Pembukuan Perpajakan
1
28 ayat 2 UU KUP, mengatur kepada wajib pajak tertentu yang belum mampu
menyelenggarakan pembukuan, diberikan kelonggaran untuk tidak menyelenggarakan
pembukuan melainkan hanya menyelenggarakan pencatatan. Wajib Pajak yang dikecualikan
dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
2
7. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen
lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
secara program aplikasi on‐line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia,
yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat
kedudukan Wajib Pajak badan
3
B. Pemeriksanaan Perpajakan
4
2. Untuk Tujuan Lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
5
- Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (PAHP)
- Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
6
C. Penyidikan Perpajakan
7
Sesuai dengan ketentuan pada KUHAP atau UU Hukum Pidana, Anda dapat
mengetahui bahwa penyidikan ini termasuk salah satu rangkaian agenda penyidik, yang
dilakukan untuk pengumpulan bukti untuk menemukan titik terang dan tersangka dari tindak
pidana tersebut. Terdapat subjek yang dikenakan risiko ancaman tindak pidana pajak ini,
yaitu:
- Wajib pajak
- Petugas pajak
- Pihak ketiga yang membantu penyelesaian baik dalam proses, sebelum atau sesudah
kegiatan pidana pajak ini terjadi
8
C.3. Dasar Hukum Penyidikan Perpajakan
Penyidikan pada pajak ini juga menjadi salah satu kegiatan resmi dalam bidang
perpajakan. Maka dari itu terdapat standar dan dasar hukum, yang mengatur mengenai kegiatan
ini. Berikut ini adalah dasar hukum pelaksanaan kegiatan penyidikan pajak :
a. UU di No. 6 pada Tahun 1983
Dasar hukum terkait pelaksanaan kegiatan penyidikan pajak secara resmi diatur dalam UU
KUP atau UU Ketentuan Umum dan juga Tata Cara Kegiatan Perpajakan. Secara khusus
diatur dalam pasal 1 dan ayat 31. Dalam ayat tersebut secara jelas menerangkan bahwa
penyidikan tindak pidana pajak atau penyidikan pajak merupakan salah satu rangkaian
proses dan kegiatan dalam bidang perpajakan. Dimana dalam prosesnya tindakan ini
dilakukan oleh seorang penyidik pajak, yang bertujuan dalam pengumpulan bukti yang
bersifat kuat. Sehingga dapat diketahui bahwa kegiatan penyidikan terhadap tindak pidana
ini dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum, yang berlaku di dalam UU (Undang-
Undang) hukum acara pidana.
b. UU No. 28 pada Tahun 2007
Selain itu ketentuan mengenai kegiatan penyidikan pada pajak juga diatur dalam UU ini,
tepatnya pada pasal 43A – pasal 44B. Dimana dalam pasal tersebut secara jelas
menerangkan adanya kegiatan penyidikan pajak, yang bertujuan untuk kelancaran
penerimaan negara dari wajib pajak.
c. UU No. 11 pada Tahun 2022 Mengenai Cipta Kerja
Selanjutnya terdapat UU cipta kerja yang didalamnya memuat mengenai aturan dan dasar
penyidikan pajak tersebut. Dijelaskan bahwa penyidikan pada pajak ini termasuk salah satu
proses keberlangsungan dari hasil pemeriksaan pajak. Dimana hal ini dilakukan untuk
tujuan penerimaan bukti lanjutan dari bukti permulaan, yang akan digunakan untuk
membuktikan adanya tindak pidana dalam bidang perpajakan.
9
D. Tindakan Pidana Perpajakan
10
Undang PBB, Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang Bea Meterai, dan Pasal 41A Undang-
Undang PPSP".
12