasilan kena pajak terbagi dalam dua jenis berdasarkan subjek
pajaknya, yaitu:
1. Tarif penghasilan kena pajak dikenakan kepada wajib pajak orang
pribadi (WP OP) dalam negeri
2. Tarif penghasilan kena pajak yang dikenakan kepada wajib pajak
badan dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Tarif yang dikenakan untuk keduanya berbeda. Untuk tarif penghasilan
kena pajak dibedakan berdasarkan jumlah penghasilannya:
1. Penghasilan
2. Penghasilan Rp 50.000.000 - Rp 250.000.000 per tahun dikenakan
tarif PPh sebesar 15%
3. Penghasilan Rp 250.000.000 - Rp 500.000.000 per tahun dikenakan
tarif PPh sebesar 25%
Sementara untuk wajib pajak badan dalam negeri atau BUT dikenakan
tarif PPh sebesar 28% dari jumlah penghasilan keseluruhan. Pajak
yang telah disetorkan akan masuk ke dalam kas negara untuk tujuan
memajukan perekonomian bangsa.
B. Bukan Obyek Pajak Penghasilan
dalam ayat 3 disebutkan ada beberapa pengecualian yang dinyatakan
sebagai bukan objek pajak penghasilan, di antaranya:
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk di dalamnya zakat. Selain itu,
ada juga harta hibahan dari keluarga sedarah, lembaga keagamaan,
lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan usaha kecil.
2. Harta warisan juga tidak termasuk objek pajak penghasilan, namun
Anda perlu melaporkannya di dalam SPT Tahunan sebelum harta
warisan tersebut dibagikan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh subjek pajak
badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal.
Merujuk pada Pasal 4 ayat (2) dan beberapa pasal lain yang masuk dalam
Pajak Penghasilan Final, maka objek PPh Final atau objek pajak final
adalah:
5. Objek PPh Final atas Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi
11. Objek PPh Final atas Pengalihan Penyertaan Modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
12. Objek PPh Final atas Transaksi Pengalihan Harta berupa tanah
dan/atau bangunan